------------------------------------
Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan 1x perhari diblog kami
------------------------------------
Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan 1x perhari diblog kami
------------------------------------
[Goblin] is to make it easier to CTRL+F:
[Goblin] Gi Ga
Goblin yang berasal dari Kelompok terasing dengan protagonis ketika dia mengalahkan orc. Dia saat ini class noble, yang tertinggi diantara bawahan protagonis. Dia menggunankan tombak.
[Goblin] Gi Gu
Mantan pemimpin desa. Dia ditekan oleh protagonis dalam bentuk noble nya, dan menjadi bawahannya. Dia menggunakan long sword dan relatif pintar untuk goblin rare.
[Goblin] Gi Gi
Dikenal sebagai beast warrior, seekor goblin dengan kemampuan menjinakkan beast.
Dia berevolusi saat memburu spear deer dengan protagonis.
Dia memilih menggunakan kapak. Classnya rare.
[Goblin] Gi Go
Goblin dengan banyak bekas luka ditubuhnya. Makanan kelompoknya sering dicuri oleh gray wolf, jadi dia membuat keputusan untuk mengikuti protagonis. Dia lah yang paling berpengalaman diantara goblin rare. Senjatanya adalah katana melengkung. Dia bertindak seperti samurai.
[Goblin] Gi Za
Goblin druid rare yang telah bergabung dengan mereka.
Chapter 36: Kegilaan
[Race] Goblin
[Level] 61
[Class] Duke; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Horde Commander>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B->> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia)
[Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan.Beasts] High Kobold (Lv1) Gray Wolf (Lv1) x2
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>
Aku menyuruh para goblin memburu lizard double dan pickle snaps saat kami menuju rumah.
Kekhawatiran ku belum kunjung mereda, tapi tidak ada waktu memikirkannya sekarang. Semua kekhawatiran di dunia tidak akan berubah dengan tiba-tiba.
Aku harus fokus pada apa yang bisa kulakukan saat ini. Dan hal yang bisa kulakukan adalah menaikan level semua goblin.
Aku menyaksikan pertarungan goblin saat aku merenung sendiri.
Mangsa hari ini adalah dua lizard double.
Gigo, si-samuraish warrior, dan tiga goblinnya mengepung mangsa dari sisi kiri, sementara mantan pemimpin desa, Gigu beserta tiga goblinnya, mengepung dari sisi kanan.
Kedua grup itu menyerang lizard double dari kedua sisi, berulangkali mengincar kaki mangsanya.
lizard double masing masing memiliki enam kaki.
Serangan kedua grup itu terus mengincar kaki-kakinya pada saat bersamaan. Serangan yang datang dari kedua arah membingungkan lizard double, membuatnya takberdaya.
Disana, katana melengkung Gigo dan Long sword Gigu menebas mereka, dan darah menyembur ke udara. Luka terbuka yang dibuat oleh serangan mereka kemudian takhenti-hentinya ditusuk dengan ujung pedang bawahan mereka.
Saat lizard double berteriak dan menggeliat kesakitan, dua buah pedang menebas leher mereka, dan pertarungan berakhir.
Kelihatannya goblin sudah terbiasa bertarung bersama.
Pada tingkat ini, mereka seharusnya mampu menghadapi setidaknya dua orc. Lebih dari itu akan menjadi masalah...
Kami mempercepat laju jalan kami sementara para goblin memakan daging lizard double.
Dengan kecepatan itu, kami berhasil mencapai desa ditengah malam, dan Giza menyambut kami.
"kau terlihat tetburu-buru" kata Giza, saat ia melihat goblin yang kelelahan terbaring diatas tanah. Dia adalah druid serta goblin rare, tapi penampilannya tampak mendekati penampilan manusia.
"Yah ada sesuatu yang menggangguku," jawab ku.
“Hmm… aku tidak tau apa yang mengganggumu, tapi selain itu, bagaimana jika kita melihat rumah yang baru dibuat untuk raja?" Kata dia membalas.
Apa?
"Baru?"
"Manusia yang kau bawa telah bekerja keras sejak desa ini diserahkan pada mereka. Mereka bahkan berusaha membangun rumah-rumah untuk goblin," jawab bangga Giza saat dia membawaku ke rumah raja.
Sambil aku berjalan, aku mendengarkan laporan apa saja yang terjadi disaat aku keluar.
Rute yang mengarah ke daerah perburuan spear deer tampaknya sudah dilebarkan. Para goblin memburu spear deer untuk sementara ini, jadi sambil melakukan itu mereka mencari cara untuk membuatnya lebih mudah sampai kesana. Dengan begitu, mereka mampu menjawab perintahku tentang bagaimana mengamankan rute terbaik kearah spear deer.
Spear deer terletak dibarat laut dari danau. Para goblin suka memakan mereka untuk membesarkan tubuh mereka sendiri. Selain itu, tempat berburu spear deer juga sering digunakan untuk menaikkan level. Tapi karena tubuh mereka besar, dibutuhkan banyak usaha untuk membawa mereka kembali. Dengan jalan lebar itu, mengamankan makanan seharusnya lebih mudah sekarang.
Sementara aku mendengarkan laporan Giza, kami akhirnya sampai di rumah baru raja yang sebelumnya dibahas.
Rasanya rumah yang ku gunakan sebelumnya menjadi lebih besar. Usaha yang dicurahkan kedalam rumah besar itu sekitar apa yang bisa kau perkirakan dari tiga-hari kerja yang berlangsung selama aku pergi.
"Bukankah ini terlalu boros?" Tanya ku.
"Naif sekali kau. Kau seharusnya memanfaatkan sumber daya seperti ini," jawab Giza.
Aku khawatir, tapi...
"Aku punya caraku sendiri," keluh ku.
"Mungkin begitu, tapi tidakkah ini bagus?". Angkat bahu Giza saat dia membuka pintu.
Didalam ada rehisa, tertidur dengan Gastra dan Cynthia yang tengah menggulung didekat tangannya. Cynthia dan Gastra mereka tampak lebih besar dari sebelumnya.
Lili juga ada disana bersama dengan wanita-wanita lain.
Sesudah kami masuk, telinga anak-anak serigala menegak pada suara decitan pintu yang terbuka, dan anak-anak serigala itu melihat ku.
“Woof!” Seru kedua serigala.
"Oh... Selamat datang," kata Reshia saat ia mengusap mata mengantuknya, lalu kembali tidur lagi.
Berbeda dengan sikap Reshia, wanita lain melihatku dengan penuh takut.
Cynthia dan Gastra bermain-main disekitar kakiku.
"...bisakah kau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi disini?" Tanyaku sambil merengut pada Giza.
Sebuah senyum picik muncul diwajah Giza.
◆◇◇
Aku menjelaskan hasil pengintaian ku pada Giza dan Goblin tua, dan mereka berdua mengerutkan alis mereka.
"...aku tidak tau apapun selain informasi yang ku punya," kata Giza. "Tapi Raja baru kelihatannya telah lahir diantara orc."
Raja? Hmm... Well kalo goblin aja punya raja, maka seharusnya mereka juga bisa... Ini tidak aneh.
"Seperti halnya goblin memiliki empat klan besar, orc juga memiliki klannya sendiri," mulai goblin tua sementara wajah keriputnya mengeriput lebih dalam.
Menurut goblin tua, semua orc akan berkumpul dibawah raja orc.
"Orc yang memimpin para orc dikenal sebagai Raja orc. Orc yang akan memimpin semua orc keluar hutan dan menyerang dunia manusia."
Kelihatannya Semacam fenomena gila.
(Tl:well, cukup sulit membungkusnya dalam kata-kata. Ambil contoh aja, di manga slime.)
Tapi bagian menakutkannya adalah orc tidak akan berhenti sampai raja orc mati. Para orc yang dipimpin oleh raja orc akan terus bergerak meski kaki mereka patah, meski tangan mereka putus, dan bahkan meski sihir menyerang mereka. Orc tidak akan berhenti kecuali mereka mati ataupun raja mereka mati.
Raja orc.. Keberadaan yang lebih sedikit daripada penjinak seperti Giigi.
"Jadi begitu yah," aku mengangguk.
Pastinya ada kemungkinan bahwa orc yang menghilang disekitar sini adalah karena kelahiran raja baru orc.
Para orc yang dibawah kuasa raja orc akan menggila, dan mereka akan menyerang bersama sebagai satu gerombol.
Aku tidak tau apa tujauan ataupun keinginan mereka.
–––well bukankah ini situasi yang indah?
Aku mengutuk diriku sendiri saat ujung mulutku meringkuk.
"Semua klan orc yah? Gumamku.
Orc biasanya bergerak dalam 2 sampai 6 kelompok.
Tapi dengan kehadiran raja, mereka akan menyatu sebagai satu kelompok.
Jika keahlian bertarung mereka cukup kuat sampai mengancam dunia manusia dan mengarah ke desa ini... itu bukan sesuatu yang bisa ditertawakan.
"Bisakah kau menentukan rute mana yang akan mereka ambil?" Tanya ku.
Goblin menggeleng.
"Yah, bagaimanapun, itu bukan sesuatu yang bisa bisa tangani dengan mudah," pasrah giza.
Mudah? Persisnya bagaimana kita menangani segerombolan babi-babi menggila itu?
"Apa kau mengetahui apapun mengenai orc yang menggila ini?" Tanya ku.
Giza dan goblin tua menggeleng.
Kami kekurangan informasi.
Tapi skenario terburuknya, kami harus memperkuat pertahanan kami.
"Buat lubang-lubang di luar desa besok. Kita akan membuat perangkap," perintah ku.
Jika hanya aku dan goblin rare lainnya, akan menjadi tugas mudah menghindari orc. Kami bisa mengintai, dan dengan mudah menghindari mereka.
Tapi desa ini juga memiliki manusia, non-petarung, dan goblin perempuan. Kaki mereka terlalu lambat; melarikan diri bukan pilihan bagi mereka.
Jadi tidak ada kesempatan selain memperkuat desa secepat mungkin.
"Mengerti," angguk Giza. Goblin tua segera mengangguk juga, dan kami mengakhiri diskusi tersebut.
Tetap saja... Bagi seorang raja lahir diantara orc...
Aku biasanya mengalahkan predator... Tapi... Kegilaan?
Jika itu adalah sesuatu yang terjadi ketika seseorang menjadi seorang raja. Jika itu adalah sesuatu yang terjadi tanpa disengaja... Jika itu sesuatu yang terjadi terlepas dari keinginan goblin atau bahkan mungkin diriku, membuat kami bergerak menuruti insting, maka...
Ketika aku memikirkan itu, suara menggerogoti terdengar saat gigiku menggigit berlawanan.
Aku memejamkan mata, dan mengkonfirmasi <<Insurgent Will>> tertulis distatus ku.
Jika fenomena itu terjadi, seberapa jauh aku bisa menahannya?
Rasanya seolah-olah semakin kekuatan sihirku meningkat, semakin aku mendengar langkah kaki wanita itu (Altesia) datang dari kegelapan. Pengaruhnya telah menghilang berkat kekuatan Zenobia. Jika begitu, bukankah kekuatan gangguannya akan lebih kuat selanjutnya ketika ia mencoba mengganggu pikiranku lagi?
Aku memerlukan lebih banyak kekuatan.
Sebuah kekuatan yang bukan milik orang lain.
Sebuah kekuatan yang ku miliki. Kekuatan milikku sendiri.
"Permisi, bolehkah aku meminjam waktu anda?," terdengar sebuah suara.
Aku membuka mata. Disana, Giga tegap berdiri didepanku.
"Silahkan," angguk ku, sambil menyembunyikan kecemasan dalam diriku.
"Giza-dono mengatakan ini tak diperlukan, tapi..."
Aku menanyainya apa yang dia maksud, dan ketika dia menjelaskan apa itu, aku terkejut.
Tampaknya, ada goblin yang mencoba menyerang perempuan manusia saat aku tidak ada. Giga lalu mengeksekusi goblin itu.
"Sebenarnya, orang yang menyuruhnya adalah Giza-dono," kata Giga. "Kata Giza-dono sejak dirinya bertanggung jawab sementara raja tidak ada, dia harus mengambil peran tanpa belas kasih."
Aku memejamkan mataku dengan tangan terlipat.
Ku pikir situasi itu akan terjadi suatu hari nanti, tapi aku ingin mempercayai goblin, jadi aku mengabaikannya. Tapi kelihatannya...
Aku terlalu naif.
Aku teringat akan sumpah setia Giza dan senyum kecutnya.
"Aku tidak percaya Giza-dono satu-satunya yang bertanggung jawab atas eksekusi itu, jadi aku turut mengambilnya untuk membagi beban. Sehingga aku datang kesini untuk meminta engkau, wahai raja. Tolong, tolong, maafkanlah Giza," pinta Gia sambil bersujud dihadapku.
Secara reflek, aku menatap keatas bangunan ini.
Jadi itu sebabnya dia membuat rumah baru.
Tampaknya para goblin melebihi apa yang kupikirkan. Dan ternyata, aku juga telah diberkahi dengan bawahan yang lebih baik dari yang kupikirkan.
"Aku mengerti. Aku akan melupakan masalah ini," ucap ku padanya.
"Aku berterimakasih atas kemurahan hati raja," syukur Giza.
"Itu berkat Kau yang memberitahuku, Giga."
"Tidak... Dan mengenai hukuman ku..."
"Karena aku tidak menghukum Giza, wajarnya, aku tidak akan menghukum kau juga, benar?"
"Terimakasih, Raja."
Aku menyuruh Giga kembali, lalu aku merenung lagi.
–––aku perlu mengencangkan tali pengikat lagi. Dan kemudian...
Aku memandang Reshia serta Cynthia dan Gastra yang meringkuk menjadi bola.
Aku tidak bisa terus lembut pada Giga dan Giza. Masalah yang perlu diselidiki juga berlaku.
Ada kemungkinan bahwa kebenaran akan berlawanan diwaktu mendatang.
Kemungkinan yang berlawanan pada apa yang Giga katakan, misal saja Giza sendiri mengeksekusi goblin karna waktu luangnya.
Akan lebih baik jika bukan begitu, aku mengharapkan itu dari lubuk hati ku. Tapi aku harus mempertimbangkan kemungkinan itu.
Dan fakta bahwa aku mempertimbangkan kemungkinan itu membuat ku jijik pada diriku sendiri.
Author’s Note:
Rumah raja jadi bangunan terbesar didesa ini. Sekarang itu cukup besar untuk menampung semua budak perempuan dan anak-anak.
Sayangnya, meski, disana hampir tidak ada perabotan.
Faktanya, kasur didalamnya hanyalah jerami dengan tanaman rambat menebar diatasnya.
Beneran deh, interiornya saja, 'meja?' 'Kursi?' 'Tempat tidur?' 'Apa itu?'.
Satu-satunya hal yang ada adalah pintu.
Comments
Post a Comment