Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 60: Membungkuk dan Harga diri



Ras] Goblin
[Level] 10
[Kelas] Lord; Pemimpin Kelompok
[Skill] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts]
   High Kobold <<Hasu>> (Lv1)
   Gastra (Lv20)
   Cynthia (Lv20)
   Raja Orc<<Bui>> (Lv36)

Chapter 60: Membungkuk dan Harga diri

Setelah bermandikan darah dari Goblin Gaidga yang tersisa, kami kembali ke gua.

"Apa ada yang berubah?"

"Tidak ada sama sekali."

Gigo Amatsuki yang menemuiku. Setelah aku mengangguk, aku menyerahkan keamanan area itu pada nya untuk goblin yang tersisa.

"Dimengerti."

Dia menunjukan kelelahan diwajahnya, tapi dia tidak menunjukan rasa tidak senang terhadap perintahku.

Aku menuju salah satu ruangan dalam gua dan memanggil Gilmi. "Ini tiba-tiba, tapi apa ada orang yang bisa kembali ke Desa Ganra?"

Aku ingin menjaga kekuatan pasukanku yang belum bertempur. Sehingga mereka mampu melindungi Desa Ganra.

"Ada sekitar 30 goblin."

30, huh.

Jika begitu, kekuatan antara Ganra dan Gaidga semakin dekat. Mobilitas Paradua juga perlu diperhatikan.

Aku sebaiknya membiarkan goblin yang lelah untuk istirahat. Jika mungkin, aku ingin Ganra tetap selamat, tapi masalahnya adalah Penunggang Paradua.

Menurut si penyihir angin, Gido, mereka mengejar selama setengah hari dari gua Gaidga. Sementara kami tau Desa Paradua seharusnya sejauh 2hari diutara.

Yah, akan tetapi, ini masih spekulasi sih...

Ada dua masalah yang kami hadapi sekarang.

Masalah pertama adalah Kemungkinan bahwa mereka sudah siap menuju desa ini.

Tapi jika begitu kenapa mereka berhenti mengejar kami? Kami bahkan membuat pertumpahan darah pada Goblin Gaidga, namun mereka hanya menyaksikan saja.

Bagimapun juga, itu aneh.

Masalah lainnya adalah Paradua bergerak tepat sesaat mereka menerima laporan kami menyerang desa gaidga.

Kecepatan para Rider Paradua jauh diluar dugaan. Mereka mampu memperpendek 2 hari menjadi setengah hari. Kecepatan yang mengerikan, bukan?

Kalau begini terus, satu-satunya kemungkinan adalah kami akan menerima serangan kejutan.

Dan itu saaat kami berada dihutan. Disini, ada banyak pohon, dan tidak ada jalur jalan yang baik. Ini bukan tempat dimana kuda-kuda bisa bergerak dengan mudah, tapi selama ada jalur hewan, beast paradua sanggup menerkam kami kapan saja.

Sementara kami berjalan, mereka bisa bergerak 2 kali lebih cepat, dan mengacak-acak titik lemah kami.

Dengan kata lain, perang grilia. Mereka bisa dengan mudah menyerang langsung dan perlahan-lahan mengurangi pasukan kami dengan mobilitas mereka.

Jika itu yang mereka incar, pertempuran ini akan sulit. Yang aku maksud dengan kelemahan, tentu, adalah Desa Ganra.

Aku harus siap untuk kemungkinan terburuknya.

Aku harus percaya kepada Giza, di Desa Gi.

Kami sudah membuat pertumpahan darah tapi mereka membiarkan kami pergi, jadi mereka mungkin belum tau pasukan utama kami.

"...Gilmi. Jangan menyesal."

Gilmi terlihat mengingat sesuatu saat dia mendengarku sambil menyeringitkan gigi dan mengangguk.

"Tidak usah pikirkan pengorbanan kami."

Dia tau posisinya. Demi kemenangan dan kepercayaan sekutu, kau harus membayarnya dengan nyawa sekutu mu.

Melihat keteguhan hatinya, aku hanya terdiam.

"Aku ingin memancing Paradua dan Gaidga, jadi kau harus jadi umpannya."

"...Aku pasti akan memenuhi tugas ini bahkan jika memerlukan nyawaku."

Demi menang melawan musuh dengan mobilitas tinggi dan disaat yang sama melindungi Desa Ganra... Tidak ada cara lain.

◇◇◆

Goblin muda yang bertugas sebagai Tangan kanan Aluhaliha, Hal, dipilih menjadi pengirim pesan.

"Apa kau mengingat pesannya?"

"Ya. Ayah."

Sudah wajar bila Goblin yang muda menyebut Aluhaliha sebagai ayah, tapi meski begitu Aluhaliha merasa khawatir melihat dia begitu percaya diri.

Kasus terburuknya, Hal mungkin dibunuh.

Tapi meski tau itu, disuatu tempat didalam hatinya, dia percaya bahwa goblin kulit abu-abu itu tidak akan melakukan sesuatu yang semena-mena.

"Bagus! Pergi sekarang!"

"Siap!'

Mereka menyilangkan tombak, dan Hal pergi.

Mengirim Gaidga yang kasar sebagai pengirm pesan sama saja dengan menantang mereka bertarung, jadi sebaiknya itu dari Paradua.

Tidak usah merasa malu mengirim orang terkasih kedalam bahaya. Ini adalah perang bagaimanapun juga.

Rider Paradua tidak akan gentar menghadapi perang.

Karena Harga diri mereka lah mereka mampu menghancurkan musuh.

Tapi kali ini berbeda. Karena situasi ini tidak cocok untuk rider paradua.

"Ini pertaruhan besar, Raskha."

Meski dia sudah tua, semangatnya tidak akan melemah. Jika mereka kalah, tapi masih belum menerima Raja baru mereka, meskipun itu adalah yang terkuat dari ke 4 Suku, Aluhaliha tidak akan menerimanya begitu saja.

Dia akan menggenggam erat tali pelana dan mengayunkan tombaknya.

Sementara melihat Bahu Hal menghilang kedalam kegelapan hutan, Aluhaliha mengencangkan giginya.

◆◆◇

Gilmi memimpin pasukan Ganra menuju daerah Paradua. Mereka berlari membungkuk, memastikan tidak ada yang bisa medengar gerakan mereka melalui hutan.

15 goblin yang mengikuti Gilmi sudah tau apa yang akan dihadapi. Itu adalah misi yang sangat berbahaya.

Tapi mereka harus melakukan ini. Mereka harus mengambil resiko dan menunjukan kekuatan sesungguhnya demi memperoleh kepercayaan Sang Pemimpin Timur.

Hukum Rimba berlaku bagi siapapun; termasuk Goblin.

Meski Gilmi tidak tau apa yang Pemimpin Timur pikirkan, paling tidak, selama dia sanggup membuat Ganra pantas untuk diperhitungkan, masa depan akan terjamin.

"...Ada sesuatu didepan."

Suara beast besar bergesekan dengan pepohonan, dan deru jejak kaki, sampai ditelinga Gilmi.

"Tunggu perintahku, siapkan panah mu." Gilmi memerintahkan. Disaat yang sama mereka segera menyebar dan bersembunyi dibalik kegelapan hutan.

Meskipun mereka adalah umpan, mereka tidak boleh begitu saja menunjukan diri didepan musuh. Mereka harus menyerang dalam kekuatan penuh.

Tarikan benang terdengar saat anak panah ditarik, Gilmi memfokuskan penglihatan.

Didepan sana adalah Rider yang sendirian. Itu adalah Goblin Muda. Dan tombak dengan kain putih, yang menandakan dia adalah pembawa pesan.

Julukan Archer Pertama Gadieta adalah untuk menunjukan siapa yang berhak duluan menembak, dialah yang memutuskan siapa yang akan diincar.

Terhadap kedatangan pembawa pesan itu, Gilmi menyarungkan panah dan menyiapkan daggernya.

"Aku tau kau ada disana, Goblin Gamra dan Para Goblin asing! Aku Sang Tombak Ke5 Paradua, Hal! Aku datang kesini sebagai pengirim pesan!"

Sementara dalam posisi menekuk, goblin muda itu berseru kencang. Dia begitu memancarkan Suku Paradua yang terhormat.

"Tunjukan dirimu!"

"Jangan turunkan panah kalian."

Gilmi memerintah dengan arahan tangan, kemudian dia berjalan menuju Hal.

"Aku Sang Archer Pertama Gadieta dari Ganra, Gilmi!"

Cara Masuk Gilmi juga heboh. Hal menggeser pandangannya melihat seluruh wujud Gilmi, dan dia merasa lega.

"Ho! Jadi kau Archer Pertama Ganra! Maka aku tidak punya keluhan. Aku datang kesini untuk mengirimkan pesan dari Pemimpin kami, Tuan Aluhaliha!"

Gilmi tenang mendengarkan.

Singkatnya, Goblin Paradua meminta agar tidak terjadi pertarungan dan melepaskan tahanan para goblin gaidga.

"Pikirkan itu baik-baik." Hal menancapkan tombak dan melipat tangannya.

Dia adalah goblin pemberani.

Puluhan anak panah diarahkan kepadanya, meski begitu, dia masih bisa menjaga sikapnya. Dia bukanlah goblin biasa.

Gilmi merasa dongkol.

Kenapa dia harus melawan anak kecil?

Goblin muda ini suatu hari nanti pasti akan membawa Paradua dipunggungnya. Dia akan menjadi harapan tidak hanya bagi Paradua tapi juga ke 4 Suku.

Meski berpikiran begitu, Gilmi sudah memiliki keputusan. Ini sudah terlambat untuk damai. Meski dia menerima, bagaiamana dia menjawab kepada Pemimpin Timur?

Kami sudah menyelesaikan perpecahan kami, jadi silahkan pulang saja. Tidak mungkin dia mengatakan hal itu.

Pemimpin Timur sudah kehilangan beberapa prajuritnya bagaimanapun juga.

"Aku mengerti kondisinya, tapi, aku, Ra Gilmi, sudah menegaskan diriku!"

Sesaat itu, dia menarik busurnya hingga batas dan melepasknya ke satu titik.

Panah meluncur, dengan suara angin tertinggal. Itu menuju pegangan tombak Hal.

"Katakan ini pada Tuan Aluhaliha dan Tuan Raskha. Kami tidak akan mundur. Jika kau mau menyerah, cepat lakukan. Atau tidak, lawan mereka adalah aku, Ra Gilmi dari Ganra!"

"Baiklah kalau begitu."

Hal memandang panah yang tertancap di atas tombaknya. Sementara dia mengangkat tombak, dia melepas panah dan membuangnya.

"Aku sudah menerima jawabanmu!" Hal mengayunkan tombak, dan menaruhnya dipunggung saat dia pergi.

Terhadap Goblin itu, Gilmi bergumam.

"Akankah kau berpikir aku lemah karna tidak menembaknya sekarang, Tuan Giza?"

Pikirkan dulu, baru bertindak. Kau harus gagal dulu sebelum mendapatkan hasil terbaik, segalanya akan jadi sia-sia.

Kata-kata itu tertanam dalam-dalam dihati Gilmi.

Comments