Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan dibawah ini
--------------
TL: Kutiarga dan Ativ jelaslah berbeda. Kutiarga mencipatakan sedangkan Ativ membuat dunia. membuat disini berarti seperti menuntun makhluk hidup kearah lebih baik(mungkin). kalo Kutiarga bener-bener yg nyiptain dunia dan seisinya tapi tidak menciptakan makhluk hidup. baca aja dulu
Chapter 26: Legenda
[Race] Goblin
[Level] 26
[Class] Duke; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Horde Commander>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B->> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia)
[Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts] Kobold (Lv9)
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>
Diantara para druid yang ditambahkan kedalam kelompok kami, 30 dihitung sebagai petarung. Didalam 30 tersebut, 25 nya mampu menggunakan sihir untuk bertarung.
Aku memberikan nama pada goblin rare yang memimpin kelompok itu.
"Aku menamai mu Giza," kata ku.
Goblin rare berterimakasih padaku, tapi disaat yang sama, dia membuat wajah kecut. Ini pertama kalinya aku mendapatkan respon semacam ini.
"Apa? Tidak puas?" Tanya ku.
"Tidak... Aku baru sadar tidak ada hal istimewa apapun didalamnya sebagai seorang pria," pasrah Giza.
Maaf saja aku tidak punya selera!
Non-petarung dan petarung dari kelompok baru total ada 50.
Kami membawa semua goblin itu dengan kami, dan kembali ke desa.
◇◆◆
Dengan para druid telah ditambahkan, kami sekarang total berjumlah 142 goblin.
92 petarung, dan 50 non-petarung yang juga termasuk betina, orang tua, dan larva. Kami menjadi keluarga yang cukup besar sekarang.
Gigu juga memenuhi tugasnya melindungi desa tanpa masalah, dan perburuan kami sekarang berjalan sangat baik.
Aku membentuk lagi grup tiga-orang dengan para druid, kemudian aku menunjukan pada mereka cara kami berburu, dan hari itupun berakhir.
Keesokan harinya, aku menggunakan [Skill] <<Red Snake’s Eye>> untuk mengevaluasi para goblin, memilih goblin yang menjanjikan, dan kemudian membentuk grup tiga-orang dibawah Giga.
Ketika matahari mulai terbenam, aku memipin Giga dan kelompoknya untuk berburu di wilayah selatan. Dan ketika langit mulai gelap, kami membawa hasil buruan kami dan kembali ke desa.
Sesaat aku sampai, aku mengikuti jadwal biasa ku, dan pergi menuju penjara reshia. Tapi kemudian aku melihat seseorang pergi keluar melewati ku.
"Giza, apa yang kau lakukan disini?" Tanya ku.
"Tidak ada," jawab nya.
Giza tampaknya agak haus akan pengetahuan. Bahkan di duel kami sebelumnya, dia meminta Reshia sebagai hadiahnya.
Tapi karena itu, Reshia kelihatannya membenci dirinya, dan baru saja ditolak. Sial bagi dirinya, Reshia adalah harta karun raja, membuatnya terhenti, tak bisa melakukan apapun. Cukup langka sebenarnya melihat dia tersenyum pahit seperti itu.
Itu pasti karena rupanya yang mirip dengan manusia apalagi pada ekspresinya, yang anehnya sekarang lebih manusiawi.
"Kau datang disaat yang tepat. Aku baru mau mengunjungi Reshia. Ayo," kataku, yang mana Giza menjawab dengan membungkuk, berkata, "terima kasih."
Cukup langka melihat goblin ini membungkuk. Tapi, aku penasaran bagaimana kau menolak goblin ini, Reshia? Untuk goblin over-percaya diri ini sampai begitu bermasalah.
Aku bahkan lebih memikirkan itu di bandingkan apa yang akan ku diskusikan dengan Reshia.
Saat aku memasuki penjara, Reshia melihatku. Setelah itu, ia melihat Giza mengikuti ku tepat dibelakang. Dengan segera, kerutan-kerutan dalam muncul di dahinya.
"Kenapa goblin itu disini?" Tanya nya, tampak terganggu.
"Dia ingin berbicara juga, mungkin," jawab ku.
"Aku berbicara karena itu kau. Aku enggak mau berbicara dengan goblin itu," Jawab terus terang reshia.
"Oh, ayolah, jangan kaya gitu dong. Anggap saja ini sebagai permintaan ku," kata ku, berusaha membujuknya untuk mau.
Reshia bergumam sendiri, kemudian menjawab dengan suara samar-samar, hampir seperti berbisik, ia mengatakan,
"Baiklah... Tapi hanya ketika kau didekatnya,"
"Kelihatannya aku dibenci nih," pasrah Giza, sambil tersenyum pahit.
Tahan banting juga kau, pikir ku. Meneruskannya, aku berkata,
"Hari ini aku ingin membicarakan tentang dewa-dewa."
"Maksudmu, legenda mereka?" Tanya reshia, penasaran.
"Ya, terutama cerita Dewa yang membuat dunia dan saudara-saudaranya... Hmm? Ada masalah?"
Untuk suatu alasan, Reshia membeku, terkejut dengan ekspresi aneh diwajahnya.
"Ah, tidak... Aku hanya sedikit terkejut. Aku tidak mengira kau akan tertarik pada silsilah dewa," jawabnya.
Aku menengok melihat Giza, dan bertanya,
"Apa itu aneh?"
"Yah... Kau menanyakan sesuatu yang bahkan lebih normal. Seperti cara menggunakan sihir misalnya," jawab Giza.
Mendengar itu, aku berpikir, oh, itukah yang ia pikir. Kemudian aku menanyai reshia,
“Hmm… Reshia, apa kau juga mengerti kisah kisah para dewa itu tidak memiliki arti?"
"Ah, tidak. aku tidak memikirkan itu sama sekali. Bagaimanapun juga, mendapatkan pengetahuan dari studi sejarah dewa adalah alasan kami, para utusan dewa,"
Alasan para utusan dewa?
"Utusan dewa itu... Apa ada arti khusus didalamnya?" Tanya ku.
"Ya. Di dunia kami, yang berarti didunia manusia, ada sesuatu yang dipanggil, agama. Apa kau punya hal seperti itu juga?" Jawab reshia.
"Apa kita punya?" Tanya ku, melempar pertanyaan pada Giza.
"Tidak," jawab pendek Giza.
"Cara hidup kami sederhana. Mereka yang tidak punya kekuatan, mati. Mereka yang punya kekuatan, kami patuhi. Tapi tentu saja, kami juga punya semacam cinta untuk para dewa yang memberikan Perlindungan Ilahi mereka."
Ada juga kasus seperti ku, dimana aku tidak merasakan semacam ketertarikan ataupun rasa syukur bahkan setelah menerima Perlindungan Ilahi seperti yang kudapat dari Altesia. Dan lagi, aku mungkin termasuk dalam kelompok minoritas yang sangat sedikit.
Saat aku berpikir dalam hati, Reshia berkata,
"Baiklah. Ini mungkin sulit bagi mu untuk mengerti, tapi diantara manusia ada juga yang menerima itu, dan ada juga yang tidak menerima berkah dari dewa."
Yah diskusi ini mulai menjadi agak merepotkan. Reshia terlihat tidak seperti ia akan berencana berhenti dalam waktu dekat.
Aku merasa seperti aku baru saja menekan tombol berbahaya. Asem, aku mulai menyesal membicarakan topik ini.
Karena itu, aku putuskan untuk menyela Reshia. Dengan ragu-ragu, aku berkata,
“T-Tunggu Reshia.”
“… dengan kata lain– ya? Apa?” Kata Reshia saat ia menatapku dengan tatapan seperti itu mengatakan, kita sedang berada dibagian paling bagus tau!
"Aku tau aku tidak mengerti agama dengan baik; itu bukan yang ingin ku bicarakan. Aku ingin membicarakan tentang para dewa," kata ku.
“Gezz… baiklah. Ayo bicarakan agama lain kali aja," jawab nya, sedikit putus asa.
◇◆◇
Leluhur para dewa, Kutiarga.
Dialah yang menciptakan dunia.
Dia menciptakan daratan di laut yang luas dalam 7 malam dan 8 hari. Lalu dia memotong sebagian tubuhnya unuk menciptakan dewa baru yang akan menyaksikan seluruh ciptaannya.
Ibu dewi, Deetna.
Kutiarga bekerja sama dengan ibu dewi yang lahir dari sebagian anggota tubuhnya, Deetna, untuk menciptakan kehidupan baru satu persatu.
Dewa air, dewa hutan, dewa angin, dewa tanah, dewa ilusi, dewa mimpi, dewa bintang... Dan banyak, banyak lagi. Dimana ada kehidupan, ada kuasa dewa diatasnya.
Dunia dipenuhi para dewa, dan Kutiarga dan Deetna merasa puas. Tapi ketika Ibu dewi menciptakan dewa api, ia terbakar. Luka itu menjadi alasan kematiannya, dan ia pergi menuju dunia kematian.
Kutiarga sedih.
Bagaimanapun juga, dia baru saja kehilangan orang yang dia ciptakan dari setengah bagian tubuhnya.
Dalam duka, dia menenggelamkan tubuhnya sendiri kedalam dunia ini, meninggalkan perintah untuk menciptakan lebih banyak kehidupan pada anak-anaknya. Dan keinginan Kutiarga dan Deetna untuk menjadi bagian dunia yang mereka ciptakan bersama, menjadi kenyataan.
Mengikuti keinginan mereka, para dewa yang tersisa bekerja sama menciptakan kehidupan baru.
Dewa hutan dan air menciptakan Elf setelah ibu dewi mereka tiada.
Dewa tanah dan angin memotong biijih besi untuk menciptakan demi-human.
Dewa ilusi dan mimpi merajut bersama, menciptakan naga.
Dewa bintang menggapai berbagai bintang, mengumpulkan sumber daya. Dan dengan itu, mereka menciptakan Giant.
Dan yang tersisa adalah dewa api.
Karena nya ibu dewi yang menciptakan dirinya, mati.
Sendirian dan yang paling muda, dia satu-satunya dewa yang tidak menciptakan kehidupan baru.
para dewa yang tau dirinyalah penyebab ayah dan ibu mereka mati, menolak bekerja sama dengannya.
Yang tertua diantara para dewa, dewi air, merasa kasihan pada dewa api. Dia memanggil dewa-dewa lain, dan mereka memberikan apa yang tersisa pada dewa api.
Dewa hutan memberikan minuman anggur. Dewa air memberikan air dingin. Dewa tanah memberikan segumpal tanah... Dan seterusnya. Masing-masing para dewa memberikan kepada dewa api bagian-bagian yang mereka tidak gunakan.
Tapi dewa api bertahan.
Dengan tangan canggungnya, dia mencampur air dengan gumpalan tanah, dan meremas nya. Dia memohon dengan sepenuh hati mencampur itu dengan semua kelebihan yang telah dia terima.
Dia mengingat sosok ayahnya yang pernah dia lihat saat masa muda nya.
Tolong, pintanya. biarkan aku melahirkan kehidupan sama seperti yang ayahku lakukan.
Dan begitulah.... Manusia lahir.
Kemudian para dewa menyebar bentuk kehidupan yang mereka ciptakan keseluruh daratan yang ayah mereka ciptakan.
Para Elf dikirim kedalam hutan rahasia. demi-human ke padang rumput berangin. Para naga ke gunung colossal yang tingginya seperti didalam mimpi. Para Giant ke bawah tanah.
Dan para manusia dikirim ke pantai kecil.
Ketika mereka saling bekerja sama, mereka mencapai kemakmuran, dan tumbuh dalam jumlah besar.
Puas, para dewa perlahan membuat lagi kehidupan.
Beasts, magical beasts, dan banyak lagi, bahkan meski itu merupakan kegagalan yang para dewa ciptakan, mereka tetap memberikannya kedalam Dunia.
Tapi Dewa api sedih.
Manusia yang dia ciptakan terlalu lemah jika dibandingkan dengan ras-ras lain.
Jadi dewa api berkonsultasi pada dewa air.
Apa yang harus ku lakukan, tanya nya. Dan dewa air menceritakan saat ayah mereka menciptakan ibu mereka.
Dewa api menangis dan mengeluh pada dewa air, mengatakan, tapi tidak ada yang mau bekerja dengan ku.
Lalu Dewa air menyarankan, kenapa kau tidak mengambil setengah tubuh mu dan membagi-bagi nya?
Dewa api menjadi sangat gembira.
Ahh, baiklah, kata nya. Jika aku melakukan itu aku tidak akan sendirian lagi.
Dan begitulah dewa api menggunakan kaki nya sendiri, dan menciptakan dua bulan. Dia menggunakan lengan kanannya, dan menjadikannya dewa pengetahuan. Dia menggunakan lengan kirinya, dan dia menciptakan spirits. Kemudian dia menggunakan kepalanya sendiri, dan menciptakan dewa yang lahir di dunia itu. Dan yang terakhir, dia menggunakan tubuhnya dan menciptakan matahari.
Para spirit merusak hubungan dengan manusia sesaat mereka lahir.
Mereka menjadi sedih kara kematian dewa api, jadi mereka merubah bentuk mereka, dan menyatu kedalam tanah untuk menyelamatkan pencipta mereka, melahirkan gunung berapi yang akan melahirkan daratan baru.
Kemudian dewa yang lahir dari lengan kanan dewa api tidak lama kemudian dipanggil dewa baru.
Dewa yang dilahirkan di dunia dikenal sebagai Ativ. Dan dewa pengetahuan, dikenal sbg Hera.
Kedua dewa itu menikah, dan melahirkan dewa dan dewi yang akan membimbing manusia.
Dewi tertua, Altesia, mewakili keberanian. Dewa tertua, Gurdika, mewakili senjata dan sihir. Dewi selanjutnya, Hekaterina, mewakili kemenangan dan kejayaan.
Dewi yang ketiga, Liuryuna, mengatur segala nasib. Dan dewi yang keempat adalah dewi healing, Zenobia.
Mereka membimbing manusia. Ativ dan Hera bekerja sama untuk menciptakan konsep kerajaan.
Tapi saat manusia berkembang, dunia para dewa diambang kehancuran.
Para dewa yang melahirkan kehidupan tanpa pikir panjang mulai berdebat siapa diantara ciptaan mereka yang lebih hebat.
Akhirnya perdebatan itu tumbuh, dan Dewa air, yang tertua diantara mereka, berusaha melerai pertengkaran. Perlahan, bahkan yang tertua dari mereka terseret kedalam pertengkaran itu.
Sampai ujungnya, para dewa keluar dengan sebuah jawaban.
Mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, ayo cari tau sendiri ciptaan siapa yang lebih kuat.
Dan dimulailah pertukaran mengerikan antara kehidupan dan kematian.
Para Elf dan Demi-human, Giant dan Naga, tanpa belas kasih membunuh ras satu sama lain. Namun dalam kekacauan itu, perang antar ras itu, para manusia dilindungi oleh dewa-dewa mereka.
Berbalut Keberanian Altesia. Senjata dan sihir Gurdika di tangan mereka. Janji kemenangan dan kejayaan dari Hekaterina.
Dan melalui bimbingan dewi takdir, Liuryuna, para manusia yang dikenal sebagai pahlawan muncul untuk mengorbankan diri mereka sendiri, menyelamatkan manusia sementara Zenobia melindungi mereka dari luka-luka.
Dan sebelum ada yang mengetahui itu, para manusia yang punya daratan dan pengaruh terbesar. Mereka membakar hutan-hutan, mereka meruntuhkan gunung-gunung, mereka menggali tanah dan mengumpulkan ore berharga, memperluas kekuasaan mereka.
Ras lain saling membenci sesaat dewa mereka menghendaki, tapi mereka tidak punya kekuatan untuk melawan manusia.
Kekuatan dari dewa baru yang dipimpin oleh Ativ semakin kuat.
Salah satu dewa yang melihat itu jengkel, dan akhirnya, dewa itu mengusulkan para dewa lain sebuah ide.
Ayo kembalikan ibu kita, Deetna, dan bawa kedamaian ke dunia kita. Perang adalah tindakan bodoh bagaimana juga, kata dewa itu.
Dewa lain setuju saat kekuatan mereka semakin jatuh setelah semua ciptaan mereka terbunuh.
Dan begitulah pintu dunia kematian terbuka.
Para dewa berdoa.
Ibu dewi, Deetna, pinta mereka. Tolong bimbing kami sekali lagi.
Tapi apa yang menyambut mereka dari sisi lain adalah sarang ular.
Ular-ular menipu para dewa, dan dunia jatuh kedalam kegelapan.
Tapi para ular bukan sat-satunya yang melewati pintu itu. Magical beasts, monsters, dan bahkan yang telah mati, semuanya melewati pintu itu.
Beast kotor dan jahat telah lepas kedalam dunia.
Dewa air yang entahbagaimana berhasil selamat bersama para dewa lain merasa takut pada kekacauan ini.
Jika begini terus dunia yang ayah kita ciptakan akan dipenuhi dengan kematian, tangis mereka.
Tapi para Elf, demi-human, dan giant takberdaya melawan gempuran kekuatan itu.
Saat ituah sebuah sinar arapan melesat didepan mereka.
Manusia yang Ativ pimpin, meski kecil, mereka mampu melawan pasukan kematian.
Jadi para dewa menfokuskan kekuatan mereka kepada dewa manusia serta demi-humans, dragon, giant, Elf, mereka semua dipersatukan dibawah Ativ.
Ativ dan Hera menempatkan Altesia sebagai barisan depan, memungkinkan dirinya memimpin koalisasi.
Tunjukan keberanianmu!
Angkat senjata mu!
Percaya pada takdirmu!
Demi kemenangan dan kejayaan!
Altesia memipin koalisi, dan dengan Gurdika, Liuryuna, dan Hekaterina, mereka mati-matian melawan pasukan kematian yang tiada henti itu.
Altesia yang berada di garis depan, memimpin dengan pedang teracungnya. Gurdika yang ditengah-tengah, menciptakan senjata dan sihir satu demi satu. Liuryuna akan menyelamatkan mereka yang akan mati atas takdir mereka, dan Hekaterina akan menyanyikan pujian kemangan dan kejayaan, menaikan semangat juang semua orang.
Setelah ratusan tahun perang, mereka akhirnya mampu mendorong kembali pasukan kematian melalui pintu dimana mereka datang.
Saat pedang Altesia menusuk mayat Deetna yang tersisa, perang telah berakhir.
Dewa lama berterimakasih pada dewa baru, dan mereka kembali ke tempat terhormat mereka tanpa berdebat. Dan mereka memutuskan untuk terus hidup tanpa memilih jalan konflik.
Sama dengan kehidupan yang mereka ciptakan.
Elf pergi kedalam hutan rahasia.
Demi-human ke padang rumput dan hutan-hutan.
dragon ke gunung-gunung tertinggi.
Giant pergi ke bawah tanah.
Itu adalah kejayaan para dewa baru.
Ketika ada bahaya, Altesia akan datang. Dan Gurdika akan memyelesaikan masalah dengan sihir dan senjatanya. Sementara Liuryuna akan menuntun takdir orang-orang, dan Hekaterina akan menjanjikan kejayaan dan kemenangan.
Tapi masa kejayaan mereka tidak berlangsung lama.
Dewa yang dilahirkan dibumi, Ativ, terpesona akan kecantikan Zenobia.
Dewi kebijaksanaan, Hera, merubah penampilannya karna perubahan hati Ativ, sementara Altesia terbakar dalam kecemburuan.
Senjata dan Sihir yang Gurdika ciptakan akhirnya membawa kekacauan pada dunia, dan dia berhenti. Liuryuna yang harusnya menyelamatkan manusia dari kematian berakhir tenggelam dalam kematian manusia itu sendiri.
Hekaterina tanpa sadar dilema siapa yang memutuskan kemenangan dan kejayaan sampai akhirnya ia tidak memberkati orang-orang sama sekali.
Dengan para dewa dalam situasi seperti itu, manusia perlahan jatuh.
Kebobrokan, kebusukan, dan kecemburuan menyebar layaknya wabah, dan para manusia tumbuh melupakan kebanggaan yang pernah mereka punya saat mereka ditumbuhi ketakutan akan tersakiti dan kematian.
Dan Altesia terus semakin terbakar dalam kecembaruan.
Orang yang memimpin pasukan, dan yang mendorong pasukan kematian adalah ia. Bukan siapapun, melainkan ia.
Namun, kenapa hanya Zenobia? Kenapa hanya dirinya yang dicintai Ativ?
Api kecemburuan membara didalam Altesia, dan Ativ mulai menyakitinya. Jadi Ativ menyerahkan negara kematian untuk di atur oleh Altesia.
Negara kematian yang ditinggal sendirian sejak kematian Deetna, dan saat ini sedang menuju kehancuran.
Pada tingkat itu, negara kematian sepenuhnya akan musnah.
Saat negara mereka lenyap, mereka akan pergi, dan melarikan diri mereka menuju negara manusia lagi.
Altesia pergi ke negara kematian sendiri, menarik pedang gurdika dari sisa mayat Deetna, dan membunuh para ular.
Amarahnya sangatlah menakutkan, dan akhirnya ia mengendalikan negara kematian.
Dan kali ini, orang yang menyerang negara manusia adalah dirinya.
Dalam sekajap mata, ia menaklukan dunia manusia.
Ativ telah melupakan segalanya karena kecintaannya terhadap Zenobia.
Dewi Hera, telah merubah bentuk wujudnya sendiri.
Gurdika telah memutuskan tidak akan membuat sihir ataupun senjata lagi.
Liuryuna berakhir dengan seenaknya bermain-main dengan takdir.
Hekaterina telah melupakan pemberkatan kemenangan dan kemuliaan kepada siapapun.
Mungkin hanya ketika mereka tertusuk oleh pedang Altesia mereka akan mengerti seberapa dalam kemarahan dan perjuangan Altesia.
Para dewa terbangun ketika setengah dunia telah diambil alih oleh Altesia, dan mereka menggunakan kekuatan mereka bersama, dan melawan Altesia.
Ativ mulai mengingat bagaimana bekerja sama dengan orang lain.
Hera memancarkan sinar pengetahuan keatas manusia lagi.
Gurdika mulai menicptakan senjata dan sihir lagi.
Liuryuna mulai menenun benang takdir, membimbing para pahlawan.
Zenobia menyembuhkan orang-orang terluka.
Dengan para dewa bekerja sama, mereka mampu melawan Altesia.
Tapi tidak ada seorangpun yang bisa bertarung melawannya di garis depan.
giant snake akan mengguncang tanah saat merangkak. black dragon menguasai langit saat terbang. Ular berkepala-dua akan meracuni perairan, dan ular itu akan membakar apapun dengan api hitamnya.
Dengan begitu, tidak seorangpun bisa menghentikan Altesia.
Ativ sangat kebingungan; itu, bagaimanapun juga, bencana yang disebabkan oleh drinya.
Jadi dia meminta pertologan pada Dewa lama.
Banyak dari mereka ragu-ragu, tapi mereka berhutang pada dirinya di peperangan sebelumnya.
Jadi mereka bergabung di peperangan sebagai aliansi Ativ.
Dan bersama, mereka mampu menekan Altesia kembali ke negara kematian.
Ativ dan dewa lain kemudian bersumpah tidak akan terlibat lagi dengan manusia.
Dan demi melemahkan kekuatan Altesia, para dewa tertidur.
Inilah akhir kejayaan para dewa.
Dan tirai sejarah ini ditutup.
◇◇◆
Sudah terang saat cerita itu berakhir.
Satu-satunya yang masih terjaga adalah aku dan Reshia.
Bahkan Giza dan Lili, yang harusnya sudah terbiasa akan ini, telah tertidur.
"Apa kau mengerti?" Jawab Reshia.
“Yeah…” jawab ku.
Hanya saja ada satu hal yang perlu ku tegaskan.
"Apa kau pernah bertemu dengan Zenobia?” Tanya ku.
"Tidak? Aku baru mengatakannya tadi, para dewa tidak suka terlibat dengan kita," jawab nya.
"Apa itu berlaku juga dengan Altesia?”
"Tentu saja. Itu sebabnya kenapa para dewa tertidur."
Okeh.
Jadi bagi manusia, ini bukan apa-apa selain legenda. Atau Altesa hanya tidak bisa tinggal diam? Apapun itu, ia tidak menjauhi manusia sebagaimana yang para dewa katakan.
Juga, itu berarti mereka para pahlawan yang harus ku bunuh akan muncul.
–––tunjukan keberanian mu, huh?
Kenapa saat aku mendengar kata-kata itu, aku bisa melihat sosok gagah altesia yang berbalut armor dalam benakku?
*Thump
Saat aku memikirkan itu, rasa gatal muncul dari ular melingkar yang ada ditangan kanan ku.
“…itu pelajaran yang bagus,” kata ku, berterimakasih pada Reshia.
“Ya kan?” Jawab Reshia dengan senyum seolah-olah siap untuk tertidur.
Sebaiknya aku harus berhati-hati ketika berbicara dengan Reshia.
Lagipula, lebih baik aku tidur dulu....
Author’s Note:
Pelajaran Reshia-sensei tentang kisah para dewa.
Pelajaran berlangsung selama 8 jam. Adapun istirahat, mereka mengambil 10 menit untuk istirahat tiap tiga jam.
Keren
ReplyDelete