Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 49: Menuju Barat

------------------------------------
 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan 1x perhari diblog kami
------------------------------------

Chapter 49: Menuju Barat

[Ras] Goblin
[Level] 5
[Class] Lord; Ketua Kelompok
[Possessed Skills] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia)
[Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts] High Kobold <<Hasu>> (Lv1) Gastra (Lv1) Cynthia (Lv1) Raja Orc<<Bui>> (Lv36)
[Abnormal Status] <<Pesona Saint>>

Cynthia dan Gastra bermain-main dengan ekorku seolah itu mainan kucing saat aku mengayunkannya.

Kedua Gray Wolf, Cynthia dan Gastra, menjadi lebih besar baru-baru ini. Panjang mereka sekitar 50 cm sekarang. Dan meski ini salah, mereka cukup besar untuk dinaiki.

Bahkan level mereka juga naik. Yang awalnya Level satu, sekarang mereka sudah level 20.

Aku tidak bisa memperlakukan mereka seperti bayi selamanya.

Dari waktu ke waktu, ketika Hasu, siHigh Kobold datang, mereka akan saling mencakar satu sama lain. Tapi itu bukan sesuatu yang serius, mereka hanya bermain-main kasar layaknya antar teman, dan aku hanya menyaksikannya dengan tenang.

Aku rasa jika ada masalah, itu adalah peringkat. Bagaimanapun juga, mereka sejenis ras anjing. Maksudku Kobold dan Serigala adalah anjing kan?

Lagipula, sudah tiga hari sejak pengirim pesan itu datang, dan perbaikan desa berjalan.

Selama waktu itu, aku memerintahkan orc yang tinggal di Pohon Besar ke sini untuk mengambil mayat-mayat yang ada didesa. Mereka sangat memabntu.

Setengah perangkap yang kami buat juga bisa difungsikan lagi. Selain itu, 10% pagar-pagar telah diperbaiki.

Kami juga mulai menambah skala perburuan kami untuk mendapat makanan lebih banyak. Sambil melakukan itu, aku jadi tau tindakan apa yang perlu diambil.

Rencananya adalah meninggalkan goblin dalam jumlah minimum bersama para manusia di desa sementara kami pergi ke wilayah barat. Ketika sampai disana, aku berencana merubah desa Ganra menjadi tempat operasiku dan membuat Gaidga dan suku lain dibawah kuasaku.

Tentu saja, itu termasuk pengirim pesan itu.

Tujuan terakhir kami akan menjadi penaklukan Benteng Abyss, Kampung halaman para goblin. Tempat dimana aku akan membangun Kerajaan ku. Setelah itu, baru aku akan membawa para manusia yang menjajikan dan Kobold bersamaku.

Sekali aku menjalankan rencana ini, desa akan tanpa pengawasan untuk waktu lama.

Di kala tsb, orang yang melindungi para manusia adalah...

Tatapanku bergeser ke Gray Wolf yang bermain-main dengan ekorku. Cynthia tengkurap, hiperaktif seperti biasa, sementara Gastra terlihat bosan, duduk diam sambil menguap. Mereka makin mirip Hasu dari hari ke hari. Aku tidak tau persisnya, tapi aku seharusnya memperhatikan mereka.

"Lindungi manusia–– Tidak. Lindungi Reshia. Lindungi ia baik-baik, okey?"

Aku mengsuap kepala kecil Gastra sambil mengatakan itu. Dan dia menjawa, woof!

Bagus. Meski aku tidak tau apa dia mengerti atau tidak.

Kalau begini, aku perlu meninggalkan beberapa Goblin class rare untuk mengawasi desa.

Masalahnya adalah... Siapa yang perlu ku tinggalkan?

Aku bisa saja meninggalkan class noble, tapi mengingat ada manusia, aku mungkin sebaiknya memilih druid.

Masalah yang merepotkan sekali.

"Raja, apa engkau memanggil?" Kata Giza sambil memasuki rumah raja.

"Ya, ada sesuatu yang ingin ku tanya mengenai suku," jawabku.

Dengan tangan melipat dan jubah menutupi seluruh tubuhnya, dia terlihat seperti sarjana. Aku panasaran apa dia memang seorang goblin.

"Apa bedanya kita goblin biasa, dengan mereka Empat Suku Besar?" Terusku.

"Apa bedanya kau bilang? Baiklah..." Sambil merenungkan pertanyaan, dia duduk didepanku dengan mata menutup.

"Benar, aku pikir aku sudah menyebutkannya sebelumnya, tapi Empat Suku itu adalah Gordob, Gaidga, Paradua, dan Ganra. Masing-masing dari mereka adalah keturunan nenek moyang goblin."

Kisah yang pernah ku dengar sebelumnya. Selain itu, itu berguna sebagai perkenalan gaya bertarung, jadi aku camkan itu dipikiranku sambil terus mendengarkan.

"Kalau untuk kemampuan," kata Giza. "Yea, berbeda untuk setiap suku."

Itulah yang paling inginku tau. Itulah alasan kenapa mereka terbagi menjadi faksi. Dengan begitu, tidak akan aneh bila mereka berhasil mencapai evolusi tertentu.

Giza meneruskan.

"Yang terkuat diantara Empat Suku adalah Gaidga, yang melampaui kekuatan manusia super. Sementara Suku Paradua memiliki penunggang beast."
(TL: beast disini maksudnya monster. Beast sendiri artinya hewan buas sih. Tapi itu buat pembeda aja. Pake Beast berasa lebih nakutin gitu loh.)
Penunggang beast?

"Apa itu penunggang beast?"

"Jika kau tak pernah melihat satu, cukup sulit menjelaskan, tapi pada dasarnya mereka adalah beast berkaki empat. Goblin paradua menunggangi mereka seperti yang dilakukan Gigi-sama."

Jadi mereka adalah para penunggang dengan kata lain.

"Suku Gordob unggul pada meningkatkan dan menggunakan beast sihir. Lalu untuk Suku Ganra, merekalah yang paling lihai menggunakan jari mereka diantara Suku-Suku. Bahkan diantara Suku-suku itu merekalah satu-satunya yang mampu membuat dan menggunakan panah."

"Jadi Suku Gordob adalah Beast Tamer juga?"
(TL: kemampuan penjinak Gigi)
"Aku sebenarnya tidak terlalu memahami itu. Bagaimana kalau tanya saja pada Pengirim pesan itu?"

Itu sulit, tapi... Benar. Jika diperlukan, aku harus bertanya.

Jika begitu, tampak Ke Empat Suku punya Kekuatan, Penunggang, Panah dan Beast yah?

Aku menginginkan mereka.

Barisan depan dengan goblin kuat. Pasukan gesit dengan tunggangan beastnya. Goblin yang bisa bertarung dari jarak jauh. Dan Goblin yang punya skill spesial. Jika aku bisa punya itu semua, maka membangun Kerajaan ku tidaklah hanya sekedar mimpi.

Akhirnya, akhirnya pion yang diperlukan untuk melawan manusia telah terkumpul.

Yang tersisa hanyalah menaklukan mereka. Aku harus menaklukan mereka!

Dan menunggang... Jika... Jika saja goblin biasa seperti kami bisa bertarung sambil menunggangi beast, maka... Aku dengan senang hati akan memperoleh skill itu.

Meski ini hanya hipotesis, tapi apa jadinya... Jika hal seperti ini mungkin... Maka bukankah masuk akal bagi seorang goblin yang telah kehilangan kakinya untuk bertarung sekali lagi?



Giga Rax

Ujung mulutku membentuk senyum.

Tunggu aku.

◇◆◆

Diantara emosi yang dimiliki manusia, rasa empati lah yang paling unik dibandingkan yang lain.

Siapa yang tau apa itu punya pengaruh atau tidak, tapi sejak serangan orc, Lili tidak lagi terlalu membantu para manusia. Rasa itu telah berkurang drastis.

"Onee-chan," panggil Bern dan Neumann yang membawa pedang terikat masing-masing pinggang.

Lili segera mencibir ketika ia mendengar kata-kata mereka.

"Bukankah sudah kubilang padamu, jangan panggil aku, Onee-chan!"

"Ahh, maaf, aku, uh, terselip," kata Bern sambil menggaruk kepalanya.

Neumann hanya tertawa terhadap kesalahan temannya itu.

Karena Lili menyelamatkan mereka, 15 penduduk ini perlahan-lahan, mulai bergantung pada mereka.

Padahal sebelumnya, Lili, orang yang menemui mereka bersama goblin mendapat banyak ketakutan, tapi semenjak serangan orc, rasa takut orang-orang mulai berkurang.

Bern dan Neumann adalah satu-satunya penduduk yang tau cara menggunakan pedang. Tapi pengetahuan mereka hanya berasal dari pengalaman yang mereka peroleh dimasa lalu. Perbedaan antara mereka dan Lili, seorang Petualang yang bertahan hidup melalui pedangnya,  adalah seperti siang dan malam.

Karena itu, meski Bern dan Neumann lebih tua dari Lili 5 tahun, mereka sangatlah menghormati kemampuan berpedang Lili.

"Bagaimana kabar Palone? Dan apakah Mill baik-baik saja? Dia tidak terluka karna bermain kan?" Tanya Lili.

Palona adalah istri Bern. Ia saat ini hamil. Kalau Mill, itu adalah anak pertama Bern. Dia masih kecil pula. Dia berumur lima untuk tahun ini.

"Nah, kami sangat menantikannya. Sayangnya, meski ini kali kedua, tidak banyak orang yang bisa membantu disini. Kalau Mill sih, yah dia seperti biasanya. Selalu bermain bersama master goblin. Aku memberitahunya itu sangat berbahaya, tapi dia tak mau mendengarkan," kata Bern, terlihat bingung. Temannya Neumann hanya bisa mengangkat bahunya.

"Aku harap dia tak apa-apa," Kata neumann.

"Aku harap begitu, aku harap begitu..." Balas Bern.

Melihat kedunya seperti itu, Lili menyipitkan mata.

"Kalau dipikir, apa kalian sudah terbiasa di desa ini?" Kata ia.

Sudah hampir setengah bulan sejak mereka datang ke desa ini.

"...Well, kita tak bisa menurunkan penjagaan kita, tapi tidak terlalu buruk," kata Bern.

"Mereka tidak membuat kita membayar pajak seperti yang manusia lakukan. Mereka juga tidak membuat kita bertarung," tambah Neumann.

Kelihatannya, Raja Goblin tidak berniat memungut pajak. Dugaan kehidupan malang Lili dimana mereka akan diperlakukan sbg budak sepenuhnya lenyap.

Raja sangatlah baik hati.

Dia hanya menginginkan mereka untuk membuat apa yang dia inginkan. Itu sudah cukup.

Apa yang Raja mau adalah makanan dan cara menyajikannya.

Kapanpun ia bicara dengan Raja Goblin, Lili akan salah tingkah seolah-olah bicara dengan keluarga kerajaan.

Dunia diluar hutan sangat berbahaya.

Diluar sana, kekacauan merajalela dengan banyak Pemimpin saling berperang. Dan ada banyak orang jahat bagai butiran pasir, terdapat dimana-mana.

Ia tau betapa kotornya manusia. Karena itulah ia tidak bisa mengerti para goblin.

Mengalahkan monster adalah Akal sehat.

Monster adalah makhluk dengan gaya hidup seperti iblis.

Atau setidaknya begitulah harusnya.

Namun, beberapa hari terakhir telah memberitahu ia bahwa 'Akal sehat' itu tidak lebih dari 'pendapat publik'.

Jika begitu, apa yang harus ia lakukan?

Ia teringat terhadap Tuan yang ia hormati. mereka seharusnya sudah mengirim Kelompok untuk menyelamatkan Reshia.

“Saint” Reshia Fel Zeal.

Lulusan termuda dari Menara Ivory. Sang Anak ajaib. Pengikut Zenobia. Kandidat potensial untuk Gereja. Seorang gadis yang diberkahi dengan kekuatan dan wibawa.

Ia tidak tau apakah Reshia sendiri sadar atau tidak, tapi pesona Reshia adalah sesuatu yang mampu menggerakan sebuah negara.

Saat ini itu masih tidak masalah.

Tapi ketika Goblin itu membuat manusia menjadi musuhnya... Mana yang akan dipilih Reshia?

Dan Lili sendiri... Mana yang akan ia pilih?

Ia perlu bersiap akan itu.

Tapi untuk sepintas, Ia ingin terus hidup di tempat kedamaian ini.

"Woof!" Gonggong Gastra sambil mengayunkan ekornya.

Ia mengangkatnya dengan tangan.

"Kau juga tambah berat," katanya.

Siapa yang menyangka Gray Wolf ini akan menjadi begitu imut?

Saat ia memikirkan itu, ia berharap.

Aku harap hari-hari seperti ini akan terus berlanjut selamanya.

Sementara Gastra mengusap pipinya, ia menghela nafas.

◇◇◆

Ketika angin sore menyapu pipiku dengan lembut, derikan jangkrik terdengar dari kejauhan.

Meski aku tidak tau musim apa ini, aku bisa bilang... Musim akan berganti.

Sementara aku memandang bulan, aku merasakan kehadiran didekatku.

"Menikmati pemandangan bulan?" Tanya Reshia.

Aku hanya menaikan ekorku.

"Jika kau malas, kau akan dibenci oleh wanita, kau tau?" Katanya.

"Sayangnya... Aku tidak ditakdirkan dengan siapapun," jawabku sambil tersenyum getir.

"Yah, terserah kau sih. Bolehkah aku duduk disampingmu?"

"Lakukan sesukamu. Desa ini akan segera menjadi milik kalian."

"Belum, maksudmu begitu? Itu sedikit salah tau"

Yah itu benar sih.

Kami tanpa sadar menyaksikan bulan bersama-sama.

"Bagaimana Giga?"

"Aku takpernah merawat Goblin sebelumnya, tapi nyawanya seharusnya tak apa-apa."

Nyawanya... Huh?

"...Apa kau menyesal?" Tanyanya.

"Um... Aku tidak."

Jika aku menyesal, aku tidak akan bertarung sejak awal.

Keputusanku adalah tinggal mengunci itu semua.

Rasa sakit di dada ini adalah karena aku tak bisa hidup dengan mengabaikan pengorbanan mereka demi diriku.

Sesuatu seperti itu seharusnya sudah jelas dari awal. Hatiku sakit karena itu.

Cara hidup ini... Seolah-olah aku dikutuk, takbisa hidup tanpa menyakiti mereka yang didekatku.

Tapi aku harus tabah...

Aku harus tabah dan maju kedepan.

Dengan kata lain, tak usah memikirkannya.

"Aku penasaran kenapa kau begitu kuat... Siapapun akan menangis ketika mereka sedih. Siapapun akan lari ketika sakit. Tidak ada yang akan mengolok-olok mu jika kau melakukan itu. Tidak siapapun berhak," kata Reshia.

"...Karena aku seorang monster," kataku membalas. "Aku tidak akan memaafkan setiap kelemahan dari diriku. Dengan Kekuatanku... Dengan kekuatan ku sendiri... Aku akan mengukir dunia ini sebagai bukti hidupku. Sampai saat itu... Aku tidak akan menumpahkam sedikitpun air mata. Ataupun lari."

Apa aku manusia? Atau aku monster?

Aku punya ingatan dan pikiran seorang manusia, tapi tubuh seekor monster mengerikan.

Aku putuskan itu ketika aku memilih jalan hidup ini. Aku tidak memerlukan kelemahan manusia.

"Meskipun seseorang akan menghalangi mu?" Tanya reshia.

"Yeah.. Itu benar."

Dengan matanya menatap kebawah seperti itu... Reshia, apa yang sedang kau pikirkan?

Gadis yang dipuji sebagai Saint, dan terikat oleh rantai takdir... Apa yang sedang kau pikirkan?

Takdirmu? Nyawamu? Keinginan mu?

"Aku tidak pernah ingin menjadi Saint," kata nya.

"Aku ingin kabur. Aku hanya ingin menjadi Reshia!"

Sementara ia berdiri dengan lututnya, ia menghadap kearahku, dan menempatkan tangannya didadaku.

Suara gemuruh memasuki telingku.

"Dengan begini tidak akan ada yang mengikatmu... Kau bahkan bisa membunuhku jika kau mau," katanya.

Saat mendongak, tatapannya menemui mataku. Keyakinan memenuhi matanya sementara pipinya memerah.

Nafas yang ia hembuskan membangunkan kekuatan dalam diriku.

–––aku ingin membunuh dan memakan perempuan ini.
–––aku ingin memukul dan memakan perempuan ini!
Apa yang sedang kau ragukan? Bukankah ia memberimu tubuhnya!?

Sambil terdorong oleh pikiran-pikiran itu, aku menatap balik ia.

"Dengan begitu, kau bisa bertarung. Melawan Zenobia. Melawan manusia... Karena itu... Adalah kemauan manusia."

Ketika aku teringat wajah tenang Dewi Healing saat melihat Reshia, aku membersut.

"Aku sudah bilang kan?" Kata Reshia. "Tidak seorangpun kuat. Mereka lemah."

Mata amethyst nya, yang berlinang air mata dan dipenuhi kesedihan.... Erat menatapku.

"Tolong bunuh aku," kata ia. "Jika tidak, maka suatu hari... Aku pasti akan membunuhmu."

Karna itu adalah takdirku, ia berucap, dengan suara gemetarnya.

"Aku tolak," jawabku. "Kau hanya melarikan diri. Jika kau manusia, maka tunjukan padaku Kemauan yang sesuai dengan para manusia itu!"

"Raja.." Kata Reshia. "Keras kepala sekali yah."

Senyum sedih terlukis dibibirnya.

Aku hanya bisa mengusap kepalanya.

"Esok, aku akan ke barat. Ketika aku kembali, aku akan kembali sebagai Raja para goblin. Sampai saat itu... Tolong jaga Giga dan lainnya."

Aku membersihkan debu saat berdiri.

"...Ah,"

Aku merasakan Reshia menatap punggungku ketika aku berdiri, tapi aku meninggalkannya tanpa mengatakan apapun.

Aku akan menjadi Raja.

Demi mereka yang telah mengorbankan diri...

Demi mereka yang akan mati mulai sekarang...

Sampai saat itu... Aku tidak akan meminta siapapun.

◆◆◇◇◆◆◇◇

[Abnormal Status] Pesona Saint dilepaskan.

◆◆◇◇◆◆◇◇

Author’s Note:

Protagonis tidak ingin terlihat terluka, jadi Reshia tetap dibelakang.

Comments

  1. yg pasti goblin yg ini lebih kuat dari goblin sebelah (re;monster)

    ReplyDelete

Post a Comment