Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan dibawah ini
--------------
Chapter 13: Serangan
[Race]: Goblin
[Level]: 99
[Class]: Noble; Ketua kelompok.
[Possessed Skills]: <<Horde Commander>> <<Defiant Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship C+>> <<Avarice>> <<Distant Soul>> <<A Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<The Red Snake’s Eye>>
[Perlindungan ilahi]: Dewi Underworld, Altesia.
[Atribut]: Kegelapan, Kematian.
Serangan dari Segerombolan Orc.
Aku lengah karena mengabaikam ancaman Orc yang tinggal di sekitar sini.
Ancaman mereka jau lebih berbahaya dari yang aku perkirakan.
Selain Gigu yang melindungi ku, Para Orc menyebar dan saat ini keberadaan mereka tidak diketahui.
Aku menuju desa dengan Gigu sambil mendengarkan laporan apa saja yang terjadi sekaligus menyusun informasi yang kita punya diperjalanan.
Sialan. Aku tau kalau aku lengah, tapi tetap saja...
Tidak, ini semua hanya berdasar pada bagaimana aku belum mengerti situasi dan bertarung sampai batasku.
Aku merasa jijik pada kemungkinan aku bisa mati saat aku tertidur.
Pokoknya, bawahan ku tidak perlu bertarung hingga mereka mampu melawan Orc sendirian.
Jadi, jika ada satu keberuntungan, maka itu adalah aku yang sekarang pada level dimana aku bisa berurusan dengan Orc sendirian.
Saat ini, jumlah bawahan ku ada 10 ditambah Giga. Lalu, ada Reshia yang ikut untuk menyelamatkan Swordsman perempuan.
Kami hanya sedikit, namun kami akan menyerang mereka langsung? Rencana yang erani sekali bukan?
“Gigu”
Saat ini, trik kecil diperlukan. Jadi aku memanggil mantan pemimpin desa Gigu.
"Pergi dulu, dan pancing para Orc. Lalu bawa mereka menuju tempat perburuan."
“Baik.”
Mengenai pola pergerakan Orc, mereka agak mirip dengan goblin karna mereka bergerak menuruti keinginan mereka.
Pertama, mereka akan mengambil apa yang mereka suka, lalu mereka makan sampai memenuhi perutnya, dan mereka akan memenuhi keinginan apapun yang tersisa.
Jadi ada kemungkinan besar bahwa Orc masih berada di desa.
"Kau seharusnya bisa membuat beberapa jebakan. Jangan nekat memburu mereka sendiri."
“Aku harap punya waktu.”
“Oh, dan berlarilah.”
Pemimpin Orc tidak akan mengejar kelompok Gigu, tidak. Sebaliknya, orang-orang lemah dan bodoh, dengan kata lain, orang-orang yang lebih rendah adalah orang yang akan memburu kelompok Gigu.
Oleh karena itu, kemenangan bisa dicapai asalkan kami dapat membagi Orc seperti yang direncanakan.
Tanpa mengatakan apapun, Gigu mengangguk. Dan dari barisan depan kelompok, dia berlari.
“Guruuu!”
Disertai lolongan amarah, dia memimpin empat goblin menuju desa.
"Ku serahkan pada mu! Ambil batu dan bersembunyilah di gerbang utara!"
Setelah aku memberi perintah pada para goblin itu aku memanggil Giga dan Reshia.
“Dan untuk kita, kita akan menuju gerbang selatan."
Lalu, dengan great sword dibahuku, aku mendeklarasikan pada diriku sendiri,
"Aku akan mengambil kembali... Semuanya!"
Ditengah pergejolakan perang, angin utara bertiup dan cabang-cabang bergoyang.
◇◆◇
Dalam desa goblin, yang pagar-pagarnya telah rusah, terdapat Orc yang sedang makan.
Melihat hanya ada tiga Orc, Gigu pasti berhasil.
Jika dia gagal, maka aku akan menggunakan Reshia dan Giga sebagai umpan. Itulah salah satu alasan mengapa kita di gerbang selatan. Tapi karena Gigu telah berhasil, tidak ada lagi alasan untuk itu.
Seksrang yang tersisa adalah fokus pada ketiga Orc itu. Sambil memandang kelompok kecil itu, aku sadar ada salah satu orc yang memegang tombak panjang dan mengenakan kalung taring di sekitar lehernya.
Itu jelas berbeda dengan orc lain. Dan samar-samar, informasi muncul didalam kepalaku.
[Skill] <<The Red Snake’s Eye>> aktif.
[Race] Orc
[Level] 67
[Class] Leader; Ketua kelompok
[Possessed Skills] <<Enraged Voice>> <<Overpowering Howl>> <<Lead Belly>> <<Charge>>
[Perlindungan ilahi] None
Jadi itu bukan mimpi.
Skill ular merah bermata satu telah aktif.
Karena terpikikan hal itu, aku mengintip penjelasan skill sekali lagi.
[Skill] <<The Red Snake’s Eye>>
——Selama level target lebih rendah dari Level mu, skill akan menampilkan status target.
[Level], huh?
Kondisi untuk mengaktifkannya cukup menyulitkan. Jika itu hanya angka, maka tidak masalah, tapi karena itu terkait dengan level, aku tidak akan bisa menggunakannya lagi setelah ber-evolusi ke class yang lebih tinggi.
Untungnya, aku berhenti di Level 99 dan tidak ber-evolusi. Jika tidak, aku tidak akan bisa menggunakannya sekarang ini.
Aku sebaiknya lebih waspada... Tapi itu untuk nanti. Sekarang, aku bersukur telah menerima kebetulan ini.
Singkatnya, melihat kekuatan lawanmu hanya seperti membuka buku.
Memikirkan situasi sekarang, ada tiga orc didepanku. Satu-satunya pusat perhatian adalah pemimpin yang memegang long spear. Selain dia, semuanya biasa saja.
Jika terus begini, maka aku sendiri seharusnya bisa berhasil.
“Giga, Reshia, larilah ke pusat kota dan menuju gerbang utara."
"Seperti keinginanmu.”
Giga menatap Reshia, menunggu jawabannya. Dan Reshia mengangguk pada kata-kataku.
Ia mungkin punya keraguan, tapi sekarang, tidak ada pilihan lain selain mengikuti perintahku.
“Pergi!”
Sementara para Orc membelakangi Giga dan Reshia, mereka berlari diam-diam
Dan pada saat yang sama, aku bergegas menuju para Orc yang masih makan dengan rakus.
Sepuluh langkah lagi. Mereka masih tidak menyadari aku.
Inilah alasan lain mengapa aku pergi ke gerbang selatan. Orc punya penciuman yang baik, tapi dengan arah angin ini, mereka tidak bisa menyadari aku.
Tujuh langkah lagi.
Pada jarak itu, aku melihatnya.
Mayat bawahanku dan Swordsman perempuan tergeletak.
——Grrr
Tanpa sadar, aku menggertakan gigi belakangku.
“GUGuaAa!”
Empat langkah lagi.
Tapi karna itu, Orc akhirnya menyadari aku, berteriak dalam amarah.
Tapi ini sudah terlambat.
Mereka sudah didalam jangkauanku. Aku mengayunkan Iron Second (Steel Great Sword), dan menariknya keatas kepala orc.
Berat Great sword ditambah percepatan gaya sentrifugal, kedua hal ini secara bersamaan berubah menjadi pukulan kematian, dengan mudah menghancurkan salah satu kepala Orc.
Meneruskannya, aku mengincar pemimpin orc, tapi seperti yang diperkirakan, dia mampu menggunakan tombaknya sebagai perisai, dan menjauhkan jarak.
“PUGyuuaAAa! GyuAA!”
Itu memang raungan yang menggetarkan. Tapi... Apa kau berpikir aku akan kalah hanya karna itu!?
——Bayar semua kejahatan yang telah kau lakukan!
“GURUuuAAa!”
Dengan skill Overpowering Howl, salah satu pengikut pemimpin Orc gemetar ketakutan.
Orc itu seharusnya lebih lemah dari aku.
Tapi——.
Tiba-tiba, pemimpin orc menyerangku, mematahkan pikiranku. Tombak itu punya jangkauan dua kali lebih luas dari great sword ku, dan datang menghantam kepalaku.
Meleset, tombak itu berayun diatas kepalaku.
Jika jangkauan mu lebih besar dari aku, maka buat itu menjadi melee!
Saat tombak itu berayun melewati ku, aku menundukan tubuhku, dan beranjak menuju orc.
“PUGyuaAA!”
Seperi hewan, aku pergi dengan merangkak. Menaruh great sword dipunggungku, aku mengincar kepala pemimpin orc.
Tapi kemudian aku melihatnya menyeringai.
aku melihat wajah jelek babi itu tersenyum, sketika punggungku iku membeku.
Dan aku melihat sesuatu dari sudut mataku.
Bahkan tanpa tau apa itu, aku secara reflek bergerak..
Dalam sekejap, hawa panas merembet di kakiku seperti sebuah serangan mengenaiku, dan tanpa memberikan aku waktu istirahat, long spear itu sudah berada diatas kepalaku.
Tapi dengan berguling-guling di tanah, aku sedikit bisa menghindarinya. Lalu aku berdiri, dan berlari menuju gerbang utara.
Aku ingin mengurangi kekuatan mereka sedikit lagi, tapi sepertinya aku tidak bisa melakukannya lebih dari ini.
“PUGyuuaAa!”
Sebuah suara kemarahan mengikuti dibelakangku. Orc yang melihat darah, telah menjadi sangat mengamuk.
Siapapun tidak bisa menghentikan daging lemak itu tanpa perencanaan yang benar.
Dan begitulah aku terus berlari menuju gerbang utara, menuntun para orc yang berlumuran darah temannya.
◇◆◆
Jalan diluar gerbang utara cukup dekat dengan hutan.
Sejak orang-orang berhenti tinggal di desa ini, hampir tidak ada yang pergi ke pegunungan. Jadi secara alami, jalan menuju gunung telah memburuk. Mengubahnya menjadi kondisi saat ini di mana setengah jalannya sudah rusak, tanaman rambat yang menjalar dari kedua sisi, dan tanaman kecil bisa dilihat tumbuh di jalan.
Lengkap dengan pepohonan rimbun, dijalan sempit yang aku putuskan untuk menggunakannya sebagai arena duel ku dengan kedua orc itu.
Dengan para goblin yang telah tersebar, kedua orc ini adalah satu-satunya bagian puzzle yang kurang. Ketika aku membunuh dua orc itu, maka semuanya akan berakhir. Tapi tentu saja, lawanku tidaklah bodoh untuk membiarkanku melakukannya dengan mudah.
Aku memilih tempat khusus ini karena sempit. Karena sempit, aku harap orc akan sulit menggerakan long spear nya, tapi harapan itu sepenuhnya menguap.
Orc membawa tombaknya diatas kepala, dan dia memutarnya. Dengan mengambil keuntungan dari gaya sentrifugal, tombak itu menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan, dan dengan mudahnya menebas ranting-ranting disekitar.
Faktanya, kekuatan yang terkandung didalam tombak itu sangatlah kuat sampai jika aku memegang great swordku dengan kedua tangan, dan dengan seluruh kekuatanku untuk menahannya, aku pasti masih akan terpental juga.
Jika aku mengatasinya dengan serangan tiba-tiba, maka aku harus bisa mengambil keuntungan itu dari likungan disini.
Dalam penyesalan yang aku tunjukan diawal, Pengikut Orc gagal menghindari serangan kejutan, dan melukainya langsung, dan melepaskan long sword dari genggaman orc.
Pada saat yang sama, jangkauan pemimpin orc terus membuatku bergerak, secara efektif membatasi pergerakan ku.
——Babi sialan, jangan gunakan kepalamu!
Aku tumbuh lebih dan lebih tidak sabar. Dan dengan itu, aku meluncur lebih cepat, menuju ke hadapan musuh.
Meskipun kecil, luka yang berkali-kali ku terima, menyebabkan darahku mengalir terus menerus yang sangat melemahkan ku.
"Gu."
Sementara aku menghindari long sword pengikut orc yang sudah kembali, long spear segera datang setelahnya, dan menerbangkan aku.
Aku bisa melihat wajah pengikut orc menyeringai saat dia mengayunkan peda---
Semangat terus kawan ^,^)b
ReplyDeleteSemangat terus kawan ^,^)b
ReplyDelete