Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 32: Seorang Raja Tamak

 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan dibawah ini

 --------------

To make it easier use CTRL+F.

[Goblin] Gi Ga
Goblin dalam kelompok terasing yang mana dengan MC dia mengalahkan orc. Dia saat ini berada di class noble, yang tertinggi diantara bawahan MC. Dia memilih menggunakan tombak.

[Goblin] Gi Gu
Mantan pemimpin desa. Dia ditekan oleh MC yang dalam bentuk noble, dan menjadi bawahannya. Dia menggunakan long sword, dan relatif pintar untuk seekor goblin rare.

[Goblin] Gi Gi
Dikenal sebagai beast warrior, goblin dengan kemampuan menjinakan beast.
Dia berevolusi saat memburu spear deer dengan MC.
Dia menggunakan Axe. Class goblinnya adalah rare.

[Goblin] Gi Go
Goblin dengan banyak luka-luka ditubuhnya. Makanan kelompoknya sering dicuri oleh Gray Wolf, jadi dia membuat keputusan mengikuti MC. Dia lah yang paling berpengalaman diantara goblin rare. Senjatanya adalah katana melengkung.

[Goblin] Gi Za
Goblin Druid Rare yang baru bergabung dengan mereka.

Chapter 32: Seorang Raja Tamak

[Race] Goblin
[Level] 60
[Class] Duke; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Horde Commander>>
<<Insurgent Will>><<Overpowering Howl>>
<<Swordsmanship B->><<Insatiable Desire>>
<<King’s Soul>><<Ruler’s Wisdom I>><<Eyes
of the Blue Snake>><<Dance at Death’sBorder>><<Red Snake’s Eye>><<MagicManipulation>><<Soul of a Crazed Warrior>>
<<Third Impact (The Third Chant)>>
[Perlindungan Ilahi] DewiUnderworld (Altesia)
[Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts] High Kobold (Lv1) GrayWolf(Lv1) x2
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>

Aku beristirahat didesa setelah menyelesaikan masalah pengintaian wilayah barat.

Dan sekarang, aku menyaksikan masing-masing fraksi bertarung mati-matian dengan Lili.

"Fraksi siapa yang bertarung hari ini?" Tanyaku.

"Kami, Ketua," jawab Gigo sambil membungkuk.

Aku tidak tau apakah itu karena bekas lukanya, tapi Gigo selalu mengingatkanku akan prajurit jaman dahulu.

"Apakah kau sudah menemukan cara mengalahkan manusia?"

"... Belum."

"Gigo, aku punya rencana, bawa tiga goblinmu kemari dan aku akan memberitahu rencanaku pada mereka."

Wajahku membentuk seringai saat aku menggumamkan kalimat itu.

Untuk siapapun yang ada disini, wajahku harus terlihat jahat.

"Lili, apa kau siap?"

"Ya, tanpa masalah."

Lili berdiri dengan tegap sambil mengayunkan pedangnya, memotong udara yang ada disekelilingmya.

"Baik, ayo mulai."

Dan begitulah pertarungan antara Lili dan tiga goblin dimulai

◇◇◆

Perlahan Lili mendekati tiga goblin, tapi tiga goblin itu mendekati nya dalam satu baris.

Dasar grup tiga-orang tidaklah berubah.

Satu goblin akan mem-block, satu lagi akan mematahkan kuda-kuda musuh, dan satu lagi akan membunuh mereka.

Hanya saja kali ini, tiga goblin bersatu. Dan mereka mem-block serangan Lili.

Lili dipanggil sebagai Petualang bukan hanya sekedar penampilannya saja, dengan lihai ia menghunuskan serangan bertubi-tubi, tidak memberi sedikitpun celah pada Goblin. Setiap gerakan yang goblin buat akan segera bertemu dengan kilatan pedangnya, memaksa para goblin tertahan di satu tempat.

Tapi serangan kilat itu bukan berarti bisa membunuh golin dalam satu ayunan, jadi para goblin perlahan mengimbangi gerakan pedang itu sampai akhirnya, mereka mendapat celah!

“Ambil!”Ucap ku.

Lili menghunuskan pedangnya tepat kedepan, namun itu memberikan goblin kunci kemenangan.

Reflek, aku berseru, "Ayo!" Tapi mengejutkannya, salah satu goblin terlempar keudara dan dua lainnya menyebar kearah yang berbeda.

"Cih!"

Semua goblin mulai merangkak, dan salah satunya berusaha menyerang lili dari bawah. Pedang goblin yang awalnya dimaksudkan sebagai senjata untuk menggapai kemenangan, Tanpa teknik khusus menggores tanah dengan keras dan cepat, menjadikannya serangan kejutan dari bawah. Terkena serangan itu, Lili sekarang seharusnya tidak bisa menyerang balik.

Lili menyanggah tubuhnya dengan pedang yang tertancap kedalam tanah.

Pada saat yang sama, goblin dari sisi kiri dan kanannya mengincar kedua kakinya.

"Hal seperti ini!––––cih!?”

Lili melompat kebelakang, tapi salah satu goblin yang tengah merangkak mendapatkan kakinya lagi.

“Ap–!?”

Sebelum Lili mengetahuinya, goblin lain sudah berada disamping kakinya, mengunci kakinya dengan pedang kayu milik goblin. Dan itulah tanda bahwa Pertandingan telah berakhir.

“Sudah cukup.”

"Aku... Masih bisa bertarung!" Ucap kesal Lili.

Hmm…

"Lalu bagaimana dengan ronde lain?" Sanggah ku.

"Tentu saja!" Jawab cepat nya.

"kalau begitu, orang berikutnya adalah...."

"Fraksi ku."

Orang yang melangkah itu adalah Gigu, seorang goblin yang lahir didesa ini.

"Baiklah, bawa goblin mu kesini. Aku akan mengatakan rencananya pada mereka."

Aku mengumpulkan goblin-goblin yang akan melawan Lili, dan dengan tenang membisikkan strategi pada mereka.

Ketika aku selesai, para goblin pergi menghadap Lili.

"Aku tidak akan kalah lagi," tegas Lili.

Lili menggertakkan giginya sambil mengayunkan pedangnya.

“Mulai.”

Pada aba-abaku, Lili melompat kearah para goblin. Tapi para goblin melesat dengan merangkak mengincar kedua kaki Lili.

"Tidak peduli berapa kali kau melakukan itu!"

Lili melompat mundur dan memperbaiki sikap berdirinya. Tapi goblin terus merangkak.

“Cih!”

Ketiga goblin itu terus menyerang dari bawah, menjadikan Lili tidak bisa melakukan apapun selain bertahan. Ditambah kaki nya sedang terluka, dan sekarang ia paksa untuk bergerak hanya akan menambah parah luka-lukanya itu.

Akibatnya sementara ia bertarung disaat yang sama ia juga menahan rasa sakit dari kakinya, rasa lelahnya juga kian bertambah seiring waktu berjalan.

Serangan demi serangan semakin ganas, dan ketika tubuhnya mencapai batas, pedangnya terlempar.

Terengah-engah sesudah pedangnya lepas... Pertandingan berakhir.

"Sudah cukup."

"Cih..."

Aku mengguncang bahu Lili, kemudian aku menyerahkannya pada Reshia untuk disembuhkan. Setelah itu, aku memanggil Gigu dan Gigo.

"Kenapa kau berpikir mereka akan menang melawan perempuan itu?"

Dua goblin tetap diam, jadi aku yang menjawab pertanyaan.

"Alasannya sederhana. Karena ada rencana jelas bagaimana mengatasi musuh."

"Jelas?"

"Rencana?"

Apa terlalu rumit?

"Dengan kata lain, aku memberitahu mereka tempat untuk diserang."

"Baiklah," keduanya mengangguk saat mereka menjawab pada saat yang sama.

"Selain itu, aku juga memberitahu mereka kelemahan lawan."

Menekan kelemahan lawan, dan dengan titik lemah yang sudah jelas, menjadikan ketiga goblin dapat menyerang dengan koordinasi.

Dan secara alami... Kemenangan akan datang.

Dengan kata lain, dasarnya bermuara pada: memaksimalkan keuntungan jumlah tiga goblin dan menyerang kelemahan lawan.

"Mulai sekarang dan seterusnya, aku akan berharap pada kalian dan yang lain untuk bisa melakukan hal ini."

Kami tidak bisa menang melawan orc dengan kekuatan sendiri. Itu sebabnya... Aku melatih kemampuan mereka untuk melihat kelemahan lawan.

Dengan cukup pengalaman, bahkan tanpa skill<<Blue Eye’s Snake>>, mereka seharusnya bisa melakukan itu.

“Di mengerti.”

“Seperti yang engkau kehendaki.”

Aku mengangguk lagi pada kedua goblin, dan pergi melihat kondisi Lili yang telah kembali ke penjara.

◆◇◇

"Bagaimana luka-luka mu?" Tanya ku saat aku memasuki penjara.

"...baik-baik saja. Tidak ada masalah," jawab Lili.

Pasti karena Penyembuhan Reshia ia sudah mampu berdiri.

"Kami akan mengakhirinya hari ini. Apa kau masih mau meneruskannya besok?"

"T- tentu saja!"

Saat Lili menatap tajam pada ku, ujung mulut ku meringkuk.

"Karena kau terlihat begitu sehat, ku rasa kau baik-baik saja."

"Pastinya. Aku tidak akan membiarkan para goblin itu melebihi ku dari ini!"

"Aku sangat mengharapkannya."

Aku meninggalkan penjara dengan senyum nakal terpampang diwajah ku.

◇◆◆

Hmm…aku pikir aku perlu berburu dengan fraksi Giza sebagai pusatnya. Fakta bahwa merekalah yang pertama kali mengalahkan Lili memang benar-benar sesuatu. Jadi aku akan membentuk grup seperti ini: satu druid dan dua goblin melee sebagai tengahnya.

Okeh, aku akan berburu dengan formasi ini.

Hanya saja, aku akan pastikan untuk menyuruh Giza tidak membunuh dua goblin yang akan didepan.

"Aku tidak keberatan," kata nya.

Tapi tepat setelahnya, Giza memberi respon yang agak rumit terhadap perintah ku

"Kenapa kau sangat ingin goblin tetap hidup?"Tanya nya.

Kenapa?

"Biarkan aku menayaimu balik, Giza. Pilkir mu seberapa luas wilayah yang bisa kita taklukan didunia ini?"

"Pertanyaan mendadak lain."

Senyum kecut itu, serta perilaku nya itu mengingatkanku pada manusia.

"Kau tau... Aku berencana menaklukan segalanya didunia ini."

Emosi seperti api mengalir dari dalam tubuhku saat aku menggumamkan kata-kata itu.

"...Segalanya, huh?"

"Benar. Hutan Kegelapan. Tanah dimana para manusia tinggal. Atau gunung-gunung yang para naga kuasai. Atau bahkan labirin yang para Giant dominasi. Segalanya."

Giza, terdiam. Aku menghadap kearahnya, dan aku mendeklarasikan,

"Itulah kenapa aku tidak bisa membiarkan goblin-goblin mati disini. Jika mereka menerimaku sebagai raja, dan jika aku menjadi Raja yang kau harapkan, maka aku harus membimbing mereka. Tempat dimana mereka akan mati, tempat dimana mereka akan bertarung, aku akan menuntunnya.

Dan tempat itu bukan disini.

Untuk mereka kehilangan nyawa diperburuan tidak berarti ini... Aku jelas menolaknya."

“…ku ku ku.”

Giza menahan perutnya seolah-olah itu adalah hal teraneh yang pernah dia dengar. Menghentikkan dirinya sendiri, dia menatap ku dengan serius, dan berkata.

"Aku sangat mengharapkan itu, raja ku. Kau membuatku ingin mengikuti dirimu."

Merespon ketetapan hatinya, aku membusungkan dadaku.

"Tentu, percayakan itu padaku."

◇◆◇◆◇◆◇◆

[Skill] <<Adherent of the King>>akan ditambahkan pada Giza.

Comments