Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 58: Tikaman Balasan




[Ras] Goblin
[Level] 8
[Kelas] Lord; Pemimpin Kelompok
[Skill] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts]
   High Kobold <<Hasu>> (Lv1)
   Gastra (Lv20)
   Cynthia (Lv20)
   Raja Orc<<Bui>> (Lv36)

Chapter 58: Tikaman Balasan

Setelah melihat Goblin Gaidga, aku memerintahkan bawahanku untuk mengejar.

"Giza, tangani sebagian goblin, dan kejar musuh yang tersisa!"

"Gijii, Gizu, Gido, kalian juga ikut."

Pengguna angin, Gido, Si- Wideeyed, Giji. Maddog, Gizu. Mereka dan para goblin normal mengejar musuh.

Bagian dalam Gua cukup luas, tapi tidak terlalu rumit. Didalamnya terdapat lorong-lorong yang digunakan untuk menampung makanan juga perjenjataan dan armor.

Setelah kami berhasil mengusai seluruh lorong-lorong dalam gua, para Goblin Gaidga kabur melalui belakang. Jadi aku memerintahkan pasukanku untuk mengejar mereka.

Kedua Goblin Noble, Gigu Verbana dan Gigo Amatsuki, tetap dibelakang mengacak-acak yang tersisa.

Beberapa Goblin Gaidga pun muncul, jadi aku menangani mereka dengan Greatsword ku.

"Selanjutnya."

Setelah aku menyapu bersih Goblin Gaidga dibagian perlengkapan senjata, aku menuju gua lain.

“GUuAaU!”


Aku membunuh musuh yang tiba-tiba muncul dalam satu tebasan, lalu melihat-lihat kedalamnya.

“Hmm…”

Didalam nya terdapat Bayi Goblin dan para betina gaidga goblin.

"Jika kau menurut, aku tidak akan membunuh mu,"

Betina Goblin adalah hal berharga terlepas dari mana suku mereka. Selain itu, ketika Gaidga menjadi bawahanku, jika kemampuan mereka dalam bereproduksi bagus, maka mereka akan lama menjadi prajuritku.

Yah, memang benar goblin bisa bereproduksi dengan cepat, tapi tetap saja butuh waktu untuk bayi goblin menjadi dewasa, dan semakin lama untuk mereka menjadi prajurit.

Selain itu, aku masih tidak tau berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi salah satu suku untuk dewasa.

Jadi tidak ada alasan untuk membunuh betina goblin, apalagi membunuh bayi-bayi mereka.

Selain itu, membunuh Gaidga Goblin yang lemah dan ketakutan akan meninggalkan dampak buruk nantinya.

"Raja." Gigo yang sedang mencari-cari lorong lain bersama ku memgayunkan pedang berlumur darahnya. "Kita sudah menguasai seluruh gua ini. Ini adalah ruangan terakhir.

"Baiklah," jawabku. "Jika begitu, aku perintahkan kau, Gigo Amatsuki."

Aku melihat kebawah Goblin yang berlutut.

"Diruangan ini ada bayi dan betina Gaidga. Atas nama Raja, aku menyuruhmu untuk menjaga kemanan mereka. Lindungi goblin lemah dan takberdaya ini."

"Seperti yang kau hendaki."

Aku meninggalkan Gigo yang berlutut, dan keluar dalam gua. Menuntun para goblin lain, kami meninggalkan Rumah Gaidga.

"Gilmi!"

Kami mengepung gua dengan pasukan pemanah Gilmi, sehingga pertarungan tetap berada didalam gua, jadi Gilmi menjaga diluar.

Aku memanggil dia, Si Pemana pertama Gadieta.

"Kita akan mengejar para Gaidga Goblin yang kabur, ikuti aku!"

"Seperti yang engkau perintahkan."

"Gigu Verbana, maju, buka jalan! Gigi, Gijii waspadai sekitar. Ayo!"

Goblin noble spesialis bekerja sama, Gigu, berada digaris depan. Sisi kanan ada Beast Warior Gigi, yang mengendarai Double Head. Sisi kiri ada Stealthy Gijii. Seperti inilah kami mengejar Giblin Gaidga kearah yang kami duga.

"Raja, Goblin Gaidga kemungkinan besar menuju selatan."

"Selatan, huh?"

"Mereka mungkin berlari menuju Desa Suku Paradua."

Gilmi menyarankanku kemana pergi. Desa Paradua tercermin dimatanya. Matanya begitu yakin dan tanpa keraguan.

Perlahan-lahan, pepohonan semakin arang-arang.


"Bagus, kita menuju utara sekarang!"

Gigu Verbana nampak mendengar perintahku saat dia merubah arah.

◇◇◆

Setelah menerima perintah Raja, Giza memimpin kelompok untuk mengejar Goblin Gaidga. Dengan postur tinggi Gaidga, Giza dengan mudag mengikuti mereka. Mereka juga mudah diserang dengan tubuh besar mereka.

Sementara mengejar goblin yang tersisa, Giza bertubi-tubi menembakan sihirnya sementara Gido mengincar kaki mereka dengan sihir angin. Goblin Gaidga yang terjatuh dihajar oleh Si-Wideeyed Giji dan Gizu denhan pedang dan tombak secara bergantian.

Mereka memburu Goblin Gaidga seakan-akan memburu sekelompok domba.

Tetapi, jumlah mereka seperti tidak berkurang sama sekali. Mereka hanya terlalu banyak, sehingga tidak mungkin untuk membunuh mereka semua.

"Incar yang lebih banyak."

Terus mengejar, Gaidga Goblin berkumpul. Giza menyuruh bawahannya, dan mereka membunuh musuh tanpa menaruh ampun sedikitpun.

Meskipun dia lelah karna mabuk membunuh musuh, dia dan kawannya terus mengejar selama setengah hari. Dia pasti sangat kelelahan.

"Berhenti mengejar," Perintah Giza. Dan seluruh kelompok berhenti. Nafas para goblin dalam kelompok itu tidak beraturan.

"Jadi ini sejauh yang kita bisa," Gumam Giza.

Disaat itu, sebuah bau berbeda dari goblin gaidga masuk kehidungnya.

"Hmm...?"

Tapi satu-satunya hal yang terdengar hanyalah gesekan pepohonan.

Giza merasa ada yang janggal. Secepatnya, dia memerintahkan para goblin untuk kembali, tapi sebelum dia bisa, sosok raksasa muncul melompat keluar dari semak-semak.

"Cih... Paradua!?"

Itu adalah Macan hitam, besar berloreng. Diatasnya adalan Aluhaliha, membawa tombak panjang.

"Mati, bajingan!"

Tanpa berhenti sejenak, dia mengacungkan tombaknya.

“Grr…”

Giza melompat mundur, tapi Aluhaliha tak membiarkan begitu saja.

"Naif sekali!"

Momen ketika Giza mendarat, Aluhaliha mengayunkan tombaknya lagi

"Nadi ku berlindungkan angin, Accel!"

Posisi tubuhnya salah, seharusnya, serangan itu melukai dirinya. Tapi Giza menggunakan Accel, dan dengan begitu, dia berhasil menghindar.

Mengendarai angin, dia memerintahkan goblin lain untuk mundur.

"Mundur! Kita kembali!"

"Kau tidak akan kemana-mana! Hal, Alashd, serang sisi mereka! Jirouou, kejar!"

Aluhaliha mengejar Giza yang mundur.

"Siap, Pemimpin!"

Kedua Goblin, Hal dan Alashd, seperti halnya burung melebarkan sayap, mereka mencoba mengepung Giza dan kawanan nya.

Sementara Aluhaliha memanggil nama beast nya, macan hitam mengunci tatapannya kepada Giza dan meraungkan lolongan keras.

Kombinasi serangan goblin dan beast bahkan membuat para druid yang lincah tidak berkutik. Mereka hanya bisa menghindar.

"Pisahkan musuh ke arah kanan! Ayo!"

Terhadap suara Gijii, pengguna sihir angin Gido, melancarkan sihirnya, menjatuhkan penunggang yang ada di sisi kanan. Tapi para penunggang-beast itu terus melaju tanpa peduli kesekitar sambil mengepung para goblin.

"Menjengkelkan sekali!" Gijii berbalik kebelakang, dan menerima serangan dari goblin normal.

"Aku maju!" Tombak Gizu bergema saat dia memutarnya dan menusuk musuh.

"GURUuuAaAAU!” dia berseru kencang seperti hewan buas, mengaktifkan [Skill] <<Mad Dog>>. Gizu melepas kewarasannya untuk membuka jalan. Karena Gijii memahami tindakannya, dia tidak menghentikannya.

"Lari! Lari! Terus berlari!" Giza berseru untuk mendorong moral seluruh kelompok saat mereka berusaha mundur kedalam hutan lebih jauh.

Memasukan tubuhnya sendiri diantara rimbunan pohon sempit, dia mati-matian kabur dari kejaran macan-macan itu.

Untungnya, goblin cukup kecil, sehingga beast paradua tidak bisa menyerang ditempat dimana mereka tidak bisa masuk.

“Mundur, Gi Zu!”

Sementara Giza menghindari tombak Aluhaliha dan taring Jirouou, dia berkali-kali memanggil Gizu, tapi Gizu sudah kehilangan kesadaran, dan suara Giza tidak bisa sampai.

"Jangan berpaling saat bertarung!"

Sementara Giza teralihkan, Tombak Aluhaliha datang.

"Gu!"

Dia memutar tubuhnya untuk menghindar, tapi itu masih menyerempet bahunya.

"Hmph------"

Aluhaliha hendap memaki Giza, tapi sebelum dia bisa berkata apapun, Giza merapalkan,

"Jiwa ku mengikuti Angin, Windea!"

Udara berkumpul, dan empat tornado muncul mengelilingi Giza.

Giza melancarkan 4 tornado itu kearah Aluhaliha.

"Pikir mu bisa melukai ku! ...Nu!?"

Jirouou melompat, dan Aluhaliha berhasil menghindar. Tapi salah satu tornado mengenai tanah, membuyarkan debu-debu ditanah, menghalangi penglihatan Aluhaliha.

"Cih... Kelihatannya cuma sejauh ini yang kita bisa, Jirouou."

Meskipun macan hitam madih bisa bergerak dengan lincah dalam hutan dan menyerang dengan cakarnya, bau musuh akan melemah. Sekali kehilangan penglihatan, kemampuan untuk menyerang berkurang drastis.

"Sialan. Paling tidak kami memberi mereka luka. Kita kemabli!"

Dis memerintahkan bawahannya untuk mundur.

"Haruskah kita memenggal mereka yang selamat?" Haru bertanya.

Aluhaliha menggeleng. "Ada sesuatu yang ingin ku cek. Jika ada yang masih hidup, bawa mereka bersama kita. Tapi tidak usah lembut pada mereka."

"Seperti yang kau kehendaki."

Dipimpin Aluhaliha, Paradua perlahan meninggalkan medan perang untuk berkumpul kembali dengan Gaidga.

◇◆◇◆◇◆◇◆

Level protagonis naik.

Level 8 -> Level 10

◇◆◇◆◇◆◇◆

Author Note:

Kelihatannya Giza bersinar disini.

Nama beast Hal dan Alashd adalah Mio dan Shio.

Ketika menamai beast Aluhaliha, aku bingung sebaiknya Kokuougou (Raja Gou?) Dan Raou (Raja Ra?). Tapi itu terdengar terpalu heroic, jadi aku ganti deh.

Comments