Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 45: Pengorbanan

------------------------------------
 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan diblog kami
------------------------------------

Chapter 45: Pengorbanan

[Ras] Goblin
[Level] 5
[Class] Lord; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B->> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; kematian
[Bawahan Beasts] High Kobold <<Hasu>> (Lv1) Gastra (Lv1) Cynthia (Lv1)
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>

Setelah berjalan beberapa waktu dari desa kedalam hutan

"Disini sepertinya tidak masalah."

Aku membawa goblin rare yang dikendalikan oleh Dewa Kegilaan (Zu Oru).

“Ah, Ah, Ketua…”

Kedua mata goblin itu bergetar dengan berbagai emosi negatif didalamnya. Emosi-emosi itu hampir seperti permusuhan.

"Dewa Kegilaan, aku tidak tau kenapa kau memilih goblin ini, tapi aku tidak akan membiarkan mu melakukan hal yang kau inginkan!"

“Gu. GU, GUuuVRv uAuuuV!”

Air liur mengalir deras dari mulut goblin itu sementara kedua matanya mengecil hingga menjadi titik.

Luka tubuh goblin itu terbuka, membuat darah mengalir.

Menurut Reshia, Dewa Kegilaan adalah dewa yang lahir selama perang berlangsung. Awalnya, dia adalah Dewa belas kasih, namun setelah melihat semua temannya tumbang dipertempuran, rasa duka cita yang ia rasakan mengahncurkan dia, merubahnya menjadi Dewa Kegilaan.

“A A, Ah Ketua, …K- kenapa?”

Pikiran goblin ini terus dikendalikan Dewa Kegilaan, tapi dia kelihatannya ingin mengatakan sesuatu pada ku.

“GIGIGIGAaaA-sama tEeLLLahh!”

Giga telah…?

Tapi kemudian Tekanan yang begitu hebat menekan goblin itu, dan dia mengayunkan tinjunya.

“AaaA aaA!”

Tinju yang terarahkan oleh emosi itu mengoyak udara. Tapi aku tidak bisa begitu saja mengabaikan perkataan goblin itu.

"Apa yabg terjadi pada Giga!?"

Aku menghindari tinjunya.

"KEnaPa KKKAu!?"

Tinju itu menghantam tanah.

“AaaA Aa AaAAA!”

Dengan tinjunya masih terbenam ditanah, goblin itu menunjukan taringnya, berusaha menggigit leherku.

Apa yang terjadi pada Giga!?

Momen ketika penglihatanku menjadi buram, aku tiba-tiba teringat suara yang memanggilku saat aku melawan Raja Orc.

Suara itu adalah Giga, bukan?

Kemungkinan terburuk melintas dikepalaku.

Sementara aku berpikir dalam-dalam, tinju yang dikendalikan dewa Kegilaan mendarat ditubuhku.

Otakku, bergetar, dan aku terhempas cukup jauh.

Aku tau dia membawa kekuatan Dewa Kegilaan, tapi siapa yang menyangka dia akan begitu kuat?

Kekuatan yang bisa melampaui dua class berbeda membuatku bertanya-tanya apakah itu bisa dimanfaatkan atau tidak.

Tapi!

“GIGIGIiiiGii!”

Aku mencengkram tinju goblin itu. Aku bisa mendengar suara menggerogoti gigi. Aku rasa ini yang bisa kau lihat dari orang gila.

"Apa yang terjadi pada Giga!?"

Perlahan, aku mendorong balik tinju goblin.

“AaaA aaA!”

Ketika tinjunya mulai terdorong, goblin mengayunkan kepalanya sendiri berusaha membenturkannya padaku.

---Sialan, aku hanya bisa menyalahkannya dalam hati.

Jika goblin ini sebenarnya adalah musuh, dia tidak akan bermain-main seperti ini. Tapi karna aku tidak ingin melukai nya, pertarungan ini cukup menyulitkan.

Kekuatan fisik dan agility yang diberikan oleh Dewa Kegilaan. Seorang goblin gila yang secara sembarangan menyerang musuh didepannya. Selian itu, aku bisa fokus pada pertarungan ini karena mengkhawatirkan giga.

Tinju goblin memenuhi pandanganku.

–––ini buruk!

Aku lengah, dan tangan yang ku cengkram kebawah mengenai tubuhku. Serangan itu jauh lebih keras dari yang ku kira, dan aku berakhir terhempas lagi.

“Cih”

“AagaAaA A aaA!”

Pertama, aku harus menjatuhkannya dulu.

Goblin ini sama persis seperti hewan gila lengkap dengan empat kaki mereka menatap ganas padaku.

"Maaf...."

Aku cukup menyadari bahwa goblin itu sedang mengumpulkan kekuatannya di kaki-kakinya itu, jadi aku mengambil keuntungan itu dan mengaktifkan <<Overpowering Howl>>.

“GURUuuAAaA!”

Tapi itu tidak berefek pada goblin yang telah mengaktifkan <<Mad Dog>>. Tapi aku tau itu. Skill goblin itu tidak akan tetap sama setelah mendengar overpowering howl, dan seperti yang diperkirakan,

“GIGIGUuAAAaA!”

Sebuah lolongan yang membuat tegang bahkan jiwa nya sendiri bergema sebelum goblin mulai menyambarku.

Dengan langkah kecil, aku menghindari serangannya dengan bergerak kekanan dan kiri. Lalu aku memukul belakang leher goblin itu dengan niat untuk mematahkannya.

Aku telah memperkirakan efek damage reduction dari <<Mad Dog>>, tapi jika aku membuat kesalahan kecil, serangan ini tidak diragukan lagi akan meninggalkan luka fatal.

Serangan yang mematikan... Tidak, daripada goblin itu, serangan ini sebenarnya membuatku takut.

Tapi untungnya, serangan yang ku lepas berhasil menumbangkan kesadaran goblin.

Membopong tubuh goblin, aku berlari kembali menuju desa.

Kemungkinan terburuk melintas dibenakku.

Giga, tetap hiduplah!

◆◇◇

Setelah pertempuran berakhir, aku menyuruh reshia menggunakan sebuah bangunan untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka. Aku memasuki bangunan itu dengan goblin sebelumnya ditanganku.

Apa yang ku lihat membuatku takbisa berkata-kata.

"Giga..."

Mendengar gumaman itu, Giga membuka matanya.

Tangan kanannya hilang dari bahunya.
Kaki kirinya juga hilang dari lutut nya yang mana terbalut dalam perban berwarnakan darah biru.

"Ketua... Apa kau baik-baik saja?"

"Ya... Aku baik-baik saja! Sangat baik-baik saja, ini semua berkatmu!"

Sesudah aku meletakan goblin ditanganku, aku bergegas kesamping Giga. Goblin lain juga membuka mata mereka, dan melihat ku. Tapi aku tidak bisa mengatakan apapun pada mereka.

"Maka... Baguslah kalau begitu."

Lega akan kata-kataku, Giga menutup matanya.

"...benar... Mulai sekarang juga, teruslah bekerja untuk ku! Ini bukan tempatmu untuk mati."

Giga tersenyum, tapi hanya satu sisi mulutnya yang tertarik.

"Ketua... Keras sekali."

"...Tentu saja. Musuh yang akan kita hadapi mulai sekarang akan semakin kuat dan semakin banyak. Jika saat itu kau tak ada, maka siapa yang akan melindungi ku?"

"Aku senang, Ketua. Mendengar kata-kata itu."

Dengan tenang, aku mengangguk.

"Ketua tolong..."

"Apa itu?"

"Berterimakasilah pada orang-orang ini juga."

Disepanjang pandangannya terdapat para goblin yang sedang memperhatikan kami.

"Yah, tentu saja. Tentu saja."

Dengan kaki gemetarku, aku berdiri, dan pergi menemui setiap goblin.

Beberapa kehilangan kaki mereka. Beberapa kehilanangan tangan mereka. Beberapa luka terukir di kepala mereka, membuat orang penasaran bagaimana mereka bisa hidup. Aku berjalan mendekati setiap goblin itu satu per satu. Dan ketika aku memandang mata mereka, aku mengusap bahu mereka, dan berterimakasih pada kerja keras mereka.

Lalu aku kembali ke Giga lagi.

"Giga, hiduplah," perintahku.

"Kau juga harus. Tapi tubuhku sudah..."

'Tidak bisa bertarung' adalah apa yang dia ingin katakan saat menggenggam bahunya sendiri.

"Aku akan memikirkannya. Jadi... Berdirilah dengan ku sekali lagi, dan bertarung lah bersama ku lagi!"

"Ketua..."

Sesudah aku mengatakan itu, aku meninggalkan bangunan.

"...hmm, apa kaki itu sudah tidak tertolong lagi?" Aku bertanya pada reshia ketika aku keluar.

Dia pasti berusaha berpikir saat menyandarkan bahunya pada tembok sambil menatap langit.

"Yeah... Aku tidak bisa mengembalikan bagian tubuh yang hilang."

"Begitu yah."

Setelah mendengar itu, aku pergi.

Apa yang menyala didalam dadaku tidak bisa dipadamkan.

Jadi aku lari, lari, dan berlari sekencang-kencangnya. Dari desa hingga danau.

Ketika aku sudah berada ditepi, aku berteriak.

“GUuuOAOOOAaAaAA!!”

Aku ingin merobek jiwaku!

Dia tidak bisa bertarung! Dia tidak bisa lagi bertarung! Prajurit yang hidup untuk bertarung tidak lagi bisa bertarung!

Aku ingin berteriak! Aku ingin meraung, dan merobek-robek penderitaan ini!

Reshia tidak bisa mengembalikan bagian tubuh. Meski ia menggunakan kekuatannya itu tetap mustahil!

Tentu saja, aku pernah memikirkannya.
Dan aku seharusnya juga telah siap akan hal itu!

Tapi... Kadang-kadang, aku mengalihkan wajahku.

Terseret dalam pertempuran, tenggelam oleh kesenangan melawan musuh kuat, aku gagal memikirkan hasilnya.

Jika aku memikirkannya sedikit lagi, aku pasti akan mengerti...
Apa artinya mengorbankan...
Dan bagaimana berat dari pengorbanan itu...
Aku... Aku...

Orang yang mengambil kakinya adalah aku!
Aku tidak mengerti itu! Aku tidak mengerti sama sekali!
Berat dari nyawa 20 goblin!

Aku tidak bisa menyia-nyiakannya. Tidak, aku tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan mereka.
Jadi, pasti tidak akan ku lupakan. Aku tidak akan pernah mengizinkan diri ku untuk melupakan rasa sakit ini!

Aku tidak akan lari! Aku tidak akan kabur dari rasa sakit ini!
Dan aku pasti... Pasti akan menjadi Raja!

“RUuuAARURURUAAaAA!”

Memandang ujung danau yang sunyi, aku berseru.


Author’s Note:

Dia memang bukan MC, tapi aku tidak ingin dia mati.

Maaf kalau aku menyesatkan beberapa orang dengan kata-kata sugestif ku di chapter kemarin.

TL Note:
Ku tambahkan wajah tersenyum (´・ω・`)

Comments