Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 50: Sang Putri dari Ganra

------------------------------------
 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan 1x perhari diblog kami
------------------------------------



TL Note: Author merubah nama Dewa Pedang dari Ra Baruza jadi La Paruza.    



Chapter 50: Sang Putri dari Ganra

[Ras] Goblin
[Level] 5
[Kelas] Lord; Ketua Kelompok
[Skill] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts]
   High Kobold <<Hasu>> (Lv1)
   Gastra (Lv20)
   Cynthia (Lv20)
   Raja Orc<<Bui>> (Lv36)


Dihari keberangkatan, yang memimpin perjalanan kami adalah sigoblin pembawa pesan, Ra Gilmi. Penampilannya tidak berbeda dengan pemburu manusia. Mengenakan pakaian seperti manusia dengan menenteng tempat anak panah dan busur ditangannya.

Menemani pemburu dari Ganra itu ialah sipenjinak beast Gigi, dan si-stealthy Giji. Tugas mereka adalah mengintai musuh didepan hingga kami sampai desa.

Kesulitan dari Pertempuran yang akan datang diputuskan dari apakah mereka bisa mengintai musuh didepan atau tidak.

Di pasukan utama ada Gizu, orang yang menerima perlindungan ilahi dari Dewa Kegilaan (Zu Oru), Giza, siPemimpin Druid, Gigo Amatsuki, sipenerima perlindungan ilahi dari Dewa Pedang (La Paruza) dan Gido, sipenyihir angin.

Itu adalah pasukan utama yang bertugas memusnahkan musuh yang ditemukan oleh pasukan pengintai.

Menjaga bagian belakang ada Gigu Verbana, dan bawahannya, si-wide eyed Gijii.

Kedua goblin ini bertugas mengamankan jalan pulang dari Desa Ganra ke Desa Gi.

Jika ada orang yang menghalangi jalan, sudah jadi tugas mereka untuk memastikan kematian mereka.

Untuk goblin yang tinggal di desa, ada si-tangan panjang Giga Rax, si-penyihir air Gizo, dan si-pengguna tombak Gida.

Awalnya, aku tak ingin meninggalkan siapapun, tapi tubuh Giga terlalu para untuk mengatasi pertarungan. Demi menjaga dia, aku meninggalkan Gizo, Gida. Aku juga meninggalkan penjinak beast, Gide, agar terus berkomunikasi dengan para kobolod.

Aku menyerahkan dua set normal goblin pada mereka.

Lalu aku membawa 48 goblin bersama ku.

Pasukan kami mungkin kelelahan karna perang, tapi ada juga masalah lain seperti makanan. Menggerakan 50 goblin memakan banyak persediaan.

Karena itulah aku putuskan untuk menggunakan makanan yang sudah diawetkan

Kalau kami berburu sambil bergerak, kami tidak akan membuat banyak kemajuan dalam satu hari. Tapi jika kami fokus untuk terus bergerak, kami seharusnya bisa sampai di tujuan kami dengan cepat.

"Giga, jaga dirimu."

Sesudah mengangkat dirinya sendiri dengan tombak, dia mengantar kepergianku.

"Raja juga... Engkau harus selamat."

Dengan kata-kata itu, tidak ada yang bisa kukatakan lagi. Aku berbalik dan meninggalkan desa. Aku akan mengatakan hal-hal tak berguna jika aku tetap disini lebih lama lagi.

"Berbaris!"

Dengan suara yang memekakan telinga, aku memberi perintah.

◇◆◆

Sudah tiga hari sejak kami melewati tanah berumput orc.

Sejak saat itu monster yang kami hadapi disepanjang perjalanan berubah dengan pesat.

Sesudah kami menaiki gunung yang memisahkan langit dan bumi, ternyata ketebalan hutan makin menyusut dan ada banyak dataran landai.

Di dataran padang rumput itu, biasanya beberapa beast akan muncul. Salah satunya beast yang tampak seperti zebra berbalut armor(Armor Stripe), seekor macan dengan taring panjang(Saber Tiger) atau tikus yang berjalan menggunakan dua kaki dangan tombak ditangan, (Ratman).

Kami membunuh monster-monster itu sambil terus bergerak.

Orang pertama yang menemukan musuh selalu Beast milik Gigi. Itu karena Double head yang dia tunggangi dan anjing liar miliknya punya penciuman yang lebih baik daripada goblin. Dan segera setelah musuh ketahuan, Panah Ra Gilmi akan melesat diudara.

Dengan jari-jari cekatan itu, dia menarik talinya, kemudian melepas panahnya tepat waktu seolah-olah dia sudah memprediksikan musuh akan muncul. Panahnya meluncur diudara, menuju arah beast itu.

Namun, bahkan jika itu menusuk beast yang bisa dipanggil beast sihir, tidak mungkin bagi panah Ra Gilmi untuk membunuhnya sekali kena.

Dari situ, beast itu mulai menyerang. Tapi si-stealthy Giji segera mendekat dengan keberadaannya yang disembunyikan, bersiap menyerang beast itu dengan pedang panjangnya.

Sebagian beast berhasil terbunuh, tapi mengejutkannya disana terlihat ada yang masih bisa bergerak. Untuk hal itu aku memanggil pasukan utama, yaitu para Druid.

Jadi Gido si-penyihir angin akan merapal sihir anginnya untuk menghambat pergerakan beast itu. Disaat beast itu sudah tak bisa bergerak, para goblin normal akan bebas melepaskan serangan pada beast malang itu.

Pola serangan ini terus kami lakukan untuk melatih para goblin kelas rendah.

Goblin akan berevolusi dari normal ke rare. Lalu rare ke noble.

Semakin sering goblin normal bertarung, semakin meningkat level mereka.

Aku bisa mengira seberapa kuat Empat Suku Besar melalui si-pembawa pesan Ra Gilmi.

Namun suku Ganra itu saat ini sedang kesusahan.

Suku Gaidga adalah suku yang berisikan goblin-goblin kuat.

Jika mereka merupakan musuh yang lebih menyulitkan daripada Orc, maka aku harus meningkatkan kekuatan pasukanku.

Sesudah kami melewati padang rumput setelah tiga hari, kami sekali lagi memasuki hutan lebat.

"Dari sini, adalah wilayah kekuasaan kami. Orc sekalipun tidak bisa masuk sampai titik ini," kata Ra Gilmi dengan dada membusung sambil memimpin jalan.

Sementara Ra Gilmi berjalan kedepan, barisan depan berhenti.

Mengangkat jarinya, Ra Gilmi menyuruh untuk berhenti. Si-stealthy Giji menyiapkan diri, Gigi memerintahkan beastnya untuk tenang, dan aku memerintahkan pasukan utama untuk menyebar.

Sesuatu datang.

Srek.. Srek...

Suara itu bergema dari dalam hutan.

Ra Gilmi memberanikan diri, menggenggam erat panahnya.

Lalu tiba-tiba saja, dia menelan nafas. Sementara seekor goblin keluar dari dalam hutan, dia menyarungkan kembali panahnya.

"Kepala suku!?" Seru Ra Gilmi.

"Gilmi!?" Seru balik goblin itu.

Tepat dibelakng goblin itu terdapat goblin lain yang membawa panah. Berlawanan dengan itu, Giji mengeluarkan pedangnya, mendelik pada mereka. Para goblin pemanah dan Goblin yang tak diketahui.

Tidak, mereka bukan tak diketahui. Ra Gilmi memanggil goblin itu 'kepala suku'.

"Sarungkan kembali pedangmu, Giji," perintah ku.

"Tenangkan beast mu, Gigi."

Mereka mungkin suku Ganra.

Kemudian si kepala suku ikut mengambil perintah.

"Turunkan panah kalian. Mereka bukan musuh kita." Kata goblin itu.

"Oh? Goblin betina... Tidak biasanya," gumam Giza yang tenang menyaksikan didekatku.

Terhadap kata-kata Giza, aku memandang kembali goblin itu dengan sedikit penasaran.

Tidak ada banyak perbedaan antara goblin normal betina dan goblin normal jantan. Aku tau aku menilai mereka dari perspektif manusia, tapi memang tidak terlalu berbeda selain dada mereka.

Tapi goblin rare didepan ku sangat berbeda. Ia terlihat seperti manusia.

Kulit merah, tanduk tunggal yang tumbuh didahinya, dan rambut hijau melambai yang tampak membuktikan ia bersahabat dengan hutan. Ia lebih tinggi dari goblin, tapi ia pasti bisa melebihi manusia.

Tapi meski begitu.... Ia terlihat seukuran gadis muda.

Wajahnya tentu sedikit kasar untuk seorang manusia, tapi itu bukan berarti ia tidak bisa menyerupai manusia.

Dengan kain menutup seluruh dada dan pinggangnya, ia memberikan kesan seorang pemburu.

"Apa ada masalah? Bukankah rencana kita adalah menungguku didesa?" Tanya Gilmi.

Pertanyaan Gilmi membuat raut wajah kepala suku berubah.

"Ini karena anak-anak Gaidga. Mereka menyerang kami bersama. Kami berhasil kabur, tapi desa sudah tak tertolong lagi," ketus kepala suku yang terlihat berusaha menahan rasa sakit.

Lalu ia menatap ku.

"...siapa dia?" Tanyanya.

"Dia adalah pemimpin Desa Gi dari wilayah timur. Aku memintanya untuk memimpin pasukannya kesini untuk membantu kita," jawab Gilmi, penuh bangga.

Kepala suku Ganra menatapku.

"Anak dari Gilan, Ra Narsa. Akulah kepala suku ganra."

Terpenuhi dengan kewibaan dan kebanggaan, sosoknya memang pantas menjadi pemimpin suku.

"Maafkan aku membuat mu berjalan sampai sini, tapi aku harus memintamu untuk pergi. Sudah tak ada lagi desa yang perlu diselamatkan."

Ketika ia melontarkan kata-kata itu, ia mencoba kembali, tapi Gigo Amatsuki mengeluarkan pedang melengkungnya. Pedang yang berada dipinggangnya dalam sekejap keluar seperti air mengalir menuju leher Narsa.

"Apa maksudnya ini!?" Tanya ia, merasa jengkel.

Para goblin Ganra menatap Gigo.

"Tidak menghormati Ketua sangat tidak dimaafkan." Tegas Gigo.

"Amatsuki-sama, tolong tahan dirimu," pinta Gilmi.

Tapi pedang Gigo tak goyah sedikitpun terhadap permintaan Gilmi.

Namun, Narsa tidak terlihat terganggu dengan pedang itu. Nyatanya, ia terlihat mau memprovokasi Gigo.

Wanita yang tangguh, huh?

"Ngomong-ngomong, Gilmi-sama. Jika kami pulang seperti ini, apa yang akan terjadi dengan hadiah yang kita janjikan?" Tanya Giza, tersenyum sinis.

"Umm... Itu..."

Gilmi tak bisa menjawab langsung.

Bagaimanapun juga, dia pasti tidak akan membayarnya.

"Jika begitu, itu akan merepotkan kami. Padahal, kami sudah mengerahkan pasukan kami," kata Giza.

Giza segera menatapku. Mata kecoklatan didekat senyumnya terlihat mengatakan 'serahkan ini padaku'.

"Tapi itu–––"

"Itu terserah kebijaksanaan mu apakah kau membutuhkan bantuan kami atau tidak, tapi jika kami tak menerima apa yang kita sepakati, maka kami tak akan membantu. Apa kau mengerti yang kukatakan, Gilmi-sama?"

Aku dengan tenang menyaksikan mereka dengan tangan melipat.

Terlepas dari apa yang terjadi, pada akhirnya, Ke Empat Suku pasti akan membungkuk dihadapanku.

Karena itu, aku ingin mengambil kesempatan ini dan melihat seberapa bagus negosiasi Giza. Selain itu, dia terlihat sangat bersemangat.

Sibajingan ini... Dia menikmatinya, kan?

"Apa yang kau janjikan, Gilmi?" Tanya Narsa, gugup.

"Putri Elf." Jawab Gilmi.
"Bodoh sekali!" Kesal Narsa.

Gilmi mulai berargumen dengannya.

"Tapi..." Mulai Gilmi, tapi Narsa memotongnya.

"Tidak ada apapun yang bisa kalian lakukan. Pergilah," delik Giza sambil melontarkan kata-kata itu.

"Dan aku percaya aku sudah bilang itu akan merepotkan," kata Giza.

"Putri..." Gilmi berusaha menenangkan Narsa.

"Tunjukan hormatmu!" Teriak Gigo lagi.

Aku penasaran apakah ia lupa kalau pedang Gigo berada di lehernya.

Ini tidak terlihat seperti kemarahan kepala suku ganra akan membaik segera.

"Kalau begini, diskusi ini akan entah kemana. Lagipula, Gilmi-sama. Kami tidak terlalu pilih-pilih, jadi bagaimana kalau diganti Narsa-sama saja?" Saran Giza.

Dia terlihat terbiasa bertingkah seperti bad guy.

Tunggu... Bukankah aku pernah melihat pemandangan ini disuatu tempat sebelumnya?

"Itu... Tidak bisa diterima!" Jawab segera Gilmi.

"Cih... Jadi goblin diluar suku memang seperti hewan yah..." Kata Narsa.

Giza menatap Gigo, dan dia mendorong pedangnya sedikit lebih dalam ke leher Narsa. Kata-kata yang ia ucapkan mulai melemah.

Sekarang, aku ingin sedikit lebih lama lagi menikmati ketegangan ini, tapi anjing-anjing Gigi mulai tak terkendali, jadi aku mengambil giliranku.

"...Waktu bermain habis, Giza," kataku.

Sementara Giza menarik diri, aku melangkah kedepan, dan menenteng Great Swordku.

"Tunggu dulu, Pemimpin Barat!"

Gilmi berdiri didepan Narsa untuk menghalangi jalanku, tapi aku tak punnya waktu berhadapan dengannya.

"Gigi, berapa banyak?"

"Sekitar dua puluh," Jawab cepat Gigi.

Bagus. Tidak seperti Giza yang bermain-main, dia terus mewaspadai sekitar.

"Gigo, aku menyerahkan serangan padamu!" Perintahku.

"Dimengerti!"

Dengan situasi seperti ini, Gigo tak punya pilihan lain selain meninggalkan goblin Ganra sesudah dia menyarungkan pedangnya ke pinggang.

"Gido, bantu barisan depan. Giza, serang bagian kanan!"

"Seperti yang engkau hendaki!" "Serahkan padaku!"

Bawahanku menyebar dalam sekejap merespon perintahku.

Sesudah mereka membawa goblin bawahan mereka, mereka berlari melalui hutan.

"Gigi, Giji, Gizu, atasi yang tersisa."

"Ya."

Tiga goblin rare itu lalu memasuki hutan.

"Gigu, Gijii, kalian berdua akan berjaga."

Setelah aku selesai memberikan perintahku, aku menatap kembali Gilmi.

"Wahai Pembawa Pesan Ganra, Gilmi. Seperti yang sudah kita sepakati, aku akan menyelamatkan desa mu!" Tegasku.

"Y- ya!" Seru Gilmi setelah membeku sesaat.

"Tapi.. Ada syaratnya. Mulai sekarang, Suku Ganra akan bertarung dibawah kuasaku."

Narsa memandang Gilmi lagi.

"Jangan main-main dengan ku!" Dengus Narsa.

Tapi mengabaikan kemarahnnya, aku menatap Gilmi.

"...Baik. Aku pasti akan membujuk yang lain," jawabnya.

"Gilmi!" Teriak Narsa, tak percaya.

"...maka sudah diputuskan," kataku.

Aku mengeratkan cengkramanku pada great sword yang ku bawa dibahu.

Dengan begini... Satu Suku telah jatuh.

Sekarang... suku mana yang akan jadi milikku?

Author’s Note:

Permintaan yang dinanti-nanti, sosok goblin rare betina akhirnya muncul!

Comments