Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 10: Pemenang dan Pecundang

 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan dibawah ini



 --------------

TL eng: baru menyelesaikan RAW nya minggu kemarin, dan w harus ngomong ini, bahwa ini gak sama seperti RE: Monster sama sekali. Jika iya paling di kerajaannya aja.

Ceritanya belum selesai, tapi keseluruhan udah bagus gila. Maksudku jika kau bisa membuatku membaca banyak cerita bahasa jepang itu bakal mengagumkan, benar? (Chapter-chapter selanjutnya mulai sangat panjang -_-)  Haha.

Oh benar, kalian mungkin harus membacanya sampai chapter 42 jika kau mulai penasaran. Karena mulai dari situ cerita akan menunjukan seluruh rasanya.

Jika kau menyukainya, maka kau akan jadi lebih menyukainya, jika tidak, lebih baik Drop aza ya kan.

Chapter 10: Pemenang dan Pecundang.

[Race]: Goblin
[Level]: 43
[Class]: Noble; Ketua Kelompok.
[Possessed Skills]: <<Horde Commander>> <<Defiant Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship C+>> <<Avarice>> <<Distant Soul>> <<A Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>>
[Perlindungan ilahi]: Dewi Underworld, Altesia
[Atribut]: Kegelapan, kematian.

Setelah kami mengalahkan manusia yang akan menyerbu desa, kami kembali ke desa dengan empat manusia, dua wanita dan dua laki-laki sebagai tawanan.

Disana, ada Giga dan Goblin tua yang menyambut kami dengan air dimata mereka.

Seperti yang diperkirakan, bagaimanapun juga, desa merupakan lingkungan yang bisa mengurangi semangat seseorang jika pemimpin mereka pergi.

Memanfaatkan kesempatan untuk menunjukan perbedaan kekuatan antara aku dengan para goblin, aku mengambil Large Steel Sword yang aku curi dari Swordsman manusia, dan menentengnya di bahuku.

Raja sangat kuat, kau tidak bisa menang.

Menunjukan kesan itu pada mereka, jika setiap hari, maka kemungkinan mereka memberontak akan berkurang.

Dan lagi mereka itu bego, jadi mereka mungkin pada akhirnya akan melupakan itu.

Para tahanan itu aku pisahkan antara laki-laki dan perempuan dalam satu bangunan.

Aku memastikan untuk menyita apa pun yang bisa digunakan sebagai senjata, karena tidak akan lucu jika mereka bunuh diri.

Bagaimanapun juga, ia adalah manusia pertama yang membuat kontak denganku sejak datang ke dunia ini.

Dari pertarungan sebelumnya, tampaknya berkomunikasi tidaklah mustahil. Jadi, aku menginginkan informasi sebanyak mungkin.

Dan diatas segalanya... Ialah mengenai Keberadaan sihir.

Permempuan itu, Reshia Fel Zeal. Aku tidak tau tentang silsilah para dewa, tapi aku seolah-olah merasakan ada semacam takdir di sekelilingnya. Jika ini memang kesempatan, aku ingin bertanya apakah ada sesuatu di antara Dewi Underworld dan Dewi Healing.

Ia memiliki Mata berwarna Amethyst, rambut biru sebahu, dan sebuah wajah yang begitu cantik sampai seakan-akan itu merupakan pemberian dewi kecantikan.

Nyatanya, bahkan aku yang seekor monster, bisa terpesona olehnya. Bibir kecilnya, menarik perhatianku.

Dengan lembut ia membuka mata lebar indahnya yang terlihat bergetar dalam ketakutan.

Melihat itu, sebuah hasrat timbul dalam diriku, dan aku membentuk senyum licik.

Jika ini diteruskan, aku akan jatuh dalam kehancuran.

Geli, aku menatap orang yang meronta-ronta takkaruan disampingnya.

Ini adalah penjara yang tidak lebih dari sebuah gudang yang awalnya merupakan kandang hewan.

Melihat gadis-gadis ini didalam penjara, ujung mulutku meringkuk, dan senyum licik bisa dilihat saat aku berbicara pada mereka.

"Jangan berpikir melarikan diri. Setidaknya, aku tidak berencana menyakitimu selama kau tetap disini."

Swordsman perempuan itu tetap waspada seperti biasa, sementara aku tidak tahu apa yang Reshia pikirkan dengan wajah tanpa ekspresi miliknya.

"Jika kau lari, aku akan makan pria. Dan jika kau bunuh diri, aku juga akan melakukan hal sama."

Swordsman perempuan tampaknya tidak terpengaruh akan kata-kata tersebut. Tapi disisi lain, Reshia, cahaya kuat terlihat berkilau di dalam matanya saat ia melihat ku.

"Inilah cara dewa. Apa yang harus kau lakukan untuk bertahan hidup. "

Setelah melontarkan kata-kata itu, aku pergi.

"Raja, dirinya sendiri akan menghukum siapa pun yang berani meletakkan tangan kotornya pada harta benda miliknya!"

Aku berdiri didepan seluruh goblin dan menyatakan itu. Kemudian, aku membagikan makanan.

Setelah aku menyuuuh beberapa goblin untuk mengambil tugas jaga malam, aku pergi tidur.

◆ ◇◇

"Zenobia, mengapa?"

Aku bisa mendengar suara sedih seorang wanita.

"Itu karena akulah yang jatuh kedalam neraka... Namun! Mengapa kau satu-satunya yang menerima cinta ayah!?"

Itu karena cinta ayah mereka, dewa yang melahirkan bumi, Ativ.

Yang seharusnya tak dicintai malah dicintai. Dan kesedihan wanita itu tidak bisa berhenti kemanapun ia pergi.

Ahh, jika aku bisa... Mengambil tempat wanita itu, maka...

Suara kebencian itu menatapku dari dalam kegelapan dan mencekik leherku.

◆◆◇

"...inilah sebabnya dewa itu keparat."

Menjejalkan sesuatu yang takdiperlukan pada ku.

Dari pada dewa, bukankah kau lebih mirip iblis?

Aku meregangkan punggungku lagi, dan menepis mimpi buruk sampah itu.

Jika aku bisa mengambil tempat wanita itu.

Sisa mimpi buruk dalam kepalaku seperti kotoran saja, ia memaksaku terhisap kedalam.

“Baguslah. Kelihatannya kau tidak ingin lari.”

Itu adalah hal pertama yang aku katakan ketika aku memasuki penjara dimana Reshia dan Swordsman perempuan berada.

Aku pikir merema akan melarikan diri, tapi jika begiini, membuat mereka mengeluarkan informasi akan lebih mudah dari yang di duga.

Tanpa berkata lagi, aku tersenyum licik pada mereka dan pergi.

Hal pertama yang diperlukan adalah makanan.

Grup tiga-goblin masih belum menunjukan hasil. Aku kira mereka kesulitan. Tiba-tiba membuat para goblin bekerja sebagai satu grup... Jelas itu cukup sulit.

Ada beberapa grup yang tidak terlalu buruk. Selama mereka punya kemauan, mereka bisa mendapatkan hasil, tapi...

Yah sampai saat itu, aku akan melakukan yang terbaik.

Ini juga merupakan kesempatan bagus untuk mencoba Iron Second (Large Steel Sword) yang aku dapat kemarin.

Jadi dengan pikiran itu, aku menuju danau dengan Giga dan tiga goblin lain untuk mamandu jalan.

Tujuan ku adalah berburu mangsa yang sedang minum air.

"Raja, ada kawanan Eirel Deer (Rusa tombak)."

Apa yang melewati mata kami ialah kawanan Eirel deer.

Eirel deer punya tanduk besar dan tajam diujungnya. Jika kau tertusuk oleh itu, kau mungkin akan mati. Serta tubuhnya, disekujur nya tertutupi bulu keras.

Jika dilihat baik-baik, tampaknya pemimpin mereka cukup baik sebagai rusa pejantan, karna ia terus bersama anak-anak rusa.

Dalam situasi satu-lawan-satu, Eirel deer diatas goblin. Mereka menyamai Goblin rare Giga, atau mungkin lebih kuat... Tapi lebih dari itu mereka bergerak dengan cerdik bersamaan pemimpin mereka menuntun jalan.

Aku menyuruh para goblin bersiap melempar batu, sementara aku sendiri pergi mendekati kawanan itu.

Aku memerintahkan Giga untuk memperhatikan sekitar, dan perlahan, kami, bersama dengan lemparan batu goblin mengepung mereka.

Ketika kami akhirnya cukup dekat, kawanan itu menyadari kami. Tapi, mereka terus meminum air di sisa waktu mereka.

Sepertinya mereka cukup yakin bahwa mereka bisa lari. Tentu saja, keputusan itu tidak salah jika aku adalah hewan buas.

"Gururuaaaa!"

Menggunakan skill<<Overpowering howl>>, aku cepat berdiri dari tanah, dan membawa large steel sword dibahuku. Tanpa berhenti, aku bergegas pada kawanan Eirel deer.

Merespon, kawanan itu lari kearah berlawanan dengan aku.

Tapi disana ada Goblin pelempar batu yang sedang menunggu. Kawanan rusa itu segera berbalik, tapi sial bagi mereka, itu waktu yang cukup bagiku.

Saat aku mendekati kawanan terakhir, aku mengayunkan pedang besar ku kebawah, mengincar leher Eirel deer. Rusa itu masih kecil karena tanduknya terlihat kecil dan pendek.

Aku merasa pedang beratku menyentuh daging, bahkan menghancurkan tulangnya. Setelah jatuh satu, aku segera mengincar mangsaku selanjutnya dan lari.

Apa yang memasuki bidang penglihatanku selanjutnya ialah rusa jantan dewasa.

Agar melindungi kawanan dia berbalik menghadangku. Aku mengangkat pedangku dan mengayunkannya kepada rusa jantan.

Tapi sebuah suara keras bergema ketika tanduk rusa berhasil menghentikan pedangku.

Dia mempunyai dua tanduk bercabang seperti trisula, dan menekan aku supaya tidak mendekat. Tapi aku dengan tenang menghindar, dan sekejap mengurangi jarak antara aku dan rusa yang melompat mundur.

Setelah sepenuhnya memasuki jarak serangku, pedang beratku menembus melalui kaki rusa, membuatnya tidak bisa bergerak. Aku lalu menyelesaikannya dengan mengakhiri penderitaannya.

Aku menyuruh bawahanku untuk membawa kedua rusa itu kembali kedesa. Saat kami kembali, itu sudah siang.

Aku menusukkan belatiku melalui luka rusa, dan mengulitinya. Kulit ini mungkin bisa dijadikan pakaian.

Aku memberikan hati rusa pada Goblin larva, sementara aku mengambil usus untuk ku makan sendiri.

Sesudah itu, para goblin mulai memakannya dengan lahap.

Selain rusa, kami juga mendapat tiga triple boar, beberapa kelinci, dan beberapa tanaman untuk sarapan kami.

Diantara itu, aku mengambil kelinci, dengan segera mengulitinya, dan membuang organ-organnya.

Kemudian aku memanggangnya dengan api dan kayu kering, lalu aku membawanya ke penjara.

“Makan.”

Swordsman perempuan curiga, sementara Reshia tanpa ekspresi tetap dijaga olehnya.

Aku pikir mereka tidak akan menurunkan penjagaan mereka hanya dengan seperti ini.

Aku meletakan daging kelinci yang terlumuri darah didepan penjara, sementara aku pergi menyiapkan satu lagi untuk kedua laki-laki.

Orang-orang ini menatapku dengan ketakutan, tapi mereka memakannya segera setelah aku memberikan itu.

Hmph. Takut setengah mati, namun masih mau makan, yare yare.

Meninggalkan kedua orang tersebut, aku pergi ketempat kedua perempuan berada.

"... Kenapa kau memberi kami makanan?"

"Aku mau membuat kesepakatan. Jika kau tidak keberatan. "

Perut Reshia terdengar kelaparan, tapi kemudian, ia menolak untuk menyentuh makanan yang ada didepannya dan hanya menatapku. Aku merespon dengan senyum licik.

"Aku akan menggunakanmu dan teman-temanmu. Saat itu, aku tidak akan membunuhmu, dan tidak akan menyakitimu."

“Dengan kata lain, kami bisa hidup selama kami berguna."

"Monster rendahan! Apa yang kau rencanakan!?"

Ujung mulutku meringkuk pada cacian Swordsman perempuan.

"apa yang akan dilakukan oleh 'monster rendahan' ini? Hmm? Meski alasan kenapa kau berada ditempat ini juga karena kemampuanmu..."

Swordsman perempuan agak tersinggung pada ejekan ringan itu. Ia mencoba mengatakan sesuatu, tapi Reshia menghentikannya.

“Lili-san.”

Reshia menggeleng, menghentikan Swordsman perempuan, dan menatap ku lagi.

Sinar apa yang ada didalam mata amethyst nya, aku penasaran? Apa itu kebijaksanaan? Atau kegigihan untuk berjuang? Yah apapun itu, aku sebaiknya menikmati nya saja.

Perempuan ini harus jadi batu loncatanku.

"Dan? Apa yang kau ingin kami lakukan?"

"Melahirkan."

Dalam sekejap, Mata Reshia menjadi hampa. Respon itu sudah cukup untuk membuat ku tersenyum kecut.

“Bercanda.”

Sementara Reshia merasa lega dari dalam hatinya, Swordsman perempuan meledak dalam amarah.

"Bangsat!"

"Aku ingin kau mengurus penyembuhan. Dan pada saat yang sama, aku ingin kau menjahitkan sesuatu untuk ku."

Mempermainkan Swordsman, aku mengatakan itu.

"T- tapi aku seorang petualang!"

Swordsman perempuan, Lili, terlihat memerah karna marah. Dan seakan-akan aku memanas-manasinya, aku menjawab.

"Dan 'Petualang' ini tidak bisa menjahit?"

“Lili-san.”

“Tch… Baiklah…”

“Juga, ketika aku ingin, jawablah pertanyaanku."

"Itu saja?"

"Ya, itu saja."

Reshia menatapku ragu.

“Apa?”

Tatapan itu membawa sedikit kecemasan. Dan tanpa menunjukan rasa takut sedikitpun, Reshia bertanya.

"Aku punya tiga pertanyaan. Satu, apa yang terjadi pada Chinos dan Mattis? Dan apa kau tau seorang perempuan bernama Finra?"

"Aku memberikan kedua pria itu pekerjaan yang sama dan memberi mereka makanan. Jika mereka berguna, aku akan membiarkannya hidup. Jika tidak, maka mereka tak punya hak untuk hidup. Dan untuk perempuan-perempuan yang diculik itu, mereka sudah mati. Entah itu Finra atau bukan, aku tidak tau."

Lili menjadi lebih dan lebih marah lagi pada jawaban ku, tapi kontras dengan itu, Reshia terlihat seperti pelajar yang sedang mencari jawaban karena ia menyerap jawaban yang ku berikan.

"Tolong katakan nama mu."

"... Aku tidak punya nama. Jika kau ingin memanggilku, maka panggilah aku Raja."

"Baiklah."

Reshia tidak tampak kecewa sama sekali saat ia menggumamkan itu.

Setelah menjawab pertanyaannya, aku pergi.

Itu mungkin karena [Skill] <<Insurgent Will>>, aku sama sekali tidak merasakan hasrat yangku rasakan kemarin.

Yah, untunglah aku bisa mengetahuinya.

◇◆◆◇◇◆◆◇

Level anda naik.

43 -> 45

◇◆◆◇◇◆◆◇

Comments