Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 11: Perburuan Laba-laba

 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan dibawah ini



 --------------

Chapter 11: Perburuan Laba-laba

[Race]: Goblin
[Level]: 45
[Class]: Noble; Ketua kelompok
[Possessed Skills]: <<Horde Commander>> <<Defiant Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship C+>> <<Avarice>> <<Distant Soul>> <<A Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>>
[Perlindungan ilahi]: Dewi Underworld, Altesia
[Atribut]: Kegelapan, kematian.

Hutan membentang begitu jauh sampai ujungnya saja tidak bisa terlihat.

Dan didalamnya, aku berdiri didepan musuh yang amat kuat. Pada saat seperti ini, tubuhku hanya bisa bergetar, gembira karena melawan musuh yang pantas ini.

“Kisha”

Delapan kaki panjang dan besar yang menopang tubuhnya. Serta bola mata yang memancarkan cahaya merah-gelap.

Tidak ada secercah kehidupan bisa dilihat dalam mata itu. Seakan mereka hanya bongkahan kaca, mata merah-gelap itu, memancarkan kematian sambil menatap aku.

Hanya satu hal yang pasti, dia memandangku sebagai mangsa.

Aku membawa Iron Second di atas bahuku. Aku menyeimbangkan diriku sambil memiringkan diriku sendiri kedepan.

Berat pedang, peganganku pada gagangnya, sensasi kaki ku yang menekan kedalam tanah, semua informasi ini membanjiriku sembari indra ku menajam.

Sekarang, tidak hanya pergerakan Giant spider yang tidak bisa lari dari mataku. Indra pendengarku yang ikut menajam, memungkinkan ku untuk mendengar suara nafaz yang ada disekitar laba-laba itu.

Aku menatap laba-laba itu dan memastikan jarak antara dia dan aku.

Aku menghembuskan napas, nafas panas yang mewakili api kemarahan dalam tubuhku.

Aku disini sekarang. Disini, tepat didepan musuh terkuat dihutan, Giant spider.

Ya, aku berani menantangnya.

Gigu dan Giga yang dikelilingi semak-semak, menontonku penuh perhatian dengan nafas yang terhenti.

Saat berburu, kami biasanya akan mempersiapkan jebakan terlebih dulu untuk menjamin kemenangan kami, namun, saat ini berbeda.

Sebenarnya, ini bisa dikatakan bahwa ini adalah egoku sendiri.

Sebelumnya, aku belum mampu. Jadi aku melakukan ini untuk memperbaiki itu. Karna ini mungkin bisa mengatasi kekuatan Reshia.

Jadi sejauh ini aku telah kalah dua kali. Satu saat aku tertelan kehendak dewi underworld, dan satu lagi ketika aku berakhir berlutut dihadapannya.

Reshia itu memikat, sangat memikat. Pesonanya sangat kuat, bahkan saat kami berbicara rasanya seakan-akan jiwa ku bisa ditarik kapan saja.

Kekuatan mengerikannya itu... Jelas merupakan-

Pesona absolut.

Sangat mungkin ada sesuatu yang terjadi antara Dewi Underworld dan Dewi Healing. Sebuah ikatan kusus yang menyebabkan fenomena takjelas itu. Sebuah fenomena yang memaksaku terkesima akan perempuan itu.

Dan itu sebabnya aku harus melakukan ini. Aku harus, bertaruh, menantang musuh yang aku punya sedikit peluang untuk mengalahkannya.

entah apakah aku bisa menang atau kalah...

Aku harus mengeluarkan semua kekuatanku, dari setiap bagian tubuhku, dan menghadiahkannya pada partnerku dalam tarian kehidupan dan pertumpahan darah ini.

…Harus? Tidak, PASTI!

Aku pasti akan memberinya pertumpahan darah!

Dan lagi, bagaimana bisa aku tidak menaklukan wanita itu, yang punya kekuatan suci luarbiasa itu!?

“GURUUUuuAA!”

Keluar dari mulutku dengan mengunakan Overpowering Howl, aku menyambut musuh didepanku.

[Skill]: <<Eyes of the Blue Snake>> aktif, mengamati kelemahan target.

 <<Kelemahan: kepala laba-laba>>

Memang laba-laba punya kepala, tubuh, kaki, namun dimulai dengan-

–––––– Haah! Bahkan seorang idiot bisa mencari ini! Dasar skill tak berguna!

Darah mengalir dalam kepalaku, melemparkan hinaan pada skill takberguna ini.

Lalu tiba-tiba, laba-laba itu tampak menekan dirinya sendiri. Menggunakan seluruh tubuhnya seperti peer, dia melompat. Pada saat yang sama, racun menyembur dari mulutnya sementara meluncur menuju tempat ku.

Aku berhasil menemukan jalan selamat dibawah delapan kakinya saat aku mengayunkan Iron Second dan lari melaluinya.

Dalam prosesnya, aku membuat salah satu kakinya terbang, dan Giant spider menyadari bahwa serangannya telah gagal. Segera Laba-laba itu mendarat dan mencoba mendapat kembali keseimbangannya, kemudian dia melompat lagi.

Baru saja melewati bahaya, aku tidak bisa menghindari terkaman laba-laba, dan hanya bisa melindungi diriku sendiri dengan pedangku saat menerima serangannya.

Dampaknya aku terpental, dan aku merasakan rasa sakit menyebar dari punggungku saar aku mendarat di atas tanah.

Rasa sakit itu bagaikan menusukku melalui paru-paru saat aku tersedak, dan membuatku bernafas tidak benar.

Tapi musuh tidak memberi ku istirahat sedikitpun. Dia melompat menuju ku sekali lagi.

––––Sial, dia cepat!

Tidak sempat memastikan di mana musuh ku akan mendarat, aku menyerahkan segalanya pada naluri ku, dan mengayunkan pedang ku.

Untungnya, dan mungkin berkat [Skill] Swordsmanship C+, pedangku berhasil memenggal salah satu dari kaki depan laba-laba itu.

Meneruskan momentum itu, aku mengayunkannya keatas.

Tapi sebelum pedangku mencapai laba-laba, bahuku tertusuk oleh salah satu kaki tajam nya.

Aku hampir melepaskan pegangan pedangku tapi aku menggenggamnya sekali lagi lebih erat, dan mengayunkannya kebawah, menyerahkan kekuatan kepada gaya gravitasi.

Steel great sword membantingnya kebawah, dan mengenai kaki yang menusuk bahuku.

Segera, laba-laba itu melompat mundur.

Booooom! Sebuah gemuruh ledakan terdengar saat berat pedang bertemu tanah, meninggalkan kawah di atasnya.

Tapi Giant spider sedikit lebih cepat dan segera menghindarinya.

Setidaknya, dia terluka.

Cairan hijau terlihat mengalir dari matanya, dan tiga kakinya telah terpotong.

Tapi Laba-laba itu masih tidak kehilangan keinginannya untuk bertarung.

Laba-laba itu mendesing sambil menatapku ku. duel ini mulai terlihat suram bagi ku.

Setelah serangan tadi, luka di bahu ku tak berhenti-henti mengeluarkan darah.

––– Aku tidak punya waktu!

Mengambil sikap menyerang, aku menekan tanah dengan segala kekuatan ku, dan mengincar laba-laba itu... Tapi meleset.

Pedang menjadi tidak stabil karena terlalu terburu-buru. Dan terlalu banyak menempatkan kekuatan untuk menggerakan pedang.

Kedua faktor itu secara bersamaan menyebabkan pedangku kehilangan targetnya, dan pedang yang seharusnya menebas Giant spider, meleset.

"Cih ..."

Melihat kesalahan itu, Giant spider segera mendekat.

Seperti peer, dia melompat menuju ku, dan mengincar bahuku dengan taring berbisanya.

––– cih! Jika aku bisa melangkah mundur dari sini!!

Jika aku melangkah mundur dari sini, maka Giant spider akan membantingku ketanah.

Terlepas dari apa yang akan aku lakukan, situasi ini sangat buruk.

Dan sekejap, aku memutuskan untuk menghadapi langsung laba-laba itu.

Aku menerima serangan laba-laba itu atas kehendak ku sendiri, dan kepalaku terperangkap diantara suara berderit laba-laba itu.

Aku tau ini tidak bisa dihindari. Tapi saat ini, benar-benar tidak ada cara untuk kabur, tapi tetap saja...

Harga yang dibayar untuk menghindari taring beracun Giant spider itu terlalu mahal.

Tidak punya waktu untuk memikirkan kekalahan ku, aku menelan semua kepahitan yang aku punya, dan menggenggam erat pedangku.

Pada jarak ini, laba-laba itu tidak bisa menggerakan kakinya dengan bebas.

Jadi aku memanfaatkan ini, dan menusuk kepala laba-laba dengan pedang ku!!

“Kishuaa-!?”

Laba-laba itu berderit bingung seakan ini pertama kalinya dia merasakan sakit.

Seperti yang diperkirakan, Great sword yang harusnya digunakan dengan dua tangan tidak bisa mengeluarkan kekuatannya dengan satu-tangan.

Pedang mengenai kepala laba-laba, tapi gagal membelahnya dan hanya berhenti dipermukaan.

––– Mana mungkin ku biarkan!

Aku mengangkat tangan sakitku, dan menekan pedang berat ku kedalam kepala laba-laba itu.

Cairan hijau menyembur ke seluruh tubuhku bercampur dengan darah biru dari bahuku.

“Gu, nuuaaaAAaa!”

Aku mengeluarkan semua kekuatanku dan menekan Great sword kedalam kepala laba-laba.

Tapi pada saat yang sama, aku menahan rasa sakit diperutku sambil mendorongnya lebih dalam.

Laba-laba itu menerbangkan ku dengan kakinya.

“Gu, ha!”

Aku mengeluarkan darah biru-gelap.

––– ini... Kesempatan ku!

Mendukung tubuhku dengan tangan yang lain, aku menahan kelelahan dan rasa sakit saat aku berdiri sekali lagi.

Pedangku masih tersangkut dikepala laba-laba.

Aku tidak punya senjata.

Tapi itu tidak masalah. Aku sudah sejauh ini. Entah aku punya atau tidak, entah aku punya tubuh kuat atau tidak, dan entah ada perbedaan kekuatan ras atau tidak... Tidak ada yang penting!

Satu hal yang paling penting yaitu keinginan untuk hidup.

Dan naluri ini menjerit di dalam diriku untuk membunuh lawan.

“RuaAAAAa!”

Aku berteriak kesakitan dari dalam perutku, dan darah biru menyembur menyertainya. tapi darah itu tidak ada hubungannya.

Dengan sisa tenaga ku, aku berlari lagi, dan dengan satu tangan menggantung, aku menggunakan tangan terakhirku.

Laba-laba itu merespon lolonganku.

Dia menatapku dengan tubuh terhuyun-huyun sementara cairan hijau dari matanya terus mengalir.

“Kishuaa!”

Terdorong oleh naluri, dia bergegas menujuku dengan pedang yang masih menyangkut.

Mengerti situasi, aku menggerakan kakiku dan mengayunkan tanganku.

Pada saat yang sama laba-laba mengarahkan kaki tajamnya padaku.

Sejenak, waktu seakan-akan melambat. Dunia, dan segala didalamnya, menjadi berhenti, dan suara-suara didunia seolah telah pergi.

––– Kami saling menyapa dengan lolongan.

––– Dan saling menyerang satu sama lain dengan tinju kami.

––– [Skill] <<A Ruler’s Wisdom I>> Aktif.

Secara tidak sengaja, kondisi skill telah terpenuhi, dan dalam sekejap kekuatan memenuhi tubuh ku.

Setiap langkah dipenuhi dengan kekuatan, mendorong ku lebih cepat melebihi yang aku bisa.

Tapi tetap saja, serangan laba-laba itu masih sedikit lebih cepat!

Tapi Itu hanya sedikit cepat.

Kami berdua mengincar satu sama lain, kaki laba-laba menuju kepalaku, dan pukulanku menuju kepalanya. Kami berdua ditengah udara, tidak mungkin berhenti.

“AAaaaaA!”

Dalam keputusasaan, aku menggeser kepalaku.

Aku menejan ketahananku sampai batasnya dan mengerahkan semua yang tersisa dengan seluruh otot-otot ku.

Hawa panas melewati sebelah dahiku.

Belum sama sekali––––!

Aku butuh satu langkah lagi!

Pada saat itu, aku melihat kaki depan laba-laba itu, berayun dari sudut mataku.

Jika itu mengenaiku, segalanya akan sia-sia. Aku tidak punya kekuatan tersisa.

Dan tubuhku bahkan mulai mendingin karena terus berdarah.

Tapi...

Meski begitu, aku harus mengambil langkah terakhir!

Aku mengabil langkah, dan dengan semua kekuatan terpusatku, aku melepaskan semua kekuatan yang tersisa pada kepala laba-laba itu.

“OOoOAaAAA!!”

Aku berteriak.

Membiarkan kepala laba-laba hancur bersamaan dengan teriakan alam!

Tinjuku masuk kedalam kepala laba-laba, menembusnya, dan menjatuhkannya ketanah.

“Haa… haa…”

Pertarungan memutuskan, bahwa waktu dan suara kembali normal.

“Haa… haa…”

Laba-laba itu, yang tergelak di tanah, tidak bergerak.

Satu hal yang bisa ku dengar yaitu nafasku.

Satu hal yang bisa ku rasakan, yaitu rasa sakit dan kelelahan.

Pemandangan mulai buram... Aku tidak bisa memikirkan apapun.

Tapi–––.

“Aku menang…”

Dengan begitu aku kehilangan kesadaranku.

◆◇◇◆◆◇◇◆

Level anda naik.
Level 45 -> 99.

[Skill] <<Dance at Death’s Border>> diperoleh.
Kekuatanmu akan meningkat secara relatif tergantung seberapa dekat kau dengan kematian.
Ketika 1/3 hidup mu tersisa, kekuatan fisik 20% UP, agility 20% UP.
Ketika 1/5 hidup mu tersisa, kekuatan fisik  30% UP, agility 30% UP.
Ketika 1/10 hidup mu tersisa, kekuatan fisik  40% UP, agility 40% UP.

◆◇◇◆◆◇◇◆

Author’s Note:
“Buat adegan bertarung lebih detail!”

Gitu mintanya, jadi w coba buat itu lebih detail.

[Skill] bakal aktif pas kondisi dasar telah terpenuhi.

Comments