------------------------------------
Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan diblog kami
------------------------------------
Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan diblog kami
------------------------------------
Chapter 46: Pengejaran
[Ras] Goblin
[Level] 5
[Class] Lord; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B->> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts] High Kobold <<Hasu>> (Lv1) Gastra (Lv1) Cynthia (Lv1)
[Abnormal Status] <<Charm of the Saint>>
Tercermin di permukaan cermin ialah sosok berkulit abu-abu, bermata emas seperti ular. Bulu berwarna hitam tumbuh dari kepala hingga punggung, dengan tubuh yang lebih besar dari class duke. Perawakan yang hampir melebihi manusia dewasa.
Ditangan kanan terdapat Pitch Black (Verid). Area yang dilingkarinya sekarang sedikit lebih luas. Untuk bentuk wajah, tidak terlalu banyak berubah. Sama jeleknya dengan reptil diluarsana.
Lalu dari kepala terlihat 3 tanduk. Dua tanduk melintir sedangkan yang satu berdiri tegak. Tapi yang paling mengejutkan adalah tumbuhnya ekor. Ketika aku menyentuh kulitku, aku sadar dibeberapa tempat ditumbuhi bulu kuduk.
Aku bisa menggerakan ekor sesuka ku. Kalo seperti apa rasanya, cukup sulit sih menjelaskan itu. Bagaimanapun juga, ini bukan sesuatu yang pernah ku miliki saat jadi manusia. Yah bayangin aja kaya, punya kaki tambahan hanya saja berbentuk ekor.
Aku terus mengayunkan ekorku, berusaha mengerti sensasinya. Kelihatannya aku tidak bisa mengayunkannya segesit Kobold.
Sebenarnya kemana arah evolusiku, aku penasaran.
Dengan perasaan segar, aku pergi menuju danau, dan melihat refleksi diriku di air.
Sayangnya, aku hanya bingung melihat refleksi wajahku.
Jika ini adalah kerjaan dewi itu, maka... Seleranya cukup jelek ternyata.
Wajahku punya keriput, namun lebih halus seperti wajah manusia. Tapi tanpa diragukan lagi, ini pasti masih seekor goblin. Jika kau menambah mane dan ekor, maka aku bukan lagi goblin, tapi lebih seperi hewan liar. Cukup sulit menerima ini.
Tetap saja... Reshia dan goblin lain tidak takut melihat penampilan ini.
Jika begitu, hal paling mengejutkan adalah reaksi mereka.
Biasanya, ketika seseorang begitu banyak berubah, kau akan penasaran siapa itu kali pertama melihatnya.
Yah... Aku menumbuhkan bulu tubuh, jadi kurasa aku harus bahagia akan itu.
Aku lebih mirip mamalia daripada reptil sekarang.
Kalau begitu...
Mari tinggalkan diskusi penampilan yang tidak mau ku lihat ini.
Ketika aku melihat seberapa menakutkannya tawaku di air, untuk sejenak, aku pikir jantungku akan berhenti.
Aku terkejut orang lain bisa menangani ini tanpa memejamkan mata.
◇◆◇
Sesudah sampai didesa, aku kembali kerumah raja untuk menerima laporan, dan sepenuhnya mengerti keadaan kelompok saat ini. Disaat yang sama, aku juga mengambil kesempatan untuk melihat status goblin rare lain.
Biasanya, aku tidak akan memaksa diriku sendiri, dan melakukannya besok. Tapi sayang, tidak ada banyak waktu tersisa.
"Goblin selanjutnya adalah druid."
Goblin yang masuk terlihat persis seperti manusia. Dia adalah druid.
[Ras] Goblin
[Level] 1
[Class] Druid
[Possessed Skills] <<Magic Manipulation>> <<Water Arts Manipulation>>
[Perlindungan ilahi] Dewa Air (Iren)
[Atribut] Water
Kalau dipikir lagi, ini pertama kalinya aku melihat status druid dengan <<Red Snake’s Eye>>
Hmm…?
Jadi [Class] mereka bukan rare, melainkan druid?
Berarti, jika mereka naik class, mereka akan berhenti jadi druid.
Aku sangat menantikan evolusi Giza selanjutnya.
"Aku namai kau Gizo."
"Terimakasih, Ketua. Aku sangat senang."
Jadi dia bisa bicara dengan lancar yah. Kelihatannya Giza bukanlah pengecualian.
Giza mungkin bisa memimpin desa dimasa depan.
Jika aku menyerahkan segalanya pada dia dari awal, perselisihan mungkin terjadi. Jadi aku seharusnya mengumpulkan kepercayaan orang-orang dulu baru menyerahkan semuanya dan membuatnya mendapatkan pengalaman.
Setelah menyuruh goblin itu pergi, suara goblin tua datang.
"Selanjutnya adalah goblin pengguna tombak, murid dari Giga-sama."
[Ras] Goblin
[Level] 1
[Class] Rare
[Possessed Skills] <<Spearmanship C->> <<Knowledge of the Spear>> <<Spear Throwing>> <<Overpowering Howl>> <<Unreasonably Stubborn>>
[Perlindungan Ilahi] None
[Atribut] None
<<Knowledge of the Spear>> mewakili skill tombak.
<<Unreasonably Stubborn>> memungkinkan mu untuk bergerak dalam sekejap setelah menerima serangan yang cukup untuk membunuh.
Seperti yang diharapkan dari faksi Giga, mereka jago dalam ilmu tombak. Jika aku bertarung melawan orang ini dengan tombak, aku mungkin tidak akan menang.
"Aku namai kau Gida."
"Terimakasih."
Kau memang tidak bisa mengharapkan goblin rare handal berbicara yah.
Bukan berarti itu tidak bagus atau lainnya sih.
Goblin yang dikendalikan olah Dewa Kegilaan juga naik jadi class rare. Semua goblin yang lahir dari faksi Giga tidak diragukan lagi pernah mengalami pertempuran mematikan bagaimanapun juga.
Tapi jika begini, akankah faksi Giga hancur?
Tidak, faktanya, aku harus menangani itu sesegera mungkin.
Bagaimana jika aku menyuruh Giga jadi pengajar untuk goblin yang baru lahir dan yang terluka?
Itu mungkin akan berguna.
“Goblin selanjutnya adalah goblin Dari faksi Gigu-sama."
[Ras] Goblin
[Level] 1
[Class] Rare
[Possessed Skills] <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship C-> <<Wide-Open Eyes>> <<Omnivorous>> <<Appeal>>
<<Wide-Open Eyes>> memungkinkan mu melihat kelemahan lawan.
<<Appeal>> membuat mu mudah menyerang secara bersama-sama.
Sebuah skill yang mirip Eyes of the Blue Snake, dan skill yang membuat kerja sama lebih mudah. Seperti yang diharapkan dari faksi Gigu.
“Aku namai kau Gidji.”
“Mengerti.”
Selain dari mereka, ada juga Gide yang punya skill Beast Warrior. Dan pengguna angin yang aku namai Gido.
Para goblin ini akan jadi kekuatan baru kelompok kami, dan akan memimpin para goblin tentunya.
Jika ada masalah lain... Tidak ada lagi selain goblin rare yang dikendalikan Dewa Kegilaan.
Aku ingin melakukan sesuatu untuk masalah itu, tapi...
Tapi saat ini, aku harus memprioritaskan memberi perintah pada bawahanku.
Pertempuran dengan orc tidak hanya meninggalkan kerusakan pada bangunan dan orang-orang.
Ada banyak sekali mayat yang terkubur di lubang yang kami gali mengitari desa.
Karena kami memenangkan pertempuran, terserah kami mau apakan bau busuk dari lubang-lubang itu.
Aku tidak pernah melihat undead, tapi akan jadi masalah jika mayat-mayat itu berubah. Itu juga akan buruk bagi kesehatan mental kami.
"Gigi dan Giji telah sampai."
Terhadap kata-kata goblin, aku mengangkat kepalaku.
“Kerja bagus,” kata ku.
Kedua goblin itu berlutut dihadapanku. Goblin yang dipanggil Beast warrior, Gi Gi, dan si-stealthy, Gi Ji.
"Aku ingin kalian berdua mengikuti jejak-jejak para orc," tegas ku ketika kedua goblin itu mengangkat kepala.
“Dimengerti,” angguk mereka.
“Pergilah setelah kalian siap,” kata ku.
Setelah menyuruh mereka pergi, aku memanggil mantan pemimpin desa, Gigu.
"Gigu, aku menyerahkan mu perlindungan desa. Sementara aku pergi, jangan biarkan perburuan dihentikan. Dan disaat yang sama, kau teruskan memperbaiki desa."
"Seperti yang engkau hendaki."
Lalu dengan pelan, aku berbisik tepat disebelah telinga Gigu.
"Juga, jaga Giga baik-baik."
Dipenuhi simpati, Giga menundukan kepalanya dalam-dalam.
"Seperti yang engkau kehendaki!" Tegas nya.
"Bagus. Sekarang, pergi!" Perintah ku.
Dia class noble, dan pada saat yang sama, dia punya title Sub Leader. Jadi seharusnya dia bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik.
Setelah Gigu pergi, aku memanggil si-druid, Giza, dan si penerima berkah dari Dewa Pedang(Ra Baruza), Gigo.
“Besok, kalian berdua akan memimpin faksi kalian, dan mengejar orc," kata ku.
"Apa kau waras?" Tanya Giza penuh perhatian pada perintahku.
Karna itu, aku mengangguk.
"Perbaikan desa masih jauh dari kata selesai, dan bahkan kita tidak punya tempat berpijak... Dan kau bilang kita akan mengejar para orc?" Tanya Giza.
"Ya. Jika kita tidak mengejar mereka sekarang, orc akan memperbaiki kekuatan mereka, dan akhirnya membalas dendam. Kalau begiu, terlambat sudah."
"...Jadi ini pertaruhan yah."
Sementara ancaman dari barat menghilang, kami perlu mengejar orc disebelah barat.
Karena serangan tiba-tiba ini, setidaknya, desa akan benar-benar terbebas dari genggaman orc.
"Kali ini juga... Orang yang akan menghadapi mereka adalah aku." Tegas ku.
"Bagus sekali, Raja. Aku akan mengikuti mu," jawab Giza sambil berlutut.
"Seperti yang diperintahkan Raja," keluh Gigo. Dan begitulah, Gigo dan Giza pergi bersiap-siap untuk pengejaran.
◇◆◇
Dari goblin rare yang baru berevolusi, aku meninggalkan pengendali air, Gizo, bersama Gigu untuk melindungi desa. Aku juga meninggalkan Gide yang punya skill Beast Warrrior untuk terus berkomunikasi dengan para kobold.
Mungkin sedikit tiba-tiba bagi Gide, tapi aku menyuruh anjing jinaknya untuk mengingat bau kobold, kemudian memberinya daging dan menyuruhnya pergi.
Ini yang disebut “line-up”.
Untuk sisa goblin rare lain seperti pengguna angin, Gido, si-Wide-Open Eyed, Gidji, dan pengguna tombak, Gida. Aku menyuruh mereka bergabung dalam squad pengejar.
Hari selanjutnya, dengan perbekalan dari Mattis, kami mulai pengejaran kami.
Di peringkat kami ada 1 goblin class noble, 4 rare, dan 30 goblin normal. Aku membuat mereka jadi grup tiga orang, lalu menyuruh goblin dengan class tinggi untuk memimpin 2 grup.
Ditambah, ada juga beast warrior, Gigi, dan si-stealthy, Giji, yang telah duluan memimpin masing-masing satu grup goblin normal.
Lalu didesa, jumlah goblin yang melindungi, tanpa menghitung Giga dan yang terluka, ada 38. Tentu saja, aku tidak memasukan goblin yang hamil, larva, dan goblin tua.
Aku ingin mengakhiri pertempuran ini dengan segera.
Saat kami mau pergi, seekor goblin class rare mendekat.
“Ketua,” kata nya.
Goblin yang sedang mengendus tanah tidak lain dan tidak bukan adalah goblin yang menerima perlindungan ilahi dari Dewa Kegilaan yang ku lawan kemarin.
"Tolong, Raja. Biarkan aku ikut dengan mu di perjalanan ini."
Tentunya lebih baik mengetahui keberadaannya sehingga aku bisa mengamatinya daripada tidak tau dia dimana.
"...Baiklah. Buat persiapan mu."
Aku langsung teringat belum menamai bawahan Giga ini.
“Aku menamai kau Gizu,” kata ku.
“Terimakasih. Ku senang menerimanya."
Sesudah anggukan enerjiknya, aku membuat jalan menuju wilayah barat.
TL Note: Gidji hanyalah Giji dengan jii yang panjang dan karakter berbeda. Tapi Jii cukup membingunkan, jadi aku membuatnya jadi Dji.
Juga mengingat cara bicara druid cukup bagus. Aku tidak bisa menunjukannya dengan baik. Tapi goblin biasa bicara dengan jeda dan kadang campuran katakana dalam kata-kata mereka untuk menunjukan kesulitan bicara mereka.
Comments
Post a Comment