Skip to main content

Goblin kingdom - Chapter 4: Perburuan Orc bagian II

 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan dibawah ini



 --------------

Chapter 4: Perburuan Orc bagian II

Orc berjalan melalui jalan terbuka dengan penuh percaya diri sambil membawa gada kasarnya.

Dia berjalan seolah-olah dia tau bahwa dirinya sendiri adalah seekor predator.

Tapi sayangnya, siapa yang bisa menyalahkan itu? Kepercayaan diri melahirkan kepribadian. Dan juga memungkinkan untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan.

Namun hari ini, berbeda.

Karena, Orc itu menuju Jebakan yang kami siapkan kemarin malam.

Bersembunyi diantara semak-semak, aku menunggu-nunggu kematiannya.

“Guu..”

Tapi hanya selangkah sebelum dia menginjak perangkap, Orc yang tampak seperti tidak punya sedikitpun otak didalamnya, tiba-tiba berhenti.

Hidungnya berkedut, Orc itu mewaspadai sekitarnya saat keringat dingin keluar dari tubuhnya. Didalam kepalaku, aku hanya bisa berharap Orc itu akan segera bergerak.

“Guoruoo!”

Raung Orc.

Baru saat aku berpikir kami mungkin akan ketahuan, aku mendengar teriakan disampingku.

“Ga, ga, gaa!”

Salah satu Goblin disampingku panik setelah mendengar teriakan Orc. Dalam kepanikan, dia keluar dari semak-semak.

bahkan tanpa punya waktu khawatir, tatapan Orc mengarah pada siGoblin panik.

“Gugaa!”

Melihat itu, aku menggigit lidahku saat aku melompat keluar.

“Tetap disana.”

Aku memerintahkan bawahan ku sambil mengayunkan long sword ujung patah ku untuk menyerang Orc.

Kulitnya sangat menakutkan, segera pedangku bersentuhan dengannya, jari-jariku menjadi mati rasa. Itu seakan-akan aku baru saja melawan pohon besar.

Dan seperti yang aku kira, Orc itu sedikitpun tidak terluka karna seranganku. Merasa Jengkel, Orc meraung penuh kemarahan saat dia mengarahkan matanya padaku. Pada saat yang sama, aku merasa nyaliku mulai gemetar. Dan seakan tubuhku terasa terbebani, tangan dan kaki ku mulai menjadi berat.

Tatapan Orc itu saja membuatku seperti berada di dalam air. Aku bahkan tidak bisa bernafas. Apa-apaan ini!?

Perlahan, dia mengacungkan gadanya.

Merespon itu, tubuhku hanya bisa bergerak perlahan-lahan.

'Aku akan mati' perasaan itu bisa terlihat dari kulitku.

Hampir tidak bisa melompat, angin kencang menerjang mengikuti gada yang dia ayunkan melewati depan mataku.

“Nu, aaa!”

Sebab itu, aku berteriak dari dalam perutku yang terdengar seperti sebuah upaya putus asa untuk melepaskan diri dari rasa takut.

Aku menguatkan peganganku. Aku menajamkan mataku, aku mengencangkan gigiku.

Saat ayunan gada itu mendekati ku, aku melompat dan menghindarinya. Kemudian mengkonfirmasi posisi jebakan, aku bergerak mendekati.

Sambil menyeret tubuh beratku ke arah jebakan, aku menghindari gada orc itu berkali-kali. Hanya satu serangan, dan otakku akan hancur, tapi bertahap, aku berhasil mendekati posisi jebakan.

Tinggal tiga langkah lagi. Tapi pada saat itu, saat aku mencoba mundur, aku tersandung batu. Sakit itu membuatku berseru.

“Guu”

aku sejenak kehilangan fokusku pada Orc.

– – – sialan!

Aku menatap Orc dan di saat bersamaan aku memperbaiki posturku. Tapi itu sudah sangat terlambat.

Gada orc itu sudah didepan mataku.

Dengan tanpa pilihan kalah, aku melompat kebelakang. Aku harus mengangkat pedangku untuk menahan hantaman gada orc, tapi aku sudah berada di jangkauan nya.

Seketika gada itu menghantam ku, bahu kiriku langsung lumpuh.

“Guruu”

Perbedaan kekuatan antara spesies benar-benar besar.

“Guruuuaaa!”

Orc itu berteriak dengan kencang saat dia mengangkat gadanya sekali lagi.

Tidak bisa menggerakan kakiku, aku hanya bisa menatap gada itu.

Apakah aku ---

Apakah aku akan mati karna itu? Karena sesuatu seperti itu?

Tidak.

--- Jelas tidak!

“Guuu… ruaaa!”

Ketika gada itu hampir mengambil nyawaku, sebuah teriakan keluar dari dalam diriku untuk menolaknya.

“Guu…!?”

Kemudian berhenti. Gada yang seharusnya sudah mengambil nyawaku berhenti tepat didepan mataku. Dan Orc berseru terkejut.

Saat tekanan besar gada itu menyebabkanku mengeluarkan keringat dingin, aku melihat dari sudut penglihatanku. Kemudian mataku terbelalak.

Pada saat yang sama, Orc itu menggerakan kepalanya untuk melihat kebelakang.

“Gugugigi!”

Apa yang berdiri disana adalah goblin yang menusuk Orc dengan tombak yang terbuat dari potongan bambu.

Itu adalah Goblin panik sebelumnya.

“Guaaaa!”

Deru marah Orc bergema.

Orc memalingkan wajahnya terhadap bawahanku, mengabaikan aku yang sudah jatuh takberdaya.

Namun meski mereka hanya saling menatap, goblin itu sudah gemetar.

Berdiri! Berdiri sialan!

"Gu, gu, -"

Saat Orc mengayunkan gadanya kearah bawahanku.

“Guuruaaa!”

Serangan yang ku arahkan ke bahunya berhasil mengulur waktu.

Ketika aku merasakan kulit kerasnya, darah merah-kehitaman menyembur keluar.

Tangannnya yang terkena terbang keudara, dan jatuh keatas tanah. Lalu Orc mengarahkan tatapannya padaku.

Menjerit dalam kemarahan, dia bergegas mendekatiku.

Gila oleh kemarahan, darah menyembur, dan air liur menyebar kemana-mana. Penampilan itu membuat Orc terlihat seperti setan gila.

Orc bergegas menerjang ku dengan teriakan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. aku berpikir,

── Bagus, bagus! Teruslah begitu!

Lalu aku melompat kebelakang tiga langkah untuk menghindar.

Segera setelah Orc gila itu melangkah didepanku, tanah diatasnya amblas.

Tanah itu amblas karena berat Orc, dan menenggelamkannya jauh kedalam, dimana ada banyak tombak dan pedang menusuk kaki dan pinggangnya.

Sekali lagi, dia menjerit.

Namun kali ini, dia mengeluarkan teriakan kesakitan.

Dengan hanya tubuh bagian atas yang menyembul keluar, Orc mengirimi ku tatapan pembunuh. Tatapan yang melebihi rasa sakit sementara tangannya menggaruk tanah, berusaha untuk keluar sendiri.

─── Aku menang!

Aku mendekati Orc, dan dengan pedangku, aku menyerang kepala tanpa pertahanannya. Cairan merah-kehitaman menyembur keluar, dan raungan kemenangan mengikutinya.

“Guruaaa!”

Aku berteriak sambil mengacungkan pedang berlumuran darahku.

Dan sekali lagi, sensasi ingin makan dalam diriku menyerang dan menguasaiku.

Menahan dorongan untuk menjerit, aku menusukkan pedang kedalam tanah dan menguatkan diri.

“Ah …”

Ketika suara serak ku keluar, aku merasakan sensasi evolusi(Level up).

Setelah sensasi itu berakhir, aku melihat tanganku.

Tanganku yang harusnya punya 3 jari, sekarang berjumlah empat. Dan tangan pendekku juga meningkat ke ukuran lain, ditambah dengan massa otot yang abnormal. Terlebih, rasa sakit yang harusnya ada setelah bahuku terluka telah menghilang.

Tapi diantara perubahan tubuhku, satu-satunya yang paling mencengangkan ialah warna kulitku. Yang sebelumnya merah, sepenuhnya berubah menjadi hitam kebiruan.

Setelah mengkonfirmasi perubahan tubuhku, aku melihat sekitar. Apa yang aku lihat adalah goblin beberapa waktu lalu yang juga ber-Evolusi dan Goblin rare baru itu, berlutut dihadapankuku.

“Raja ku.”

Goblin yang berbaring menunggu disemak-semak juga bergegas dan segera berlutut.

“Raja!”

Saat aku menatap mereka tanpa sedikitpun sukacita, benih ambisi mulai tumbuh dari dalam diriku.

Comments

Post a Comment