Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 53: Harta

------------------------------------
 Bantu kami dengan mematikan Adblock mu dan mengklik iklan 1x perhari diblog kami
------------------------------------





Chapter 53: Harta

Ras Goblin
Kelas Lord; Ketua Kelompok
Skill Ruler of the Horde; Insurgent Will; Overpowering Howl; Swordsmanship B+; Insatiable Desire; King’s Soul; Ruler’s Wisdom I; Eyes of the Blue Snake; Dance at Death’s Border; Red Snake’s Eye; Magic Manipulation; Soul of a Crazed Warrior; Third Impact (The Third Chant); Instinct; Ruler’s Wisdom II;
Perlindungan Ilahi Dewi Underworld(Altesia)
Atribut Kegelapan; Kematian
Bawahan Beast High Kobold Hasu; (Lv1) Gastra (Lv20) Cynthia (Lv20) Orc King Bui; (Lv36)

Setelah menyingkirkan goblin Gaidga dari desa Ganra, kami menuju pusat desa, dan aku meminta mereka untuk memperlihatkan benda yang disebut Harta itu.

Awalnya Narsa melawan, tapi Gilmi membujuknya, dan ia menyerahkan busur yang berada dipunggungnya.

"Ini adalah Harta yang diwariskan pada kaum Ganra, namanya adalah Busur Meteor," kata Gilmi.

Dari luar itu terlihat tidak berharga, tapi pasti ada suatu hal yang khusus didalamnya. Itu hanyalah busur biasa, aku masih tidak mengerti letak pembedanya.

"Busur ini bisa menyalakan api di ujung panahnya," lanjut Gilmi.

Jadi itu bisa membuat api yang tidak berguna begitu?

Apanya yang mengagumkan?

"Kepala suku, bisakah kau mendemonstrasikan kekuatan busur itu?" Pinta Gilmi pada Narsa.

Terhadap itu, ia mengambil busur tanpa berkata, dan mengambil panah.

Menempatkan panah di tali busur, ia menariknya. Melepaskan panah, angin berputar dan suara seperti sobekan bergema. Ditengah udara, panah itu menggambar parabola. Dengan ujung berbalut api, itu mengingatkan ku pada bintang jatuh atau meteor.

"Incar panah itu!" Perintah gilmi.

Jadi begitu yah, pikirku. Busur ini adalah penanda.

Beberapa orang merespon seruan Gilmi, dan mereka menembakan panah kearah cahaya itu.

"Apa kau mengerti sekarang harga panah ini?" Tanya Gilmi.

Dengan kata lain, apa yang kau maksud adalah bahwa satu-satunya orang yang bisa menggunakan baik-baik Harta ini adalah goblin Ganra yang bisa menggunakan busur, kan? Yang berarti tidak ada artinya mengumpulkan artefak itu demi kepuasan semata.

Goblin yang sangat cerdik.

"Yea... Aku mengerti dengan sangat baik," jawabku.

Itu dan harga suku Ganra yang mengendalikannya.

Gilmi menghembuskan nafas lega melihat responku, tapi Narsa hanya menatap kami dengan tatapan bingung.

Aku rasa itu cukup sulit dimengerti untuk goblin normal, tapi singatnya, Gilmi ingin menjamin keselamatan semua goblin Ganra.

Jika seseorang mampu menunjukan manfaat nya, maka dia tidak akan tersiksa.

Karna jalan pikir itu Gilmi mampu selamat. Keputusan yang bagus. Bagaimanapun juga, aku mengumpulkan kekuatan para goblin untuk menguasai mereka sebagai Raja.

Untuk para goblin yang hidup dalam lingkungan yang didikte kekuatan, mampu berdiri dipuncak lingkungan itu adalah apa yang diputuskan surga atau neraka.

Ra Gilmi sudah pasti seorang goblin terpelajar.

"Mari ganti topik," kata ku. "Aku ingin mendengar Suku-suku lain."

Dengan persediaan makanan suku Ganra, perjamuan diadakan di desa. Saat perjamuan aku bertanya mengenai suku lain.

Penting bagi ku untuk mengetahui siapa yang menjadi musuh dan siapa yang mungkin menjadi sekutu.

"...Pemimpin Gordob, Kuzan, kemungkinan besar tetap netral," kata Gilmi.

"Dia tidak punya ketertarikan mengenai masalah dunia. Alihaluha-sama dari suku Paradua disisi lain, dia mungkin mengundang permusuhan. Bagaimanapun juga, dia adalah orang yang punya harga diri tinggi."

Duduk ditempat duduk kepala suku dikelilingi api, adalah aku dan Narsa. Lalu yang mengelilingi kami adalah goblin peringkat tinggi suku Ganra dan goblin kelas rare dan noble yang aku bawa.

Panah Narsa sebelumnya membuktikan itu cukup menghibur.

Awalnya semua orang terlihat kaku, tapi setelah makan beberapa daging, semuanya terlihat akrab.

Sementara itu, kata-kata Gilmi membuatku kepikiran.

Suku Gordob adalah suku yang mengendalikan berbagai beast sihir. Suku Paradua adalah suku penunggang. Dan suku Gaidga adalah suku dengan kekuatan luarbiasa. Mempertimbangkan orang-orang yang kubawa, melawan mereka langsung bukanlah ide terbaik.

"Apa hubungan kekuatan setiap suku?" Tanya ku.

Gilmi menatap Narsa untul sejenak sebelum membuka mulutnya.

"Tidak ada hal semacam itu dimasa lalu, tapi sampai sekarang, suku Gaidga adalah suku yang menindas suku lain. Suku Paradua mungkin akan mematuhi suku Gaidga jika mereka tau seberapa kuat mereka," kata Gilmi.

"Bukankah kau bilang suku Paradua punya harga diri tinggi?" Tanyaku.

"Itu ada sebabnya," katanya. "Maafkan aku bila ini tidak sopan, tapi mereka mungkin lebih suka bergabung dengan orang yang mereka kenal daripada berlutut pada orang luar."

Masuk akal.

"Apa desa suku Paradua dekat?" Tanyaku, meringkuk tersenyum.

"Desa mereka sekitar dua hari ke barat dari sini," jawab Gilmi. "Mereka tinggal di kaki gunung."

"Aku mengerti. Berapa banyak goblin Ganra yang bisa ku bawa?"

Gilmi menatap kebawah memikirkan baik-baik.

"15 goblin," jawabnya. "Tapi hanya dari pasukan keluarga Ra."

Ini Kesempatan yang langka, jadi aku sebaiknya mempertegas beberapa hal dulu.

"Aku mengerti... Omong-omong, Gilmi, mulai sekarang mau kah kau–––"

"Sayang sekali..."

Aku baru ingin memintanya mengumpulkan Ganra, tapi dia menghentikanku, setitik keputusasaan terlihat dimatanya. Kemudian dia berbicara.

"Hanya mereka yang memiliki darah Master Gilan yang berhak menguasai Desa ganra," katanya.

"Hmm... Begituyah."

Yah, tidak ada untungnya memaksa itu sekarang.

Dia adalah goblin keras kepala bagaimanapun juga. Ku rasa dia sekeras kepala Giza. Meski itu membuatku penasaran. Kenapa Narsa? Kenapa dia begitu setia padanya?

Apa tidak ada orang yang lebih cocok untuk diikuti?

Paling tidak, jika itu aku, aku akan memberinya posisi tertinggi.

"Aku mau tidur," kata Narsa, berdiri jengkel.

Sementara aku melihatnya berjalan bersama gilmi, aku merenungkan kenapa Gilmi memilih ia untuk diikuti.

"Kau terlihat tidak ingin melihat mereka pergi,"

Sebuah suara heran terdengar. Ketika aku menoleh, aku melihat Giza, berdiri dengan sepotong daging ditangannya.

"Aku cuma penasaran ada apa dengan hubungan tuan dan pembantu itu."

"Apa? Apa kau cemburu, Raja?" Dia mengejekku, membuat mata ku melebar terkejut.

Melihat itu, Giza malah tertawa.

"Ini tidak seperti semua goblin harus bersumpah setia pada Raja, kan? Meski kesetiaan mereka entah dimana, selama mereka meminjamkan kekuatannya pada mu, bukankah itu cukup?" Katanya.

"Aku baru berpikir mengharuskan semua goblin bersumpah padaku loh," balasku.

"Serius?" Tanyanya, menatapku dengan tatapan yang lebih dari sekedar terkejut.

"...Ya," ketusku.

"Tidak akan cukup lah. Tidak peduli seberapa banyak tubuh yang kau punya, itu tak akan cukup. Tentu, termasuk nyawamu sediri."

Sungguh?

Baiklah, aku harus sedikit lebih tegas pada diriku sendiri.

"Lakukan saja yang kau inginkan, Raja. Jika ada orang yang berdiri dijalanmu, maka anggap saja orang itu adalah musuh kita."

Jadi itu tidak memandang apakah itu goblin tau orc yah?

"Hmm... Oh, kalau dipikir lagi, apa kau sudah bersumpah padaku?"

Aku tau itu terdengar bodoh, tapi jika aku tak mengambil kesempatan ini dan bertanya, maka aku mungkin tidak akan pernah mendapat kesempatan kedua.

"Kata-kata yang aku ucapkan saat aku kalah bukanlah kebohongan."

Selesai memakan daging ditangannya, Giza berdiri.

"Aku mau pergi," katanya. "Aku perlu merubah penjagaan."

Dia memanggil Ganra dan goblin ku, dan memerintahkan untuk menuju pos mereka.

"Jangan buat masalah pada mereka," aku memberithunya.

Dia memerintah mereka karena aku tidak bisa melakukannya sendiri. Jika aku memerintahkan mereka sendiri, merka tidak akan bisa bersantai.

"Ingatlah Raja, lakukan saja apa yang kau mau," saran Giza saat dia lenyap kedalam kegelapan.

Tidak ada yang terucap dibibirku, tapi aku berterimakasih padanya.

Comments