Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 57: Mereka yang mencari




Chapter 57: Mereka yang mencari

[Ras] Goblin
[Level] 8
[Kelas] Lord; Pemimpin Kelompok
[Skill] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts]
   High Kobold <<Hasu>> (Lv1)
   Gastra (Lv20)
   Cynthia (Lv20)
   Raja Orc<<Bui>> (Lv36)

Dibawah gunung yang menembus langit, didalam gua gelap yang diluarnya bebatuan terjal terlihat, itulah tempat Goblin Gaidga tinggal.

Dari sana, 3 hari perjalanan menuju Timur Hutan Besar Desa Ganrabberada. Dan dua hari perjalanan lembah dan hutan tempat Desa Paradua berada.

"Jadi, itu adalah Rumah Gaidga."

Mengintip dari Hutan, kami bisa melihat sosok besar Para Goblin Gaidga masuk keluar gua.

Sambil kami menonton, aku melihat beberapa Goblin Gaidga membawa seekor Big Horn.

"Itu makanan pokok Goblin Gaidga, Bug Horn." Kata Gilmi.


Aku merasa lega karna Gilmi spontan menjelaskan itu sambil kami terus mengamati Gaidga.

Apa yang mebuatku tertarik adalah lubah besar di dada hewan itu. Serangan yang menyebabkan itu pastilah yang membunuh Big Horn. Aku yakin itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan goblin biasa. Apalagi besar lubang itu seukuran goblin kecil.

Jika serangan itu dilakukan oleh seseorang dari Gaidga, kurasa aku terlalu meremehkan mereka.

Bisa dikatakan kami menang sampai saat ini karna goblin itu belum muncul.


"Apa pemimpin mereka adalah goblin terkuat Gaidga?" Tanya ku.

"Seharusnya begitu. Anak Mishra, Rashka. Bahkan diantara 4 suku yang mengatur ritual gerbang underworld, dia pastilah yang paling kuat."

Sebelum kusadari, aku tersenyum.

Yah, tidakkah itu menarik?

Rashka dari Goblin Gaidga.

Jika kami beradu kekuatan, apa kau akan kalah?

Sementara aku berkata dalam hati, aku memberikan arahan kepada para bawahanku.

Kami bicara secara pelan-pelan, diam-diam mendekati gua gelap itu untuk menyergap.

◆◆◇

Diperbatasan hutan dan pepohonan tinggallah desa paradua. Tidak susah berpikir kenapa mereka memilih tempat ini sebagai rumah mereka.

Mereka goblin, yaiyalah mereka bikin rumah mereka dihutan. Tapi bangunan mereka berada di pinggir perbatasan hutan, dimana lembah berada, sehingga mereka bisa berburu makanan lebih mudah.

Dibanding gua gaidga dan benteng hutan ganra, rumah paradua sangat kekurangan pertahanan. Iyasih, mereka membuat pagar mengelilingi desa mereka, tapi sesungguhnya itu dibuat cuma demi beast yang didalam bergerak dengan mudah.

Itu disusun bukan berdasarkan ancaman musuh. Tapi itu tidak aneh sih, ketika paradua menerima serangan, mereka tinggal menunggangi punggung beast jinak mereka. Setiap goblin di paradua sejak kecil sudah di beri beast masing-masing, ketika sudah besar mereka akan menungganginya.

Bertarung dipunggung beast memberi mobilitas yang tinggi, tapi itu sesuatu yang sangat berbeda dengan konsep menjaga kastil. Nyatanya, lebih baik tinggal kabur bersama mereka, dari pada bertahan dengan mengendarainya.

Karena itu, desa paradua tidak memiliki pertahanan yang baik.

Dan itu merupakan desa yang sejumlah besar goblin gaidga kunjungi.

Menggelantung dilehernya bisa terlihat itu adalah kalung hitam berduri. Kalung itu tidak lain dan tidak bukan merupakan harta berharga Suku Gaidga, Kalung Vidol.

Itu adalah kalung yang meningkatkan kekuatan penggunanya. Itu adalah pusaka sekaligus bukti sebagai Pemimpin.

Ditangannya ada gada berukuran sebatang pohon besar. Itu diukir menyerupai tombak, jadi kau bisa menganggapnya sbg tombak kayu selain ukurannya yang besar.

Rahang kuatnya nampak sanggup menguyah semua goblin yang berada disekitarnya.

Dia tidak memiliki senyum diwajah, hanya tatapan serius dimukanya. Dan dimatanya terdapat kilatan hitam membara, bagaikan diantara alisnya hanya terdapat rasa meremehkan bawahan dan musunya.

Satu tanduk menjulang dari dahinya. Dengan kulit coklat, dia pasti diantara kelas noble atau duke. Goblin terkuat dari 4 Suku saat ini sedang menerima amarah Pemimpin Paradua.

"Jadi? Bagaimana kau akan memperbaiki ini?"

Sang Goblin Tua Aluhaliha melotot erat terhadap Goblin besar dihadapannya.

Aluhaliha tidak gentar sedikitpun kepada goblin yang tidak berbeda dari bongkahan batu besar didepannya.

Nyatanya, dia begitu besar bahkan jika dia rubuh, Aluhaliha akan terutupi sepenuhnya. Karena itulah, Aluhaliha tidak punya pilihan lain selain menunggangi beast nya, hanya untuk saling menatap mata.

“Maaf.”

Sebuah suara yang dalam, dengan rasa permintaan maaf, masuk kedalam telinga Aluhaliha.

Alasan kenapa mereka berseteru adalah karna kekalahan mereka melawan Ganra.

Meskipun Raskha menyerahkan semuanya kepada Aluhaliha, sebagian goblin gaidga masih menyerang Ganra, tapi mereka dikalahkan. Dan, tepat saat Paradua meminta Ganra menyerah, mereka juga pukul mundur.

"Buktikan."

Raska hanya mengikuti kata-kata Aluhaliha, tapi pasukannya hanya menuruti Raskha, sehingga Aluhaliha ingin Raskha memberinya kepala goblin itu sebagai permintaan maaf.

"Aku tidak bisa."

Tapi itu mustahil bagi Raskha. Karena goblin yang bertanggung jawab, Riweka, sudah mati. Dan goblin yang bertahan hidup tinggallah goblin kelas rendah, jadi mereka tidak bisa menggantikan posisi Riweka.

"Sialan, apa kau meremehkan diriku?"

Tentu saja, Aluhaliha tidak akan membiarkan ini begitu saja. Dia, bagaimanapun juga, merupakan Pemimpin Suku. Jika dia membiarkan ini tanpa menerima permintaan maaf dari Raskha, sosoknya sebagai Pemimpin bisa tercemar. Alasan utamanya karna Aluhaliha yang mengajukan membuat aliansi dengan Gaidga. Jika Aluhaliha gagal menunjukan keputusan yang tepat, maka pemimpin selanjutnya hanya akan menginjak-injak harga dirinya.

"Aku akan memberimu 3 big horn."

Big Horn yang dimakan Goblin Gaidga semakin berkurang saat ini.

"...Baiklah. tapi jika sesuatu seperti ini terjadi lagi..."

"Kau tidak perlu khawatir tentang itu."

Sang Aluhaliha sombong itu membentuk aliansi dengan Gaidga hanya demi mengamankan kehidupan suku nya sendiri.

Pasokan makanan mereka berkurang; beast mereka banyak... Jika terus begini, sukunya pasti akan terancam. Mengetahui itu, Aluhaliha membuang harga dirinya.

Dia mencekik dirinya, menginjak kehormatannya demi bertukar makanan.

Meskipun itu cuma 3 Big Horn, mengingat keadaan desanya sendiri, itu masih pasokan makanan yang penting.

"Sudahi topik ini. Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

Aluhaliha, yang sedang keaal, merubah topik, melempar tatapan menusuk pada Rashka.

"Kita akan menyerang Ganra lagi. Aku mengumpulkan bawahanku dan menyebarkan mereka. Aku ingin mereka berhasil kali ini."

Aluhaliha mendengus kearah desa ganra berada.

"Pertarungan saling memusnahkan, huh?"

Saat Aluhaliha menyatakan kata itu, sesosok goblin muncul dibenaknya.

Dia adalah Goblin yang berdiri dibelakang Putri Ganra, Narsa. Dengan tiga tanduk, kulit abu-abu, dan ekor... Penampilan langka itu berbeda dari goblin yang lain. Dan dengan GreatSword dipunggung, susasana disekitarnya sangat jauh berbeda.

Apalagi sisi tajam yang muncul dimatanya... Aluhaliha tidak tau kenapa, tapi untuk suatu alasan, goblin itu memiliki kekuatan untuk menggerakan hatinya dengan kata-kata.

Jika kau menyebutnya sebagai eksistensi yang berbeda dari goblin kebanyakan, maka satu hal yang akan muncul. Dan itu adalah: sesosok Raja.

Apa dia adalah Raja yang ditunggu-tunggu Aluhaliha dan Rashka? Atau dia hanyalah penipu? Tidak, ini masih terlalu awal untuk memutuskan.

"Apa kau tau nama Goblin yang datang sebagai penolong Ganra?" Tanya Aluhaliha. Dia ingin tau... Siapa goblin yang terus mengganggu pikirannya?

"Tidak, orang semacam itu------"

"Pemimpin!!"

Seekor Goblin berlari-lari menuju mereka dengan mulut berbusa.

"Apa yang kau lakukan dihadapan tamu!?"

Aluhaliha berteriak, tapi menekan, dia gelisah. Bagi bawahannya panik sampai seperti itu... Ini bukanlah masalah sepele.

"Desa Gaidga diserang!"

Baik Aluhaliha dan Rashka membelalak.

"Apa Kuzan bergerak!?"

Apa yang mereka paling takutkan adalah pergerakan Goblin Gordob dari utara.

Tapi...

"Musuh adalah Ganra! Dan Goblin dari luar!"

"Apa!?"

"Diskusi kita berakhir disini. Aku kembali."

Bahkan suara tenang biasa Raskha menampakan sedikit kecemasan. Mendengarkan itu, bibir Aluhaliha melipat.

"Musuh menamai diri mereka siapa?"

"Dia tidak menyebutkan namanya sendiri. Dia hanya menyuruh kami memanggilnya sebagai Raja."

"Bodoh sekali!"

Retakan muncul di Gada Rashka.

"Raja? Sekarang ini!?"

Dalam kamarahan, Raskha membanting gadanya ke tanah, memberikan guncangan diarea.

"Aku akan bersama mu," kata Aluhaliha. "Oi, panggil yang lain. Kita akan berperang!"

Ini sudah terlambat.

Ketika terompet perang dibunyikan, tidak akan ada sisi yang tidak terluka.

"Serang Ganra!"

Kata-kata Aluhaliha bergema keseluruh desa. Dan setelahnya, Para Penunggang Paradua berkumpul.

Author:

Yang sudah dinanti-nantikan tiba, perang besar!

Aku juga menuliskan dari sudut pandang musuh seperti yang diminta kalian mengenai kemunculan sang raja.

Aku menuliskan ini dari sudut Aluhaliha yang terpesona pada Raja.

Comments