Skip to main content

Goblin Kingdom - Chapter 61: Awal Mula Kesetiaan



Ras] Goblin
[Level] 10
[Kelas] Lord; Pemimpin Kelompok
[Skill] <<Ruler of the Horde>> <<Insurgent Will>> <<Overpowering Howl>> <<Swordsmanship B+>> <<Insatiable Desire>> <<King’s Soul>> <<Ruler’s Wisdom I>> <<Eyes of the Blue Snake>> <<Dance at Death’s Border>> <<Red Snake’s Eye>> <<Magic Manipulation>> <<Soul of a Crazed Warrior>> <<Third Impact (The Third Chant)>> <<Instinct>> <<Ruler’s Wisdom II>>
[Perlindungan Ilahi] Dewi Underworld (Altesia) [Atribut] Kegelapan; Kematian
[Bawahan Beasts]
   High Kobold <<Hasu>> (Lv1)
   Gastra (Lv20)
   Cynthia (Lv20)
   Raja Orc<<Bui>> (Lv36)

Chapter 61: Awal Mula Kesetiaan

"Dari kejauhan. Datang angin sepoi dari kanan." Ra Gilmi menghembuskan nafas saat dia menarik panah. Targetnya tak lain adalah Rider Paradua yang berpatroli. Setelah Hal pergi, Gilmi lanjut menuju Desa Paradua. Dan sekarang, musuh mereka berada dijangkauan.

Scrrrach, suara anak panak menancap di dada goblin paradua. Kemudian, mereka yang disekitar goblin tersebut, didada mereka, tertusuk panah-panah.

Squad Archer itu merupakan sekelompok prajurit elit ganra. Kemampuan mereka diatas rata-rata; mereka dalam sekejap membunuh goblin dikejauhan tanpa menyentuh beast mereka.

"Singkirkan Beast mereka, lalu kita berpindah ke target berikutnya."

Goblin Ganra bergerak seperti Asassin. Mereka membunuh dalam senyap.

Setelah membunuh lebih dari 5 goblin, Gilmi menyuruh untuk mundur.

"Tuan Aluhaliha seharusnya sudah menyadari pergerakan kita. Mundur."

Kedalam Hutan, Gilmi berlari seperti angin; 15 goblin mengikuti dibelakang.

◆◆◇

"Apa yang kau katakan?"

Setelah menerima laporan dari Hal, seorang pengintai juga ikut melaporkan. Ketika Aluhaliha dan Raskha mendengar itu, mereka meragukan telinga mereka sendiri.

"...Grup Patroli terbunuh?" Kemarahan muncul diwajah Aluhaliha. Goblin yang melapor bergetar, tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.

"Y- ya. Beberapa sudah dibunuh oleh panah Ganra. Beast mereka kembali ke desa, kamipun datang untuk mengecrk... Dan kami menemukan tubuh mereka."

"Sialan... Kau sungguh melakukannya." Aluhaliha mengeratian gigi dalam amarah, tapi Raskha hanya diam mengangguk terdiam.

"Kita akan menyejar mereka. Kumpulkan pasukan."

"Siap."

"Aku paham perasaan mu, tapi kalau kau mau bertarung, lebih baik menunggu Gaidga kami."

"Maaf, bocah. Tapi aku sarankan kau mengawasi desa ini saja sekarang."

"Aluhaliha."

Bercampur amarah, bujukan Raskha hanya melewati telinga Aluhaliha.

"Mereka yang mati adalah orang-orang ku. Sehingga orang yang bertanggung jawab membalas dendam mereka adalah aku."

Rashak menyipitkan mata saat meyaksikan Aluhaliha naik menunggangi Beast nya.

"Jadi, hanya berdiskusi saja belum cukup, huh."

Selain dirinya dan goblin dihadapnya, tidak ada lagi.

Mengumpulkan ke 4 Harta dan menyatukan 4 Suku... Selain dirinya, tidak ada lagi.

◇◇◆

"Mereka datang. Semuanya, berkumpul dan mundur!"

Para Goblin Ganra berlari didalam hutan seperti yang Gilmi perintahkan.

Setelah itu, Paradua datang mengejar mereka.

Dengar area yang dipenuhi pepohonan, ganra lebih diuntungkan dibanding Paradua yang mengendarai beast.

Tentu, kemungkinan untuk bertahan hidup lebih tinggi bila berlari secara individu daripada secara kelompok. Yang mana, para pengejar mereka ini juga turut menyebar.

Tapi mereka tidak melakukan itu. Dalam rangka memenuhi tugas mereka sebagai umpan, mereka berlari salam kelompok.

"Tunggu, kau bajingan kerdil!" Goblin Paradua mengejek sambil terus mengejar. Salah satu dari mereka menghunuskan tombaknya penuh amarah, goblin ganra paling belakang pun terkena.

"Cih... Lari sekencang mungkin. Aku akan lindungi bagian belakang." Gilmi menarik panahnya sementara menuju belakang. Bahkan tanpa mengincar, Gilmi asal menembak dan mengenai pohon disekitar. Panah itu tidak mempengaruhi sedikitpun Goblin Paradua.

Dari belakang, dari samping----Goblin Paradua berusaha mengepung Goblin Ganra.

Melalui hujaman tombak, mereka memasuki semak-semak yang tidak bisa Paradua masuki.

Jumlah musuh lebih banyak daripada Ganra. Jika mereka berhenti, mereka pasti akan ditebas dari segala sisi.

Mereka harus berlari.

Ranting-ranting tajam menggores kulit mereka, akar-akar yang timbul menembus kaki mereka; luka-luka tiada henti menerobos rimbunanan pohon.

Entah seberapa Ganra mengenal baik hutan, Rider Paradua pun sama. Takpeduli seberapa berpengalaman Ganra melalui hutan, jika itu berlari maka Paradua tidak boleh diremehkan.

"Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi!" Gilmi dari belakang menyemangati para goblin sambil menembakan panah untuk menghambat musuh. Meski panah itu tidak kena, Paradua tidak bisa banyak bergerak.

Ruang terbuka dihutan sangatlah sempit; mereka tidak bisa mengayunkan tombak mereka.

Tapi meski itu cukup meringankan Ganra, tapi mereka terus didorong-dorong oleh kepungan Rider Paradua.

"Pohon-pohon didepan semakin arang. Kejar terus."

Aluhaliha menyuruh pasukan dengan tenang. Dan segera setelahnya, tekanan dari sisi-sisi semakin besar. Dengan jalan yang semakin sempit, Ganra tak punya pilihan lain selain mengikuti giringan Paradua.

"Sasuga Tuan Aluhaliha." Nafas Gilmi tak terkendali, tapi dia masih saja bisa kagum terhadap metode cerdas Aluhaliha.

Tak tahan tekanan dari sisi kanan, salah satu goblin mencoba melebarkan jalan, tapi hanya tombak yang menyambutya. Goblin lain jatuh. Hanya akan ada siksaan menunggu mereka.

Tekanan dari sisi semakin besar, Gilmi pun mengambil alih barisan depan.

------Tidak ada cara lain.

Gilmi tau betul seberapa berbahaya nya pertaruhan ini. Tapi meski begitu, tidak ada cara lain. Jadi dia mengambil busur dan menari panah.

"Semuanya, berbalik!!"

Untuk sesaat, para goblin ragu. Tapi mereka masih menghentikan kaki dan berbalik.

"Apa!? Apa mereka marah!?"

"Belokan tubuh mu dan lari!"

Sementara Aluhaliha terkejut, panah Gilmi melesat tepat disebelah Macan hitamnya.

"Cih... Jirouou!? Tenangkan dirimu!"

Panah menyerempet hidung Jirouou, menakutinya dan membuka celah. Menggunakan kesempatan itu, setiap dari ganra menarik panah mereka.

"Tembak!"

Terhadap perintah Gilmi, panah menghujani Para Rider.

Para Goblin Paradua tidak menyangka mereka akan diserang sehingga mereka tak sempat melindungi diri. Panah menghujani. Beberapa terkena beast mereka, beberapa yang lain menusuk musuh.

Tapi ada satu kebiasaan Paradua. Ketika mereka diserang, mereka akan lebih fokus terhadap luka merek sendiri, bukan penyerang mereka. Dan itu membuat celah kecil bagi Gilmi, menyuruh kawan-kawannya untuk kabur melalui Paradua.

Membungkukan tubuh, mereka berlari melalui beast paradua kearah bagian hutan yang lebih pepat. Aluhaliha segera menyusul mereka dia dan rider lain terlalu dekat untuk mengepung Ganra. Meski bereka berbalik dan mengejar, akan sangat menyulitkan dalam waktu singkat.

Tapi meski begitu, Aluhaliha dengan lihai mengatur pasukannya dan kembali mengejar Ganra.

"Kejar mereka! Mereka sudah diambang kematian!"

Meski Gilmi baru saja membalikan situasi, Aluhaliha sigap mengatasi keadaan.

"Tidak akan ada lain kali." Sementara Aluhaliha menyatakan itu, dia dan pasukannya mengejar belakang Gilmi.

◆◇◆

Pengejaran berjalan sangat sengit.

Kepungan mereka taktergoyahkan. Baru saja mengalami kegagalan, mereka segera menggiring Ganra ketempat yang menguntungkan mereka. Selain itu, kalau saja Ganra melakukan hal yang sama, Aluhaliha sudah mempersiapkan 2 bawahannya di kiri kanan. Hal di kiri san Alashd dikanan.

Aluhaliha sudah menyatakan tidak akan membiarkan satupun goblin itu lolos. Demi menekan mereka, dia mempersempit kepungan. Perlahan kelompok Gilmi melambat.

"Jika terus begini terus kita akan bisa menyapu bersih mereka."

Ketika Aluhaliha teringat pasukannya yang mati, dia dengan marah bergumam.

"Tapi jalan ini..."

Jika ingatan Aluhaliha benar, tidak akan ada hutan setelah ini. Ini seharusnya jalan yang menuju Desa Gaidga. Perburuan akan segera tiba, Aluhaliha membentuk senyum lebar.

"Semuanya, bersiap untuk berburu!" Suara petir Aluhaliha bergema.

Sementara dia mengeratkan genggaman pada tombak, dia mengambil alih dan melanjutkan pengejaran.

Sementara panah random Gilmi terus dihindari, lingakar pengepungan semakin menyempit. Kali ini, tidak ada ruang untuk meloloskan diri.

Goblin Paradua bersorak soari, Macan Hitam mereka pun berseru seru, dan mereka memperpendak jarak mereka.

"Kejar!" Begitu yakin kali ini akan selesai sebelum mereka bisa keluar, Aluhaliha mengayunkan tombak, dan mengincar punggung goblin ganra.

"Lemparkan batu!"

Ketika mereka meninggalkan hutan apa yang menyambut mereka adalah pepohonan dan lapangan terbuka. Sebuah suara terdengar dari dataran itu. Itu adalah suara musuh kuat yang tidak bisa dilupakan Aluhaliha.

Seketika itu, sebuah batu melewati mukanya. Aluhaliha yang memimpin terpaksa melambat.

"Gu!? Apa ini!?"

"Bantai mereka!"

Setelah melempar batu itu, yang Aluhalihat adalah area dengan pohon-pohon tinggi dan pagar-pagar berdiri. Berdiri dibelakang sana adalah Goblin abu-abu dengan tiga tanduknya.

Aluhaliha menyaksikan para goblin ganra memasuki pagar itu.

"BAJINGAAAN!!"

Kegagalan membiarkan mangsa kabur dan rasa hina jatuh kedalam perangkap menyebabkan Aluhaliha kehilangan semua tujuannya.

"Pikirmu kau bisa menghentikan Rider Paradua dengan hanya batu kecil!!?"

Dalam amarah, Aluhaliha menerjang musuh, 2 ajudannya pun mengikuti. Semua bawahnya tepat dibelakangnya. Itu adalah terjangan kekuatan penuh dari Rider Paradua.

Menebas ranting-ranting dan menyingkirkannya, Rider Paradua menerjang musuh. Terjangan mereka dipenuhi kekuatan; itu bukan sesuatu yang bisa dihentikan dengan pagar-pagar biasa.

------Lihatlah, bajingan! Ini adalah Paradua! Ini lah kebanggaan kami!

“GURUuAAa!”

Suara amarah Aluhaliha berguncang, menaikan moral seluruh prajurit Paradua.

"Lemparkan batu!"

-------Pikirmu kau bisa menghentikan kami dengan hanya batu!?

Tanpa peduli terhadap batu itu, Aluhaliha menerjang kedalam garis depan musuh. Dia begitu kuat.. tapi tiba-tiba, suara kesakitan masuk ketelinganya.

"Nu!?"

Dia melihat kesekitar. Yang dia lihat kawan-kawannya jatuh ketanah.

-----Apa yang terjadi?

Terjangan Paradua tiba-tiba melambat.

"Apa yang kau lakukaaaaan!?"

Aluhaliha berbalik, ada begitu banyak jebakan tali dan lubang penangkap mengikat kaki mereka.

-------Kami dijebak!

Tepat didepannya adalah pagar yang membentang. Itu tidak terlalu tinggi ataupun rumit. Tapi dia tidak bisa melompati itu. Itu hanyalah pagar yang dibentuk menyilang, pagar yang penuh lubang.

"KAU BAJINGAAN!"

Termakam amarah, Aluhaliha mengayunkan tombak kearah pagar. Pagar itu hancur dengan kekuatannya, Macan hitamnya mengikuti dan menaikan Aluhaliha ke punggung.

"Tusuk mereka sampai mati!!"

Aluhaliha masih beruntung. Sementara pasukannya yang lain mencoba menembus pagar itu ditusuk oleh goblin yang berada didalam.

Apa yang menusuk mereka adalah tombak, tapi tombak itu hanya dibuat dari kayu yang diruncingkan. Mendapatkan luka dati itu sangatlah menyakitkan. Pasukan Aluhaliha berseru kesakitan. Dan seolah-olah menebarkan garam di luka mereka, sebuah suara kejam terdengar.


"Bunuh mereka!"

Para goblin berlari melalui lubang pagar dan menusuk luka-luka Paradua.

------Mundur.

Ketika pikiran kalah melintas dibenaknya, Aluhaliha tergerakan oleh keinginan untuk memyelamatkan Suku Paradua. Dia dengan gemetar berdiri.

Tapi ketika dia berusaha berdiri, dia mrlihat para goblin datang dari dua sisi. Rasa kesal begitu memukulnya, tapi dalam keputusasaan, dia melawan dorongan untuk pingsan.

Menyadari hal ini, Aluhaliha mengakui kekalahannyam

Itu saat sebuah bayangan muncul didepannya.

Didalam penglihatan kaburnya, seorang goblin abu-abu dengan tiga tanduk muncul.

"Jika kau menyerah, aku akan mengampuni orang-orang mu." Terdengarlah suara pengampunan goblin itu.

"Baiklah."

Aluhaliha tidak lagi punya kekuatan untuk menahan itu.

Comments