Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 47: Si Penakut Bui

------------------------------------
 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan 1x perhari diblog kami
------------------------------------

Chapter 47: Si Penakut Bui

[Ras] Goblin
[Level] 5
[Class] Lord; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts] High Kobold <<Hasu>> (Lv1) Gastra (Lv1) Cynthia (Lv1)
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>

Sesudah kami membunuh lizard doubles, giant ants, dan pickle snaps diperjalanan kami, kami menuju wilayah barat.

"Apa kau sudah menemukan jejak para orc?" Tanya ku. Giza mengangguk dalam merespon.

"Tentu saja," jawabnya.

Giza dan si-Druid baru, Gido, berada di tengah-tengah barisan prajurit goblin.

Beralih ke barisan depan ada si-wide opened eye, GiJii, dan penerima perlindungan ilahi Dewa Pedang (Ra Baruza), Gigo. Class tertinggi dibawahku adalah class noble, Gigo, sehingga aku menyuruh para goblin dari faksi Gigu yang handal bekerja sama untuk mengikuti dia. Menggantikan Giga yang tidak bisa bergerak karena lukanya, ialah pengguna tombak, Gida. Dia berada dibelakang bersama orang yang menerima perlindungan ilahi dari Dewa Kegilaan (Zu Oru), Gizu.

Orang-orang yang sebelumnya kuperintah pergi duluan adalah si-beast warrior, Gigi, dan si-stealthy, Giji. Berkat informasi dari mereka kita bisa mengikuti jejak-jejak para orc.

"Raja, pengirim pesan dari Gigi-sama telah tiba," kata Giza.

Apa yang memasuki pandangan ku adalah sosok dari seekor anjing besar yang sedikit lebih tinggi dari goblin normal, berlari melalui padang rumput.

Setelah aku mengangguk untuk merespon Giza, aku menyuruh pasukan dibelakang berhenti.

"Musuh, sepertinya... Terbagi menjadi dua kelompok," lapor Bawahan Gigi, yang juga bisa mengendalikan beast, didepan anjingnya.

"Apa kau tau berapa banyak mereka?" Tanyaku.

Bawahan gigi menggelengkan kepala.

"Arah mereka?"

Goblin itu menunjuk kearah barat dan utara. Melihat itu, aku memberi perintah.

"Gigo, bawa tiga grup bersama mu, dan temui musuh disebelah utara," perintah ku.

"Dimengerti! GiJii, kau bersama ku," kata Gigo.

“Ya,” angguk cepat Gijii, bergegas dengan Gigo dan lainnya.

Jika itu si-class noble Gigo, maka seharusnya dia punya cukup kekuatan untuk melawan orc sendirian. Selain itu, dengan Gijii yang ahli dalam kerja sama, mereka seharusnya mampu mengatasi 6 orc.

Tentu saja, aku ikut ambil bagian. Tekanan psikologis yang mereka terima dari pengejaran ini akan meningkat.

"Gida, ambil alih. Gizu, lindungi bagian belakang. Kita bergerak!"

Aku menelan ludah ku dan berseru. Bersama bawahan Gigi, kami mengejar orc.

◇◆◆

Sudah dua hari sejak kami mulai mengejar orc. Kami diam-diam bergerak dimalam hari. Mata yang bisa melihat didalam kegelapan sangatlah berguna. Kegelapan malam secara alami adalan musuh bagi manusia, tapi sejak datang didunia ini, malam menjadi sekutu terbaik.

Jalur yang dilalui orc bukanlah jalur yang rumit, tapi sebaliknya jalan yang relatif terbuka. Memang benar jika jalur ini lebih lebih cepat, tapi ini juga berarti bahwa serbuan ini akan jadi tanpa belas kasih.

Jika mereka bisa berlari begitu cepat, maka kami tentu bisa mengejar mereka lebih cepat lagi.

Selain itu, mereka memiliki banyak luka. Kami mengetahuinya dari padang rumput sore ini. Ada bercak darah berceceran dimana-mana, jadi pastinya ada banyak luka yang mereka terima.

Aku tidak tau seberapa jauh mereka sekarang ini, tapi dengan segera memperpendek jarak sedekat mungkin membuat kami satu langkah lebih unggul. Tidak ada artinya bila kita menyerang ketika yang lain masih kelelahan bagaimanapun juga.

Aku melihat kesekitar sambil mengunyah daging asap. Kemudian mengikuti lagi arahan si-anjing.

Tiba-tiba, bau tajam masuk ke dalam penciumanku, membuat ku terhenti dijalan. Anjing didepan juga berhenti, dan bahkan mulai mengerang.

"Bau darah," gumam Giza.

Aku mengangguk mengerti.

Aku melihat sekitar, mencari tanda-tanda kehidupan. Bau ini seharusnya terbawa oleh angin yang berhembus didepan.

Apa artinya... Kami ketahuan?

"Gida, bawa Bawahan mu, dan lihat apa yang ada didepan."

Si-Pengguna tombak, Gida, yang kusiapkan dibarisan depan, mengangguk perlahan, lalu ia maju kedepan. Meskipun dia begitu waspada terhadap sekelilingnya, dia bergerak begitu cepat.

“Raja, itu mayat orc."

Aku mendekati mayat orc sambil terus waspada. Jadi ini sumber bau itu?

Memperhatikannya dengan seksama, aku melihat ada banyak luka disekujur tubuhnya. Tidak sulit menyadari bahwa orc ini kehabisan tenanga.

"Jadi dia menghabisi dirinya sendiri disini, huh?" Gumamku dalam hati.

Aku menyuruh Gida dan bawahannya untuk mengurusi mayat itu.

"...Mereka dekat. Bisakah kita menangkap mereka dalam satu hari?" Tanya Giza, sambil memandang mayat orc.

"Jika mungkin, aku ingin melakukan itu. Tapi..."

Jika mereka berlari dalam satu arah, maka tidak jadi masalah. Tapi aku juga memikirkan kemungkinan mereka menunggu untuk menjebak kami. Aku tidak bisa menurunkan penjagaanku.

Fakta bahwa mereka meninggalkan mayat teman mereka adalah bukti bahwa mereka telah terpojok. Mereka tidak mau repot-repot menyembunyikan mayat itu.

Atau ini jebakan? Jebakan untuk melemahkan penciuman kami?

Aku memikirkan kemungkinan itu, tapi aku menggeleng. Tidak, tidak ada siapapun yang memimpin para orc, kan? Jika ada, maka aku tidak akan hidup saat aku sendiri diambang kematian kala itu.

Tidak ada siapapun yang perlu ditakutkan.

Kita akan terus seperti ini dan mengejar para orc.

◆◇◇

Karena mereka sudah berjalan siang malam, kelelahan bisa terlihat dari raut wajah para goblin.

Tapi usaha mereka terbayar. Si-stealthy, GiJi akhirnya menemukan kelompok orc.

Saat ini, kami berkumpul dengan Giji dan beristirahat didalam hutan sambil mengamati orc.

Kelompok orc saat ini berjumlah 20.

Lebih banyak dari yang diperkirakan, tapi mereka terlihat sangat kelelahan. Kami terus mengamati orc sambil memperhatikan arah angin.

"Orc itu telah mengendalikan para orc sejak beberapa waktu lalu," kata Giji sambil menunjuk.

Diujung arah yang dia tunjuk terdapat orc yang berukuran kecil.

"Anak kecil?" Tanyaku.

"Bukan, itu seharrusnya bukan anak. Tapi orc itu pasti bertanggung jawab menjaga kelompoknya tetap bersama."

Cara tercepat memenangkan pertarungan antar kelompok adalah dengan menghabisi pemimpinnya.

Sambil menyipitkan mata, aku mengamati kelompok orc lagi. Disana aku melihat seekor orc besar mendorong orc yang lebih kecil.

"Mereka kelihatannya punya masalah internal," ucap ku.

"Ya. Itu kadang-kadang terjadi," jawab Giji.

Pastinya sangat tidak memuaskan diperintah oleh seseorang yang jauh lebih lemah. Apalagi mereka telah menderita kekalahan.

"Beritahu aku mengenai kelompok orc yang berpisah dari kelompok ini."

"Ya."

Sambil mendengarkan laporan Giji, orc terus bertikai.

Kelihatannya, kelompok yang memisahkan diri dari kelompok ini berpisah setelah berkonflik dengan orc yang lebih kecil.

Orang yang memimpin kelompok ini adalah orc yang lebih kecil. kelihatannya ia mau mundur. Mungkin, ia ingin sesegera mungkin kembali ke rumah mereka. Dan karena dia terlihat mau membawa orc yang lemah bersamanya, Hukum rimba seperti tidak berlaku padanya.

Dengan kata lain, ia punya kecerdasan. Atau paling tidak, ia lebih pintar dari orc yang lebih besar yang tanpa peduli mendorongnya terus-menerus.

Menurut pertarungan ku dengan Golgol, aku jadi tau bahwa orc kurang lebih bisa bicara.

Hingga sekarang kami tidak pernah saling bercakap-cakap selain dengan Overpowering Howl kami, tapi jika ada dari mereka yang punya kecerdasan, maka sangat mungkin bernegosiasi. Jika begitu, menghabisi para orc sudah tidak diperlukan lagi. Tidak ada alasan untuk membuat keributan kecil dengan kerikil dijalanku menuju Raja Goblin bagaimanapun juga.

Perbaikan desa juga masih setengah jadi. Aku tidak mau mendekatkan bahaya pada para goblin.

'Kau akan kehilangan ia, kau tau?'

Kata-kata Altesia bergema didalam benakku.

Ancaman manusia datang dari timur. Daripada memusnahkan orc, bahaya sebenarnya terletak di timur. Aku memerlukan segalanya demi memperkuat pion lemahku.

Saat terjebak dalam pemikiranku, aku melihat orc besar mengambil 5 orc dari kelompok dan berpisah dari mereka.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Giji.

"Serang, tentu saja." Jawab ketusku.

Sudut mulutku naik, membentuk sebuah senyum. Jika ada pertanyaan lain.... Maka: siapa yang akan menyerang duluan.

◇◆◆

“Master Bui…”

Ketika kawan-kawan ku yang terluka menatap ku, aku mendongak.

“Master Goi dan lainnya telah..."

Mereka semua terengah-engah. Demi menenangkan kepanikan, aku menjawab tegas.

"Aku menyuruh mereka berpisah untuk bertarung melawan para goblin."

Itu jelas bohong, tapi meski begitu, aku harus tidak menunjukan sedikitpun kelemahan.

Aku tidak mampu menyingkirkan kawan-kawanku yang terluka, dan tidak bisa menyia-nyiakan waktu kami untuk mengumpulkan pasukan kami. Aku tidak berpikir aku membuat pilihan yang salah, tapi tetap saja aku merasa takut. Rasanya seperti goblin itu mengejar kami tepat setelah kami pergi.

Aku melarikan diri dari desa goblim setelah kematian Master Golgol bersama kawan-kawan ku dengan tergesa-gesa karena takut.

Raja Goblin itu.

Meskipun dia punya bau seperti ku, aura disekitarnya sangatlah berbeda. Sangat menakutkan. Menggunakan pedang berbalut api, seekor goblin mampu bertukar pukulan dengan Master Golgol… dan menang. Entah karna takdir atau kebetulan... aku tak tau. Aku tidak tau harus ku panggil apa dia, tapi, itu sungguh mengejutkan.

"Istirahat sebentar," kata ku.

Benar.

Kami seharusnya memberi dampak besar pada goblin. Mereka seharusnya tidak bisa mengejar kami tepat setelahnya.

Jadi seharusnya tidak apa-apa kalau kami beristirahat disini sebentar, dan membiarkan semunya memulihkan tenaga mereka.

"Baiklah," respon lainnya.

Melihat kawan-kawan ku mengangguk, aku ikut duduk.

Pedang dan tombak ku tidak biasanya begitu erat.

Rasanya seperti aku bisa menjatuhkannya kapanpun, jadi aku meletakannya ditanah.

Master Golgol yang menunjuk orc kecil dan mudanya diriku tidak lagi berada disini.

Goi, Gui dan lainnya adalah seniorku, sehingga mereka menolak mendengarkan perintahku dan berindak sendiri-sendiri.

Raungan goblin bergema, mengirim hawa dingin ketulang-tulangku, membuat kaki kami bergetar terus menerus.

Menakutkan! Menakutkan! Menakutkan!

Ini bahkan lebih menakutkan daripada menghadapi giant spider!!

“Orc!”

Suara Raja goblin bergema.

Itu Seloah-olah suara menggelegarnya lah yang mengguncang jantung kami! Menakutkan sekali!

"Aku memberimu kesempatan!"

Berdiri didepan kawan-kawan ku, aku mendengar teriakan dari belakang ku lagi.

Tertelan oleh ketakutan, dan perubahan suasana tiba-tiba, aku tau... Kami telah dikepung para goblin.

"Patuh kepadaku! Jika kau menolak, kalian semua harus mati disini!"

Kami akan dimakan!

Menakutkan! Menakutkan! Menakutkan!!

“A, Ahh…”

Aku tidak bisa berkata langsung.

"B- berikan A- aku waktu untuk b- bicara dengan k- kawan-kawan k- ku."

Untuk sesaat, aku melihat kilatan mata emas goblin itu.

"Tidak! Jika kau adalah Ketua, maka kau harus memutuskannya!"

Itu mustahil!

Tidak seperti Master Golgol, aku tidak punya kekuatan untuk meyakinkan kawan-kawanku. Satu-satunya alasan aku bisa membawa semuanya sampai kemari adalah karena pengaruh Master Golgol.

Untuk seseorang seperti diriku...

"I- itu...."

“Master Bui…”

Aku memalingkan kepalaku terhadap rintihan itu, dan disana, aku melihat kawan-kawanku semuanya memandang kearahku.

Tatapan yang mereka berikan tampak berpegang teguh pada ku, membuatku ingin menangis.

Aku tidak bisa menjawab harapan kalian! Aku kecil, lemah, dan hanyalah bocah yang gampang menangis!

Itu sebabnya... Itu sebabnya inilah keputusan yang aku ambil!

“Oh?”

Berasal dari Bawahan Raja Goblin, aku mendengar suara yang tampak terkejut disertai kekaguman.

“…Kami menyerah, Raja Goblin,"

"Aku menerima mu, Raja Orc."

Salah, aku bukanlah Raja Orc. Itu adalah jabatan yang hanya dimiliki Master Golgol.

Seseorang sepertiku... Seseorang seperti ku tidak mungkin menjadi Raja.

Bahkan setelah kupikirkan lagi, aku tetap menolak kata-kata Raja Goblin.

Raja Orc.

Seperti inilah... Kami menjadi bawahan para goblin.

◆◆◇◇◆◆◇◇

Raja Orc Bui (Lv34) telah menjadi bawahanmu.

◆◆◇◇◆◆◇◇

Author’s Note:

Jadi mereka mampu mengambil alih kelompok orc, huh.

Aku mulai menyukai Bui saat aku menulis chapter ini.

Comments