------------------------------------
Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan diblog kami
------------------------------------
Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan diblog kami
------------------------------------
Chapter 41: Bentrokan III
[Race] Goblin
[Level] 62
[Class] Duke; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Horde Commander>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B->> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia)
[Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts] High Kobold (Lv1) Gastra (Lv1) Cynthia (Lv1)
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>
Mencengkram Great sword diatas bahuku, aku berlari melalui semak-semak, menunjukan diriku pada musuh.
Mengikuti dibelakang, ada Gigo dengan pedang melengkungnya, Giji si-pengendap-endap, dan 5 grup yang berisikan 15 goblin normal.
Para orc yang telah menyebar didepan desa, menyadari kami.
Mereka didepan jalan kami, dan mereka berbaris membentuk dinding. Atau bisa dikatakan sebuah dinding daging.
Pada awaknya, kami akan berlari tanpa ketahuan, tapi... Kali ini berbeda.
“GURUuuuAaaAAa!!”
Dengan teriakan itu, [Skill] <<Overpowering Howl>> bergema, memberi sinyal pada si class noble, Gigu, dan si-tangan panjang, Giga.
Aku melihat orc didepanku mengayunkan gadanya saat aku mencengkram great sword disampingku.
––––Kau terlalu lambat!!
"Hidupku bagai kepulan awan debu(Accel)!”
Tanpa keraguan.
Dinding angin mendorongku dari belakang dengan tekanan luarbiasa, menekan ku kearah gada orc saat aku mengayunkan pedang
Dalam sekejap, pedangku tertancap ditubuh orc.
“GuRUoOOOoOa!”
Disaat yang sama, [Skill] <<Soul of a Crazed Warrior>> aktif.
Akibat dari penggunaan skill ini, kekuatan fisik ku naik 30%, Agility 30%, Kekuatan sihir 30%.
Gada orc menghantamku dari sisi lain, tapi berkat damage reduction 20%, itu tidaklah terlalu parah.
Lalu dengan great sword yang masih menyangkut di tubuh orc, aku menyelimuti pedang dengan sihir, lalu menariknya keatas menuju kepala orc.
“Rubah diriku menjadi sebilah pedang(Enchant)!”
Pedangku bergerak melalui tubuh orc, membelahnya seakan memotong selembar kertas. Dan setelah pedang berselimut api hitam ku membelah kepala orc, ayunan itu tak berhenti dan menghampiri orc lain didekatnya.
“PyuGUa–––“
Orc itu menggunakan gadanya sebagai pelindung, tapi sial baginya, gada dan dadanya terbelah oleh great swordku. Dan ketika pedangku menyelesaikan ayunannya, orc terbelah menjadi dua tepat dibelakangku.
–––Ayo! Kita harus bergerak lebih dekat lagi!
Itu satu-satunya pikiran yang ada didalam pikiran ku.
“GUuRUuoOAAaa!”
–––Semua yang ada dibelakangku adalah musuh!
–––serang serang serang bunuh serang bunuh bunuuuuhhh.
“–––OOAGOOaGAa!”
Ada dua orc berdiri dijalanku ketika mereka mengayunkan tombak.
Saat tombak mereka semakin mendekat, aku menepisnya dengan pedangku, menerbangkan kedua tombak itu.
Sesudah kedua orc itu kehilangan senjata mereka, mereka berinisiatif menggunakan tinju mereka dan mengarahkannya padaku.
Menyadari itu, aku bergegas mendekati mereka, dan mengayunkan great swordku dari bawah. Ujung pedangku menyentuh salah satu tenguk orc, dan memenggal kepalanya.
[Skill] <<Swordsmanship B->> telah menunjukan kemampuannya, membuat pedang itu tidak memiliki keraguan bahkan ketika dikendalikan skill <<Soul of a Crazed Warrior>>.
Aku dengan paksa menarik turun pedang yang terangkat tinggi, membuat garis seperti meteor kearah orc yang menyerbu sendirian. Pedangku menembus paha orc, membuat orc jatuh tersungkur.
Sesudah aku menarik great sword dari paha orc, aku memperbaiki posturku. Lalu dalam sekejap, aku memenggal kepala orc yang telah terbaring ditanah.
––––Ada musuh! Musuh! Musuh! Musuh!
Aku mengayunkan pedangku mengikuti skill <<Crazed Warrior’s Soul>>.
Segalanya disekitar ku adalah musuh.
Menjadi waspada tidak lagi diperlukan. Kerahkan semua kekuatan, kerahkan semua sihir, kerahkan segala yang kau punya dan hancurkan mereka berkeping-keping.
“GURUuOoOaAAAaa!”
Kekuatan sihir sekali lagi berkumpul dibelakang ku.
"Hidupku bagai kepulan awan debu(Accel)!”
Aku membuka jalan dengan mendorong tubuhku melalui para orc yang menghalangiku.
Lalu sesudah aku mengakhiri orc yang telah roboh, aku mengayunkan pedangku kearah dua orc yang mendekatiku dari kedua sisi.
Aku berhasil memenggal salah satu lengan orc, tapi dia tidak berheti dan terus berusaha menyerangku.
Merespon itu, aku mencengkram kepalanya, lalu menggunakan semua kekuatanku, melemparnya jauh.
Tiba-tiba saja, aku melihat seekor orc dari jauh. Seekor orc dengan perawakan yang begitu besar bahkan melebihi tubuh orc biasa.
Itu adalah Raja Orc.
“Ku teMUUkan KAAUUU!”
––––Ayo!
Dengan merasakan keberadaan mereka, aku menebak serangan berikutnya, dan mengayunkan pedangku mengikuti insting.
Kiri, kanan, depan, belakang...? Belakang...?
“Cih!?”
Ketika aku berbalik, apa yang ku lihat adalah para goblin yang mati-matian bertahan melawan kepungan orc.
Aku sudah disini, dan para goblin tidak bisa mengikuti ku lagi.
–––Ini buruk.
Ketika aku memikirkan itu, sebuah gada datang dari depanku, menerbangkan ku seketika.
Skill <<Soul of a Crazed Warrior>> lepas, dan kekuatan yang memenuhiku, memudar.
Aku mencengkram lebih kuat pedangku dengan tangan kanan. Lalu dengan tangan lain, aku menggenggam pedang kecil yang sudah ku siapkan disamping armorku, dan melemparnya kearah orc yang mengepung para goblin.
“Ikuti––Raja!”
Terhadap perintah gigo, para goblin mulai mengejarku meskipun mengorbankan beberapa nyawa.
Kalau kami berhenti, kami akan mati.
Kami tidak bisa berhenti hingga kami mencapai Raja Orc.
Jika kau mau hidup, maka larilah seakan kau akan mati.
“Ayo!! Rubah diriku menjadi sebilah pedang (Enchant)!!”
Aku menyelimuti pedangku dengan sihir, dan mengayunkannya menuju orc yang berdiri dijalanku.
Pedang itu menebus tubuh orc, membuat darah menyembur keluar.
Hujan darah turun membungkus tubuh penuh luka ku sementara aku terus berlari.
10 langkah lagi menuju Raja Orc–––
Tiga orc yang mengenakan pedang dan perisai muncul didepanku.
"Serahkan ini pada kami!"
Kemudian sebuah suara datang dari belakang ku, Gigo dan Giji menghadapi tiga orc itu.
Hanya dengan 10 goblin, muncul sebuah pertanyaan, apakah mereka bisa mengatasi tiga orc atau tidak, tapi meski begitu... Aku menyerahkan ketiga orc itu pada mereka.
Karena [Skill] <<Soul of a Crazed Warrior>> dan konskwensi menggunakan sihir, konsentrasi ku mulai berkurang. Rasanya seperti aku bisa kapan saja kehilangan kesadaranku saat ini.
Gigo menghadapi salah satu orc pengguna pedang dan perisai.
Dia melompat ketengah ketiga orc itu dari pohon, dan mengeluarkan kedua pedangnya, mengincar lutut orc.
Dia hanya fokus mengincar orc yang ditengah sementara goblin lain mengikutinya dibelakang.
Orc itu jatuh berlutut, menjadikan perisai orc mudah dihindari. Dengan sebuah serangan, pandangan orc memudar, dan goblin terakhir menghabisi orc dengan menyerang wajahnya.
Serangan balasan dari kedua orc yang tersisa dihentikan Giji dan goblin lain. Meskipun mereka tidak mampu mengimbanginya, usaha mereka tidak sia-sia. Tepat setelahnya, goblin lain datang menyerang kedua kaki orc, menghentikan pengejaran kedua orc itu.
–––Bagus sekali!!
Sesudah aku mengatakan itu begitu keras, aku melangkah ke kepala orc, memanfaatkannya sebagai batu pijakan, mendorong dan melompat tinggi keudara.
Aku melihat kesekitar dari udara. Ketika hampir mendarat, aku menarik pedang berlumur api hitamku, melibas orc dari bahu hingga dadanya. Kekuatan dari lompatanku benar-benar tersalurkan melalui serangan itu.
Sebelum beguling-guling ditanah, aku menarik keluar pedangku dari tubuhnya. Ketika aku mendongak, aku melihat tubuh besar raja orc didepanku.
Raksasa berkulit abu-abu menatapku dari atas. Tekanan yang berasal dari orc itu sangat berbeda saat aku melihatnya dari jauh.
Selain itu, tubuhnya begitu besar hingga pedangku saja terlihat seperti pedang biasa.
Didalam mata raja orc itu memancarkan kilauan yang berbeda dari mata keruh orc normal lain.
Mata orc itu memancarkan kebijaksanaan.
Terlebih lagi, kedua mata itu membawa aura merendahkan!
––––aku akan membunuh mu bajingan!
“Siapa namamu, makhluk kecil."
Raja orc dengan entengnya mengangkat pedangnya. Ukuran tubuhnya benar-benar luarbiasa.
"Jika kau mau aku memberitahu namaku, kau harus memberitahu namamu dulu!"
Mengincar kaki raja orc, aku merendahkan tubuhku, kemudian melesat dengan cepat.
"Namaku adalah–––“
––––Bodoh, kau akan mati saat mengatakan namamu.
“Golgol.”
Hawa dingin tiba-tiba menyerangku saat aku mengincar kakinya. Dengan cepat, aku melompat kesamping.
Kakiku menyerempet tanah ketika aku menghentikan momentum itu. Lalu tiba-tiba saja, sebuah ledakan besar bergema.
Aku melihat tempat dimana aku berlari, ada lubang besar ditanah. Orc yang bernama Golgol... Dia jelas-jelas sangat kuat sampai bisa menghancurkan tanah!
“Ho? Jadi kau bisa menghidarinya yah..."
Dia menatapku.
Berniat menghancurkan tulangnya, aku mencoba menggerakan kakiku, tapi tiba-tiba aku menyadari aku tidak bisa menggerakan tubuhku. Seolah-olah aku sedang didalam air.
–––T- Tidak mungkin!!
“Apa kau bisa bergerak, makhluk kecil?"
Raja orc tersenyum sambil menarik napas.
Ini buruk, ketika aku memikirkan itu, aku juga menarik napas.
“UGUuuRaAaAAaa!”
“GURUuUuuUAAaa!”
Aku menutupi raungan raja orc dengan raungan milikku.
Overpowering Howl!?
Aku bersyukur pada skill ku karna efeknya tidak berimbas padaku.
“Ho? Jadi kau bisa menggunakan itu."
Sebuah ucapan merendahkan. Entah kenapa, kelihatannya dia juga bisa menggunakan skill itu dengan baik. Selain itu–––
“Siapa namamu, makhluk kecil."
Jika aku tanpa pikir memberitahu namaku, dia mungkin akan memenuhi kondisi skill seperti <<Ruler’s Wisdom I>> ku. Akan jadi lebih sulit mengalahkannya nanti.
"Aku tak punya nama!"
Tapi dengan skill <<Ruler’s Wisdom I>> ku, aku juga tidak bisa melakukan apapun.
Ketika aku mencoba mendekati Raja Orc dengan iron second diatas pundak, musuh didepanku mengangkat great sword yang menghancurkan tanah.
Hembusan angin saat dia mengangkat pedangnya saja menghentikan seranganku.
Jika aku menerima serangannya, aku pasti akan mati. Aku mungkin tak akan sempat menggunakan <<Dance at Death’s Border>>.
Hal yang sama juga berlaku pada skill <<Eyes of the Blue Snake>> karena kami saat ini dikepung orc. Terlalu banyak musuh untuk dilihat disini, jadi itu mustahil. Aku jadi tidak punya cara untuk mengetahui kelemahan lawan.
Dengan sedikit opsi tersisa, aku hanya bisa memanfaatkan skill seperti<<Soul of a Crazed Warrior>>, <<Magic Manipulation>>, <<The Third Chant>>.
<<Overpowering Howl>> ku tidak berguna lagi karna Raja orc memilikinya.
Ini tidak bagus. Apa yang harus ku lakukan!?
“Kalau begitu…”
Sebuah suara menggelegar keluar dari mulut Golgol, aku pikir dia akan melangkah maju, tapi sosok besarnya tiba-tiba muncul didepanku pada kecepatan yang menakutkan.
–––aku tidak punya waktu untuk berpikir!
Memutar tubuh, aku memaksa diriku lari dari kecepatan peluru raja orc. Suara ledakan bergema tepat disampingku.
Aku berusaha menjauhkan jarak, namun dia menyerbuku lagi. Dia berlari kearahku dengan menyeret pedang yang tertahan di tanah.
Merespon itu, aku mati-matian menahan pedangnya dengan pedangku sendiri karena ini satu-satunya hal yang bisa kulakukan.
Menerima serangan itu, aku terlempar jauh menabrak pohon besar.
Aku bahkan tidak punya waktu untuk berguling-guling untuk mengurangi luka, jadi tubuhku telah menerima luka parah saat punggungku mendarat sendiri di pohon.
Berusaha mengambil nafas dan tubuh tidak bisa bergerak, cukup jelas kematianku bisa datang jika aku sudah terpojokkan.
Meski begitu, aku dengan tenang menatap tubuh besar golgol.
“Ho, kau masih bisa bertarung?"
Suaranya tidak lagi bernada merendahkan. Suaranya sekarang berisikan kekaguman.
Sekarang atau tidak sama sekali, haruskah ku mencobanya?
Bertukar pukulan dengan skill <<The Soul of a Crazed Warrior>>?
Tidak, kekuatan kecil dari <<Soul of a Crazed Warrior>> tidak sebanding.
Kekuatan orc itu seperti penggiling es, menghancurkan apapun yang berada dijangkauannya.
––––sebuah serangan yang dalam sekejap membunuh lawan. Benar-benar sangat kuat, aku merasa iri.
Tapi!
"Rubah diriku menjadi sebilah pedang (Enchant)!”
Aku masing memiliki kesempatan!
Aku memperhatikan laju great swordnya dengan segenap indraku. Dan ketika itu turun, aku menerima pedangnya dengan pedangku.
Tujuanku adalah senjata penghancurnya.
Tulang-tulangku berbunyi saat menerima tekanan great swordnya.
“Ho.”
Aku tidak bisa berdiri dengan benar.
Aku berhasil memperlebar jarak, tapi sayangnya aku tidak bisa menerbangkan pedangnya. Pasti karna skillnya dia berhasil mengendalikan kekuatannya dengan baik.
Tetap saja... Aku setidaknya berhasil membuat retak pedangnya.
Melihat retakan itu membuat ku sedikit merasa gembira.
"Kalau begitu..."
Tiba-tiba, aku melihat ether merah keluar dari tubuh orc.
"Aku kuat; aku tak terkalahkan (Bless).”
Sama seperti ku, dia menyelimuti pedang dengan sihir. Pedangnya tertutupi kobaran api merah.
"Dengan begini, pedangku tak akan retak."
Golgol tersenyum sambil melihatku.
Dia menggenggam great swordnya dengan dua tangan sambil menyerbuku.
Tenanglah, situasi tidak akan berubah. Aku akan langsung mati ketika terkena satu serangan pedang itu.
Hanya itu. Cuma itu!
“GURUuuOOooOaaAa!”
Kalah tidak bisa dimaafkan.
Aku akan sangat malu pada mereka yang mati demi diriku! Apalagi, pada mereka yang masih matai-matian bertarung!
Aku akan menang!
"Lawan yang menyenangkan."
Orang yang akan meraih kemenangan adalah aku. Aku akan membunuh bajingan tengik ini saat dia menganggap ku remeh!
Matilah bersama sikap mu itu!
Aku bergerak lebih cepat lagi.
Aku mengayunkan pedang ku, tapi Golgol menghentikannya dengan mudah. Aku ingin mendecakan lidahku, tapi aku menahannya dan menyerangnya lagi.
Percikan api bergemercik diantara api hitam dan api merah, menyebar kesegala arah ketika kedua pedang saling bertemu.
Tapi mengabaikan betapa menakutkannya kejadian itu, aku meyakinkan diri mendorong tubuhku kearahnya.
Ketika aku melangkah lebih dekat, aku menarik pedangku mengincar Raja orc. Tapi aku tau... Dia bisa menghentikan ini.
Tubuh raksasa raja orc tidak bergerak. Dia tidak bergerak sedikitpun. Raja orc dengan santai merespon serangan ku.
Dan setiap kali aku mati-matian menahan pedangnya dengan pedangku, kakiku akan menerima tekanan dan meninggalkan jejak dalam ditanah.
––––Dasar bajingan!!
Kami bertukar serangan ditempat seluas 3x3 meter.
Pertarungan belum berakhir, tapi aku secara perlahan mulai kelelahan. Seranganku begitu lemah dibanding kekuatan raja orc. Serangan golgol sangat kuat sampai-sampai membuat keram tanganku setiap kali menahan serangannya.
Kemudian pedang Golgol berayun lagi.
Ini sudah batasku
Pedangnya melesat dari atas, memanfaatkan gaya grafitasi sebagai penambah daya kerusakan...
Tapi aku menghindarinya.
“Kau lengah!”
Seru Golgol penuh gembira.
“Nn!”
Dalam sekejap, golgol tiba-tiba muncul didepanku. Aku bahkan tidak sempat menghindar ketika menerima pukulan kerasnya.
Aku terlempar seperti baru saja ditabrak truk. Aku mungkin terlempar sejauh 5 meter melalui pohon-pohon kecil.
Akhirnya, aku terhenti ketika punggungku menabrak pohon besar.
Entah kenapa, aku tidak pernah membiarkan pedangku lepas dari genggaman. Itu sangat aneh bahkan untuk diriku sendiri.
“Guhaa.”
Aku mengeluarkan batuk darah.
"Kau melakukannyanya dengan baik... Ho, kau masih bisa berdiri?"
Menggunakan great sword ku sebagai tongkat, aku berdiri. Dan api hitam mulai menyelimuti.
–––Tentu saja.
Aku memenuhi kekuatan kedalam lengan bergetarku.
Comments
Post a Comment