Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 51: Hutan takdiketahui

------------------------------------
 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan 1x perhari diblog kami
------------------------------------





Chapter 51: Hutan takdiketahui

[Ras] Goblin
[Level] 5
[Kelas] Lord; Ketua Kelompok
[Skill] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts]
   High Kobold<<Hasu>> (Lv1)
   Gastra (Lv20)
   Cynthia (Lv20)
   Raja Orc<<Bui>> (Lv36)


Goblin yang menghalangi jalan lebih besar dibandingkan orc.

Otot-otot terbentuk diseluruh tubuh mereka, dan bagian tubuh yang hitam* hanya tertutupi kain biasa. Seolah-olah mereka tak memikirkan pertahanan.
(TL: *hahaha.)
Ditangan para goblin itu terdapat gada yang seukuran batang pohon sedang. Dan di mata mereka terdapat kilatan merah.

“RUuOoOO!”

Teriakan itu mengisyaratkan mereka.

Sesaat goblin-goblin itu mengangkat gada mereka, mereka menghantamnya ke pepohonan hingga menyapu pohon disekitar, memperlebar jarak pandang mereka.

“RUuOOooo!”

Itu mungkin bos kelompok mereka.

Para goblin itu bergerak menuruti raungannya, mereka bahkan tidak ragu-ragu bergerak. Mereka lebih mirip boneka yang dikendalikan dengan benang.

Kalau begini, aku rasa ada artinya untuk bersembunyi saat ini.

Dengan satu ayunan Iron second, aku menumbangkan satu pohon.

"Srapa dsana!?"

Kata-kata mereka sulit dimengerti...

"Raja masa depan Ganra," jawab sindir ku.

Raungan luarbiasa bergema meresponku.

“RUuuooooOOOO!”

Ketika salah satu goblin kelompok Gaidga berteriak, goblin lain akan ikut berteriak juga.

Sementara teriakan mereka bergema, Gigo bertanya.

"Raja, mohon berikan aku kehormatan menjadi barisan depan," katanya sambil mengacungkan pedang melengkungnya.

Aku mengangguk.

"Mereka mungkin lebih kuat daripada orc," peringat ku.

"Aku mengerti," jawabnya.

Punggung Gigo yang lebih kecil dariku mengisyaratkan dimulainya pertarungan.

Aku segera memandang kesamping. Dan aku melihat Giza, bersembunyi didalam semak-semak, beserta goblin yang bertugas menjadi pasukan pengintai sebelumnya, si-beast warior Gigi dan si-stealthy Giji, sementara Gizu berada disamping kiri.

Si-penyihir angin, Gido, sudah bersiap, menunggu langkah Gigo dan Giza.

Untuk jaga-jaga, ada si-kelas noble, Gigu Verbana, dan si-wide eyed Gijii menunggu dibelakangku.

Semuanya sudah berada diposisi.

Dan musuh kami adalah para goblin besar Gaidga.

"Pergi!" Perintah ku.

Menandingi kecepatan anak panah, Gigo Amatsuki melesat melalui pepohonan yang tumbang. Mengikuti dia ada tiga goblin bawahannya. Dimasing-masing tangan mereka terdapat pedang yang memiliki banyak lecet, menunjukan seberapa keras pelatihan Gigo.

“RUuuoouuU!”

Ayunan gada itu seperti pohon yang jatuh. Tapi Gigo menghindarinya dari bawah tanpa keraguan sambil mengayunkan pedang melengkungnya.

Ayunan halus Gigo hanya meninggalkan cahaya keperakan. Dalam sekejap, darah menyembur keluar dari tangan goblin gaidga itu.

Entah kenapa, Gigo menunjukan ekspresi takpuas saat dia menurunkan pedangnya.

Terlihat seperti dia tidak bisa memotong tulang mereka.

"Kemarilah!"

Memprovoksi goblin gaidga, dia mengenggam pedangnya dengan kedua tangan.

Diiringi raungan goblin gaidga, gadanya turun. Gigo menghindari serangan yang mampu meninggalkan lubang ditanah itu dengan mudah.

Disaat yang sama, Gigo, membuat gerakan 'nukidou' dengan sekuat tenaga, menebas musuh dalam sekejap.

Serangan itu pantas disebut tebasan yang sebenarnya.

Itu Berbeda dengan goblin takberpengalaman yang hanya membenturkan pedang mereka. Itu juga berbeda dengan ku yang hanya bergantung pada beban pedang. Itu merupakan tebasan sebenarnya yang menggunakan ujung pedang dan menarik keluar kekuatan aslinya.

Ini adalah berkah dari orang yang menerima perlindungan ilahi dari dewa pedang.

Goblin Gaidga yang terbelah hanya bisa ambruk takberdaya ditempat dia berdiri.

Semburan darah keluar dari tubuhnya saat dia roboh, tapi Gigo hanya memandang itu.

Itu pasti karna skill<<Veteran>> dan <<Warrior’s Soul>>.

Aku menggeser pandanganku dari pertarungan Gigo ke goblin lain.

"Balut tubuhku dengan angin (Accel)!"

Aku mengalihkan mataku kekanan saat mendengar suara Giza mulai bertarung.

Menggunakan Accel, dia meluncur melewati goblin gaidga. Disaat yang sama, dia berbalik.

"Bagai angin. Bagaikan pusaran angin. (Wind Cutter)!"

Kedua pisau angin melesat diatas tanah, menuju kaki goblin gaidga.

Teriakan kesakitan bergema, dan musuh tumbang. Setelah itu bawahan Giza mulai membombardir goblin malang itu dengan sihir.

Kekuatan sihir mereka tampak lemah, jadi mereka tak bisa menghabisinya dalam sekali serangan, tapi dengan tiga druid, mereka mampu menghabisinya dengan mudah.

––––sisi ini melakukannya dengan baik.

Secara terus menerus, si-penyihir angin, Gido akan melempar sihirnya untuk melindungi Gigo dan Giza.

Itu tidak menarik perhatian, tapi sangat penting untuk bisa merubah skala pertempuran sesuka hati. Dan meski tempat datar, Gido mampu melindungi mereka ketika lengah.

Seperti yang diduga, tidak ada masalah dikedua sisi. Jadi... Yang tersisa adalah sisi kiri.

Melihat ketiga goblin rare yang bertarung disisi kiri... Mereka saat ini tampak kesusahan.

Gizu si-mad dog tidak bisa menunjukan kekuatan aslinya saat mengayunkan tombak. Sangat sulit bagi kelas rare untuk beradu pedang dengan goblin gaidga. Goblin yang Gizu pimpin bekerjasama dengan baik, tapi mereka punya waktu yang sulit. Kekuatan mereka sangat kurang.

Untuk si-penjinak beast, Gigi dan si-stealthy Giji, mereka selalu buruk kalau melawan goblin kuat secara langsung. Skill<<Meld>> Giji digunakan untuk bertarung dari bayang-bayang saat menemukan celah. Adapun beast Gigi, mereka benar-benar kekurangan kekuatan. Jadi mereka tak punya pilihan lain selain bergantung pada momentum Gizu, tapi...

Mereka mulai menunjukan tanda-tanda mundur...

"Gigu," panggilku.

"Ya?" Responnya.

Haruskah aku mengirim Gigu keluar?

"Bawa pasukanmu, dan bantu sisi kiri."

"Seperti yang engkau hendaki."

Sambil mengacungkan pedang, dia mengisyaratkan Gijii untuk bergabung dalam pertarungan disisi kiri.

Apa ini cukup?

"Ganra! Dimana kau!?"

Sesaat aku berpikir, seekor goblin muncul didepan tempat Gigo bertarung.

Gigo menatapku untuk sejenak sebelum memilih goblin itu untuk dilawan.

Dipikirin amat sih...

Jadi dia mau memberiku mangsa itu, huh?

"Ganra yang kau mau ada ditangan ku," kata ku pada goblin Gaidga yang menampakan diri saat aku menghalangi jalannya.

"Jangan main-main dengan ku," dengus dia.

Goblin itu mengayunkan gadanya.

Jika itu kena, kepalaku pasti akan hancur.

Tapi untuk seseorang seperti aku yang pernah melawan Raja Orc, Golgol, sesuatu seperti ini tidak cukup dianggap sebagai ancaman.

Menggeser tubuhku kesamping, aku menjauhkan diriku dari jalur gada itu, lalu aku mengayunkan pedangku kebawah menuju kaki goblin. Sesudah aku membelah kaki goblin gaidga, goblin itu tumbang, dan serangan lain datang.

Dengan tubuh yang hancur, tak ada lagi bahaya. Aku melihat ke sekitar, dan aku melihat para goblin gaidga sudah ditangani dengan baik.

"Dengan begini... Kita berhasil memperoleh beberapa tawanan. Apa selanjutnya, raja?"

Giza tersenyum lebar.

"Dampak yang kita terima?" Tanya ku.

"Dari sisi kita, 3 terluka, tapi hanya luka ringan," jawabnya.

Maka sudah jelas.

"Kejar musuh. Bawa Gilmi juga. Kita akan terus seperti ini, dan menaklukan Desa Ganra."

◇◆◆

Kami berlari dengan Gilmi memimpin jalan.

Jalan yang dilalui para goblin Gaidga telah ditebangi pohon-pohonnya, jadi lebih mudah melewatinya.

Setelah sekian lama kami sampai di desa Ganra.

"Ini... Aku kira ini hanya sekedar imajinasi saja, tapi..."

"Ini desa kami, Hutan Raksasa Melintir."
(TL: punya kata yg lebih baik?)
Ketika aku mendongak, aku hanya bisa terkagum-kagum. Diatas pepohonan besar tu terdapat rumah kecil terbuat dari ranting-ranting pohon. Ada juga pagar-pagar yang berdiri ditanah, yang bekerja sebagai pertahanan. Ada pula pondok kecil diseluruh pohon-pohon. Tapi sebagaian besar sudah luluh lantah.

Mereka hancur karna para goblin gaidga.

"Cari yang selamat. Tapi jangan buat keributan!" Perintahku.

Ranting-ranting yang melilit pohon raksasa merebak ditanah. Melihat kebawah dari atas pohon mungkin berbeda, tapi melihat keatas dari bawah sini membuat seluruh tempat terlihat seperti maze.

Ranting-ranting saling terikat dalam gaya yang ruwet. Akar-akar pohon itu membelah permukaan tanah, menciptakan suatu bentuk aneh.

Dedaunannya cukup besar, satu daun saja cukup untuk menutupi setengah goblin normal. Cabang-cabang yang saling mengikat terikat ke cabang-cabang lain, menjalin sendiri dan menghalangi jalan.

Aku menyuruh kedua kelas noble, Gigo Amatsuki dan Gigu Verbana, untuk membawa bawahan mereka dan bergerak melalui jalan yang berbeda. Menemani Gigo ada si-stealthy Giji sedangkan Gigu ada si-penjinak beast, Giji.

Sesudah memberi mereka perintah, aku kembali ke Gilmi, si penuntun kami, dan bertanya

"Gilmi, kenapa Gaidga menyerang Ganra?"

Kenapa goblin dengan gaya bertarung berbeda menyerang mereka?

Mereka tak datang kesini untuk menguasai desa mereka. Dengan tubuh besar goblin gaidga, meskipun mereka bisa menguasai desa ganra, mereka tak akan mampu tinggal didesa yang berada diranting-ranting itu.

Goblin ganra secara umum berukuran kecil. Aku mengira ini dari Gilmi dan Narsa. Aku percaya kalau Gilmi adalah goblin rare. Dan meski Narsa berkulit merah, dilihat dari tubuhnya, ia seharusnya juga goblin rare.

lebih mudah lagi kalau aku mengkonfimasi kelas mereka dengan menggunakan<<Red Snake’s Eye>>, tapi sayangnya, level ku belum cukup tinggi.

"Itu..." Gumam Gilmi, merasa ragu.

Tapi ketika dia ragu, sebuah suara yang tak ku duga terdengar.

"Biarkan aku yang menjelaskan," kata Narsa.

Dan dari sini aku berpikr ia mulai mau mengikuti kami.

◆◇◆◇◆◇◆◇

Level naik
5 -> 8

◆◇◆◇◆◇◆◇

TL: <<Red Snake’s Eye>>. Skill ini punya syarat level harus lebih tinggi dari target. Tapi ketika berevolusi alias melebihi 99, level akan tereset jadi 1. Hanya sekedar mengingatkan.

Comments