Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 42: Keputusan

------------------------------------
 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan diblog kami
------------------------------------

Chapter 42: Keputusan

[Ras] Goblin
[Level] 62
[Class] Duke; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Horde Commander>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B->> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia)
[Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts] High Kobold (Lv1) Gastra (Lv1) Cynthia (Lv1)
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>

“GURUuuuAaaa!”

Suara Ketua terdengar dari kejauhan. Suara teriakan Ketua yang seharusnya mereka bantu.

Si-tangan panjang Giga ataupun si-mantan pemimpin Gigu, hanya bisa saling menatap. Dimasing-masing komando mereka terdapat 15 goblin. Mereka memimpin para goblin untuk berbaris melawan musuh dengan mengincar sisi-sisi lemah mereka, menyerangnya secara bersama-sama sementara Ketua menyerang disisi berlawanan. Tapi meski begitu, kerusakan yang mereka terima cukup besar.

Meski mereka berdua goblin noble, goblin yang mereka pimpin tidak lebih dari goblin biasa. Tiga goblin telah mati, dan tidak satupun goblin dibawah komando mereka tidak terluka.

"Raja... Dalam masalah," gumam Giga saat ia memutar tombak dengan tangan panjangnya, menyingkirkan orc yang berlumuran darah.

"Kita sebaiknya pergi, tapi..." Jawab Gigu saat dia melihat pemandangan didepan mereka.

Apa yang dilihat mereka adalah para orc yang menghalangi jalan.

Raja telah menerobos gerombolan orc itu dan mereka harus segera membantunya.

Pernah menjadi pemimpin desa, Gigu telah mengerti cara bertarung kelompok melawan kelompok. Jadi dia memperhatikan sekelilingnya.

Jika mereka menyerang dari sini secara bersamaan, meski sedikit, itu seharusnya bisa memisahkan pasukan orc dari raja orc

Ketika Gigu memutuskan itu menjadi langkah mereka selanjutnya, dia menggeser pandangannya pada Giga yang berada di samping.

Giga lihai memainkan tombak dengan menggunakan tangan panjangnya yang dicap sebagai kecacatan, bahkan panjangnya saja hingga menyentuh tanah.

"Ayo kita membantu Raja," kata Giga.

Mendengar itu, Gigu mengeluh didalam hati. Giga memang setia, tapi pengetahuannya dalam memimpin kelompok sangatlah kurang.

Itulah alasan kenapa dia ingin pergi kesamping raja.

"Untuk itu, kita harus mengalahkan yang disini dulu," jawab Gigu.

Setelah meilhat Giga mengangguk, Gigu memerintahkan bawahannya.

Mereka secara perlahan mendekati orc sambil menjaga jarak. Untungnya, para orc waspada terhadap mereka, dan tidak serampangan menyerang mereka.

Ketika kelompok mereka sudah cukup dekat dengan musuh, mereka menyerbu.

“Ayo!”

Sesudah Gigu melepas kekuatan penuh dari skill <<Cooperation>> nya, dia mengayunkan pedang melengkungnya melawan orc. Tapi serangan yang bisa membelah kepala goblin normal itu dengan mudah diterima orc.

Tetap saja, itu seperti yang diperkirakan Gigu. Setelah serangan itu, para goblin disekitarnya bergerak dengan merangkak dan mendekati orc itu.

Mereka mengincar kaki orc dan menyerangnya bertubi-tubi.

Orc berteriak kesakitan, dan Gigu ikut dalam keributan, mengincar kepalanya dan membunuh orc dengan menembus tengkoraknya.

Tiba-tiba, angin kencang berhembus disebelahnya ketika sebuah tombak menembus tubuh seekor orc. Melihat asal tombak itu, itu adalah Giga.

"Hebat sekali," puji Gigu.

Alasan kenapa Gigu tidak menerima serangan apapun dari sekeliling, adalah karena Giga sedang bertarung disisinya. Dengan tangan panjangnya, jangkauan Gigu menjadi lebih luas dibandingkan lainnya, memungkinkan dia untuk menyerang orc dengan bebas dengan skill <<Instant Kill>.

Itulah sebabnya Gigu membuat para goblin menyerang para orc dengan melee.

Bersama Giga, mereka mendemonstrasikan cara paling efektif dalam grup tiga orang sampai batasnya!

"Kita akan terus menuju raja seperti ini!"

Terhadap perintah Gigu, semua orang mengangguk.

"Giga-sama," kata seorang goblin pengguna long spear sambil mengikuti dibelakang Giga.

"Jangan paksakan dirimu," Giga memberitahunya.

Goblin itu adalah salah satu goblin yang lahir setelah Ketua mereka mengambil alih Kelompok. Dan dibawah kendali Ketua, dia menjadi salah satu pengguna tombak yang Giga latih. Seekor Goblin yang baru mencapai umur dewasa.

Tapi meski dia baru, dia sudah ambil bagian dalam perang ini.

Biasanya, goblin yang Giga latih akan berkumpul mengitarinya. Dan seperti dialah pemimpinnya, dia membuat mereka mengikuti punggungnya.

"Jangan lengah, belakang!" perintah Gigu.

Pada suara Gigu, Giga mengangguk pelan.

"Demi Raja kita," kata Gigu.

"Tentu saja," jawab Giga.

Giga dengan tombaknya. Gigu, dengan pedangnya, mereka menggenggam senjata masing-masing.

◆◇◇

Paling tidak, kami akhirnya bisa serius.

[Skill] <<Dance at Death’s Border>> Stage 2 aktif.

Kekuatan Fisik 30% UP, Agility 30% UP.
Juga, [Skill] <<Soul of a Crazed Warrior>> ikut aktif. Skill ini juga meningkatkan Kekuatan Fisik 30%, Agility 30%, Magic Power 30%.

“GURUuuAauUuAAa!”

–––Kemarilah!

Kekuatan besar itu disalurkan kedalam pedang yang ku bawa disampingku.

Lalu dengan sebuah langkah, aku melampaui batasku, menambah tekanan pada luka internal tubuhku.

Bersama darah keluar dari mulutku, aku mulai menyerang.

“…Oh!”

Untuk pertama kalinya, aku berhasil mendorong great sword golgol

Meneruskannya, aku menyerang kembali. Aku takpunya waktu mengkhawatirkan luka internalku.

“Ohh!”

Meskipun dia tengah terdorong, mulut raja orc membentuk sebuah senyum.

Menggelikan, pikirku.

“OOooAaO!”

Sepertinya aku bisa mengerti perasaannya.

Sesuatu seperti itu terjadi pada orang-orang yang setara. Saat ini, aku harus memikirkan cara mengalahkan musuh didepan ku ini.

Ketika pedang ku bertemu dengan pedangnya, aku bisa mendorong balik pedangnya. Untuk pertama kalinya, aku mampu melukai dia.

Pedangku menyabet dada orc, dan darah merah mengalir dari sana.

"Menyenangkan," kata Raja Orc.

Itu pertama kalinya Raja Orc melompat kebelakang.

"Akulah Berserker! Sang Raja Terkuat (Golgol)!”

Segera setelah Raja Orc mengatakan kata-kata itu, instingku segera memperingatkan, ini tidak bagus.

Mengikuti insting, aku bergerak maju.

“GURUuUoOOAa!”

Golgol menatapku saat aku mengacungkan pedangku padanya. Akselarasi, kecepatan pedang, serangan yang seharusnya sulit dihalau, terhentikan dengan great sword yang digenggam golgol satu tangan.

"Raja kecil, aku tidak akan lagi menanyakan namamu."

Suara Raja Orc yang berat dan kasar, mengingatkanku akan kematian.

"Hanya saja.... Bertarunglah! Bertarunglah dengan ku! Raja Goblin!!"

Raja!

Tiba-tiba, aku merasa seolah-olah mendengar teriakan dari kejuhan. Ketika aku menoleh untuk sesaat, aku melihat sekelompok goblin berlumuran darah, terkepung para orc.

Kemudian badai tiba-tiba datang didepanku.

Tanah bergemuruh, langit terkoyak, dan angin berputar kencang.

"Bertarunglah dengan tinjumu, bertarunglah dengan senjatamu, ayo!! GURUuoOOGOooOAAO!”

Dia benar-benar seorang raksasa yang menggila. Untungnya aku telah menjauh darinya.

Kelihatannya Raja Orc yang mengamuk didunia manusia bukanlah cerita belaka. Pemandangan didepanku sudah cukup membuktikan itu.

Siapapun yang memasuki badai itu pasti akan hancur seperti es dalam penggiling es.

Tapi kalau begitu, kalau begitu!!

Apa artinya pertarungan panjang tadi!?

Dibelakangku ada para goblin yang mati-matian bertahan melawan para orc.

Aku tidak boleh kabur!

“GURUuooOOAa!”

Aku menghentikan para goblin yang merangkak ketakutan dibelakangku.

Jangan takut. Aku pernah mengalahkan pemimpin orc. Aku mengalahkan gray wolf. Dan aku sudah sampai sejauh ini.

Ketika memikirkan itu, aku mengencangkan gigi, lalu mengacungkan pedangku melawan amukan badai itu.

Pedang kami bertemu.

“Ohh, ohhhh! Bertarungah!”

Raja orc berseru saat tubuhnya bergetar penuh gembira.

Aku menarik pedangku yang terpental kebelakang, dan menyerang kembali.

Pedang kami bertemu.

Baru setelah mengumpulkan semua kekuatan yang ku punya, aku mampu mendorong balik pedangnya kebelakang.

Karna itu, darah keluar dari mulutku, dan gelombang kejut meledak saat pedang kami saling bertemu.

Kemudian aku menggerakan tangan mati rasa ku, dan menggenggam pedang lebih erat lagi.

“GURUuUoAOOaOOAa!”

“GURUuuOAAaOOAa!”

Tapi kalau begini terus, aku tidak diuntungkan.

Raja orc menyerang dengan satu tangan, dan tidak semua aku bisa menahannya dengan berdiri meski aku sudah menggunakan kedua tanganku.

Kalau begini, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Apa ada sesuatu!?
Sesuatu!!?
Ataupun sebuah keajaiban.

Tiba-tiba saja, aku mendengar teriakan perang dari kejauhan.

Memfokuskan pandanganku kepada raja orc, aku menggunakan telingaku untuk mencari sumber suara itu.

Teriakan perang itu perlahan-lahan mendekat, dan–––

“GURUuURUoAOOaa!”

–––Cih!?

Aku dengan sempurna mengendalikan <<Soul of a Crazed Warrior>> dan aku bahkan menggunakan skill multi <<Dance at Death’s Border>> yang tidak pernah gagal mengambil nyawa musuhku, aku bahkan menggunakan <<Magic Manipulation>>, namun... Namun Orc ini masih saja terlalu kuat.

Sesaat Golgol mengerahkan semangat juangnya, sebuah serangan jatuh dari atas kepalaku, menambah tekanan serangan itu seperti palu raksasa yang jatuh.

Aku secara reflek menerima serangan itu langsung dengan Iron second.

Dampaknya, kakiku tenggelam ke tanah, darah tumpah, menguras staminaku, dan luka dalamku menjadi lebih parah.

"Raja!!"

Aku mendengar teriakan para goblin.

Bukankah ini buruk bagaimanapun juga?

Ketika aku memikirkan itu sambil memandang raja orc, sesuatu melintas didepanku. Sebuah bayangan besar.

“Nu!”

Ketika Golgol mengeluarkan suara tercengang, great sword didepan mataku terpental oleh seekor spear deer.

–––Spear deer.

–––itu disini, mereka disini!! Rencana yang ku beri pada Gigi untuk menggiring spear deer dari danau akhirnya sampai disini.

Selain itu, didalam pandangan kaburku Raja Orc tengah terombang-ambing oleh sekawanan spear deer.

Sekarang saatnya!

“Hidupku bagai kepulan awan debu(Accel)!”

Mengabaikan rasa sakit ditubuhku, aku meluncur kedepan, dan mengincar celah kecil diantara kawanan spear deer.

Tekanan yang begitu keras seperti dinding mendorongku.

"Rubah diriku menjadi sebilah pedang (Enchant)!!”

Meski ini tidak masuk akal! Aku mengaktifkan <<The Third Chant>> dan merapal dua sihir sekaligus.

Aku menggenggam erat pedangku secara menyamping, mengicar musuh didepan, mengabaikan penglihatan gemetarku.

Dan aku melukai orc tanpa mengetahui seberapa parah itu karna bidang penglihatanku sekarang menjadi buram.

"Kurang ajar!" Kata Raja Orc.

–––apa dia… disini!?

“Ketua!”

Aku mendengar suara Gigo.

"Giga, jangan mengganggu!"

Terhadap arah suara raja orc, Accel–––

“Goo, GUuoOOAA!?”

Ketika aku merasakan dampak kejut dari sihir accel, teriakan raja orc memasuki telingaku.

Kejar dia.

Aku memaksa tubuhku, mengabaikan suara otot yang terkoyak-koyak, dan mengayunkan pedangku.

Sekarang, ––––tidak ada waktu kecuali sekarang!

Aku mencengkram pedangku dan mengangkatnya keatas kepala.

“GOoBO, OuoAA!”

Hanya bergantung pada suara musuh, aku menariknya dengan semua kekuatanku .

“Si-alan.”

Lagi–––!

“Hidupku bagai kepulan awan debu(Accel)!”

Menemukan keberadaan Raja orc, aku berakselarasi, dan menebas tubuhnya lebih dalam.

“GU, AaA…”

Lagi!–––lagi lagi lagi–––!

“Rubah diriku menjadi sebilah pedang(Enchant) ––– cih!?”

Aku berusaha mengaktifkan skill, tapi rasa sakit tiba-tiba menjalar di tangan kananku, membuat kekuatan ditubuhku menurun.

Apa aku sudah kehabisan sihir!?

Segera setelah pikiran itu, tubuhku menjadi begitu berat.

Setelah mengaktifan semua [skill] itu, aku akhirnya mencapai batas ether ku. Tubuhku tak bisa lagi digerakkan, tapi... Meski begitu, aku harus bertarung.

Dengan satu-satunya pikiran itu, aku memaksa tubuhku untuk berdiri. Tapi itu terjadi juga padaku. Iron second sudah taklagi ditanganku.

–––Sialan. Jika aku mendapat serangan sekarang, aku tidak akan bisa membalasnya!

Sialan, sialan!

Tiba-tiba, didalam dasar keputusasaan dan kepanikan, bidang penglihatanku yang buram mulai menjadi jelas.

Apa yang menyambutku selanjutnya adalah pemandangan orc raksasa, terbaring takbergerak dengan kakinya tertembus tombak, dan tubuhnya tertusuk oleh sebuah great sword. Itu adalah mayat Raja Orc.

–––apa aku… menang?

Ketika aku melihat tubuhku sendiri, aku melihat luka lebar dari bahuku hingga perutku, mengalirkan darah dengan deras, membuat genangan darah berkumpul dibawahku.

Apa yang telah terjadi takbisa lagi diulangi.

“Raja!”

Baru saat aku pikir aku mendengar teriakan Gigo, kesadaranku jatuh kedalam jurang kegelapan.


◆◇◆◇◆◇◆◇

[Skill] <<Instinct>> diperoleh.
Ketika nyawamu terancam bahaya, kau bisa menghindarinya dengan bergantung pada instingmu. Evasion meningkat 20%.

◆◇◆◇◆◇◆◇

Author’s Note:

Dan begitulah, pertempuran dengan orc berakhir.

Tapi!

Karena pertarungan agak asal-asalan, orang tertentu harus...

Comments